Kamis, 30 September 2010

JIYUU E NO SHOUTAI


 Arabasta adalah Negara tropis yang damai, makmur subur dan kaya raya. Menjadi kota perdagangan karena terletak pada gugusan pulau Grand Line. Semua Negara menaruh hormat pada Raja Albus karena sang raja bisa membuat sebuah kerajaan yang hebat. Tidak hanya raja saja yang terkenal karena kebijaksanaannya, tetapi juga penasehat dan menterinya; Chakka dan Pell. Terlebih pula pada puteri raja satu-satunya; Puteri Yoana; yang biasa dipanggil Yoch oleh ayahnya. Namun sayangnya, sang puteri tak pernah mendapat kasih sayang dari ibunya karena ibunya meninggal sewaktu melahirkannya. Dengan susah payah, sang raja beserta penasehat dan menterinya membesarkan sang puteri hingga tumbuh manjadi seorang puteri yang cantik jelita. Selama pemerintahan Raja Albus, rakyat tak ada yang mengeluh, karena semua kebutuhan mereka terpenuhi.
Arabasta memiliki 12 kota besar. Kota kota itu punya peranan sendiri sendiri. Ibu kota berada di Suna dan merupakan pusat administrasi Arabasta. Karmel adalah basis pertahanan Arabasta. Disini pusat sistem pertahanan dan keamanan negara. Arkill sebagai kota perdagangan, karena disana terdapat pelabuhan besar merupakan pintu masuk utama menuju Arabasta. Ini adalah pusat sektor ekonomi Arabasta. Suna, Karmel dan Arkill merupakan garis utama menuju Albus Castle. Sehingga jalur ini selalu ramai dan merupakan jalur tercepat menuju Albus Castle.
Gar Ing adalah kota wisata Arabasta. Karena disana terdapat oasis yang begitu besar –Amber Oasis - sehingga banyak tumbuhan yang hidup disana dan menjadikan Gar Ing menjadi kota yang segar. Sinai adalah kota pertambangan. Kota ini banyak bukit dan gunung yang mengandung sumber daya alam yang melimpah. Amire merupakan kota agrikultur.  Lepre adalah kota peternakan. Hasil dari peternakan itu akan diekspor ke negara tetangga. Zomc adalah kota industri.  Gorgon adalah kota pendidikan. Kiel adalah kota perjudian. Sedang Sauri dan Dios adalah kota metropolis seperti Suna.
Namun semuanya mulai berubah semenjak kedatangan seorang yang menamakan dirinya sebagai salah satu dari God Father. Beserta anak buahnya, Don King - nama orang itu - mulai menguasai Arabasta. Raja terpaksa menyerah dan tunduk padanya.           Dan juga mengubah sebagian besar kota. Gar Ing menjadi kota padang gersang, karena oasisnya kini menjadi gurun. Sinai kini hanya menjadi kota tambang tua. Banyak sekali sisa sisa bekas penambangan yang tergeletak begitu saja. Hanya beberapa yang masih beraktifitas. Karena dijadikan Don sebagai penjara kematian bagi para pembangkang. Amire bernasib hampir sama dengan Gar Ing, karena tidak ada asupan air bagi pengembangan agrikulturnya. Mau tak mau harus impor untuk mencukpi kebutuhan akan hijau hijauan. Gorgon beralih menjadi industri senjata dan pendidikan disana menjadi terabaikan. Karena orientasi Arabasta kini hanya untuk perang setelah dikuasai Don King. Kiel menjadi kota yang miskin, karena tak ada penjudi yang mau datang ke Arabasta.
Seiring dengan tunduknya sang raja, ketimpangan dalam pemerintahan mulai muncul yang ujung-ujungnya rakyat yang menderita. Atas hal itu, raja mulai kehilangan kewibawaannya, dan rakyat meminta agar raja mengundurkan diri. Pada saat itulah, Don King mulai menampakkan diri sebagai pahlawan dan mulai memutarbalikkan fakta. Karena selama ini dia hanya berada di balik layar. Rencana untuk menggulingkan raja akhirnya terlaksana. Raja yang sudah kehilangan wibawa di depan rakyat, mau tak mau harus mengundurkan diri. Ini kesempatan emas bagi Don King dan anak buahnya mengambil alih kekuasaan. Dan raja dijebloskan ke dalam penjara, sedang penasehat dan menterinya dibebastugaskan dan pasukannya tetap dipekerjakan. Namun, Puteri Yoana tak mau singgasana ayahnya direbut demikian. Dia memutuskan untuk melakukan pemberontakan. Satu keberuntungan disini yaitu Don King tak pernah tahu kalau Raja Albus punya seorang puteri, karena raja menyembunyikannya di suatu tempat. Raja tak ingin terjadi sesuatu pada puteri semata wayangnya.
            Di pinggiran barat Arabasta…
            Chakka, Pell dan Puteri Yoana sedang berdebat mengenai rencana pemberontakan yang akan dilakukan oleh Puteri.
“Tuan Puteri, dengan segala hormat padamu, jangan lakukan rencana gila itu. Kau bisa mati sia sia. Hamba mohon Puteri mau mengerti..” kata Chakka.
“Benar Puteri, kami telah berjanji pada King Albus untuk menjagamu dari incaran Don King. Dan kami tak mau melanggar sumpah setia kami pada raja.” sahut Pell.
“Masa bodoh aku dengan sumpah kalian. Aku tak mau kucing kucingan seperti ini terus. Terus-terusan kabur menghindari si King Kong jelek itu. Ini negaraku. APA KALIAN MAU NEGARA INI HANCUR…??!!!” tegas Yoana.
“Tapi Puteri…” sahut Chakka dan Pell.
“DIAM KALIAN…!!! Albus itu ayahku dan sudah sepantasnya kalian juga tunduk padaku jika ayah tak ada. Aku mohon pada kalian…” pinta Puteri sambil tersujud dan menangis.
            Suasana hening sejenak. Chakka dan Pell hanya saling memandang dan menatap Puteri. Memang benar apa yang dikatakan Puteri Yoana dan mereka juga tak mau melihat negara mereka hancur begitu saja. Dari negara yang subur-makmur, menjadi negara gersang dan kacau. Tapi mereka tak tahu harus berbuat apa dengan kekuatan mereka. Walaupun mereka punya kemampuan Buah Iblis tipe Zoan (mengubah wujud menjadi hewan); Crow dan Falcon, tak cukup kuat melawan Don King beserta anak buahnya yang sama-sama memiliki bermacam macam kemampuan Buah Iblis.
            Di timur Arabasta…
            Noch beserta sekelompok orang sedang merencanakan pemberontakan terhadap Don King. Mereka menamakan diri sebagai Pejuang Kebebasan Arabasta. Noch berulang kali menyerang markas-markas kecil yang didirikan oleh Don King di berbagai kota secara sporadis. Tak jarang Don King geram dengan ulah Noch yang selalu mencuri persediaan makanan dan senjata. Dalam melakukan itu, Noch selalu bertaruh nyawa. Bukan hanya nyawanya sendiri, tapi nyawa orang banyak; nyawa ayahnya, teman-teman yang membantunya bertarung dan nyawa orang-orang yang bergantung padanya. Dia beserta para warga Arabasta yang tak mau tunduk pada Don King, tinggal menetap di kota Gar Ing - timur Arabasta yang kini menjadi daerah padang gersang di Arabasta. Satu keuntungan yang diperoleh Noch adalah Don King hampir tak pernah menjamah daerah ini.
            “Teman-teman, kita tak mungkin melakukan gerilya seperti ini. Sudah saatnya kita untuk bebas seperti waktu dulu, saat negara ini masih dipimpin oleh ayah Yoch. Aku akui aku merasa nyaman saat orang sialan itu memimpin. Tapi aku tak menyangka orang sialan itu malah kalah dan menyerahkan negara ini pada orang yang tak jelas dari mana asalnya. Bagaimana menurut kalian? Bill? Jhon?” kata Noch saat pertemuan rutin.
“Aku setuju denganmu Noch. Tapi bagaimana cara kita melawan si Don King dan anak buahnya yang punya kemampuan Buah Iblis yang dimiliki mereka? Dan kau tahu sendiri banyak dari orang kita yang tewas mengering saat berhadapan langsung dengan Don King di Ibu Kota tahun lalu. Jujur ku akui bahwa mereka kuat.” tegas Jhon.
“Memang benar mereka kuat. Aku telah kehilangan adikku satu-satunya saat melawan mereka. Tapi aku bersumpah bahwa aku akan mengalahkan salah satu dari mereka demi membalaskan dendam adikku.” jelas Bill.
“Jadi, apa rencana kalian?” sahut Noch.
“Hmm.. kita lakukan gerilya seperti biasa. Namun kali ini tidak sporadis seperti yang biasa kita lakukan. Kita mulai dai bagian selatan Arabasta. Pola serangan berbentuk pola segi tiga. Kita membuat pertahanan di bagian selatan, so, kita harus bisa merebut seluruh daerah selatan dan merekrut orang untuk membantu kita. Karena aku yakin, di luar sana masih ada banyak orang yang ingin memberontak pada Don King.” jelas Bill.
“Rencana bagus. Baiklah, kita bagi menjadi lima grup yang akan menyerang lima kota utama di selatan Arabasta. Masing-masing grup terdiri dari 200 orang. Bawa senjata dan perlengkapan komunikasi kalian. Kali ini kita akan benar-benar mengusik harimau dan bertaruh nyawa. Aku akan memimpin grup satu dan menyerang kota Arkill. Bill, Jhon memimpin grup dua dan tiga dan menyerang kota Zomc dan Lepre. Ralf, Dough memimpin grup empat dan lima dan menyerang kota Gorgon dan Amire. Kali ini kita berpisah dan aku ingin bertemu kalian di ibu kota dan ajak mereka-mereka yang bersedia ikut dengan kita. Teman-teman, kita berpisah unutuk sementara. Dan.. aku mohon bantuan kalian.. kita mulai bergerak lima hari lagi saat pagi buta.” tegas Noch berapi-api. Sesuai jadwal, mereka berangkat.
Di Suna, ibu kota Arabasta, Don King kerap kali bertindak menjadi pahlawan. Dia selalu turun tangan saat ada segerombolan pengacau yang bikin rusuh di kota. Akhirnya dia dipanggil Master Don.
“Bwahahaha…!!! Aku dengar disini ada orang hebat yang bernama Master Don. Mana orangnya? Aku inigin menghabisi dia..!!” kata Terk, seorang pimpinan pemberontak sambil mengobrak-abrik kota.
“Ya benar, dimana Master Don kalian? Ternyata dia seorang pengecut, tak berani menampakkan batang hidungnya. Hahaha… dia pasti sudah kabur saat melihat kedatangan kami. Mulai sekarang, kalian harus tunduk pada kami. Hahaha…!!!” tambah yang lain.
“Master Don bukan pengecut. Dia pasti akan datang untuk kami. Dia hebat. Kalian pasti dihabisinya dalam sekejap.” kata seorang pedagang.
“Apa? Bwahahaha… lucu sekali dirimu mengharap kedatangan orang yang sudah kabur meninggalkan kalian. Kalau saat ini dia datang, aku akan….”
Tiba-tiba ada puyuh pasir muncul mengagetkan semua. Situasi sejenak hening. Tiba-tiba, “Master Don..!!! Benar itu Master Don. Beliau datang menyelamatkan kita. Aku tahu dia tidak akan meninggalkan kita begitu saja. Kali ini, tamatlah riwayat kalian..!!” celetuk seseorang
 Dengan suara yang mengelegar, “Siapa yang kau bilang pengecut? Siapa yang kabur? Siapa yang yang kau maksud? Dan apa yang akan kau lakukan? Lanjutkan bicaramu!!” kata Don King saat muncul di belakang perusuh itu.
“Dd.. dd.. dd.. Don King… Aa.. aa.. aku… Aku akan mencincangmu…” ucap Terk terbata-bata.
“Oh… begitu rupanya. Hahaha… sekarang serang aku dengan seluruh kemampuan yang kau punya. Aku tak akan bergerak.”
“Master Don, apa kau sudah gila?? Kau bisa terluka. Lihat tembok gedung itu, Terk menghancurkannya dengan pukulannya. Kalau kau tak menegak, tulang-tulangmu bisa remuk dibuatnya.” ucap seseorang.
“Benar! Paling tidak, mengelaklah, jangan diam saja.” sahut yang lain.
“Kalian mulai meragukanku ya? Kalian tenang saja, aku tak akan kalah semudah itu. Aku hanya tak ingin membuatnya kecewa karena sudah jauh-jauh datang kemari.” kata Don.
“Hahaha… sungguh dramatis sekali. Kau dikhawatirkan oleh orang-orangmu sendiri. Baiklah,, terimalah pukulanku ini. HAMMER…….” kata Terk sambil menyerang
 Namun tiba-tiba, “Argh… argh… aaaaaaaaaaargh!!!! TangankuuUUUw…. Tanganku mengering…!!!!!” erang Terk.
“Sekarang giliaranku menyerang, rasakan ini DRY STORM….”
Terk dapat dikalahkan dengan mudah hanya dengan sekali serangan oleh Don. Serempak semua orang yang ada disana bersorak sorai mengelu-elukan Don
“Hidup Don!! Hidup!!”
Keadaan istana tampak baik-baik saja jika dilihat dari luar. Namun, di dalam telah terjadi perubahan besar. Raja Albus yang hanya di boneka Don King dalam memerintah Arabasta menjadi kurang disegani oleh rakyat dan inilah yang diinginkan oleh Don King, rayat sendiri yang menggulingkan pemerintah dan mengangkatnya sebagai raja selanjutnya.
“Ini rencana yang sempurna bukan? Hey Califa, benar kan yang aku bilang tadi?”
“Benar Master Don. Kita beri image negatif King Albus pada rakyatnya dan sebalaiknya, anda tonjolkan image positif anda untuk menarik perhatian mereka. Dan nantinya bakal muncul kelompok pro dan kontra terhadap anda danKing Albus. Akhirnya, terjadilah CHAOS. Hahaha..!!” sahut Califa, sekretaris Don King.









Noch dkk bertolak dari Long Bay pagi pagi buta dengan lima kapal menuju Port Kuyt; pintu masuk utama Arabasta yang ada di kota Arkill. Mereka menyamar sebagai saudagar yang singgah beberapa hari untuk berdagang. Sesmpainya disana, mereka menyusun ulang rencana sebelumnya sambil melihat dan mencari informasi tentang Don King di kota itu.
“Baiklah teman teman, sesuai dengan rencana, sebentar lagi kita akan menyebar sesuai grup. Aku tetap di kota ini. Bill dan Ralf berangkat bersama menuju Zomc kemudian Ralf melanjutkan ke Gorgon. Setelah dua kota itu berhasil kalian kuasai, Bill bergerak menuju Karmel dan Ralf menuju Sauri bersama pasukan tambahan kalian.
Jhon dan Dough, kalian juga berangkat bersama menuju Lepre, setelah itu Dough lanjutkan ke Amire. Jhon, setelah selesai di Lepre, susul Dough di Amire. Lalu kalian berangkat bersama lagi menuju Sinai dan Dios. Cari informasi sebanyak banyaknya tentang Suna, Albus Castle dan Don King. Sementara aku memantau kalian dari Arkill sambil memboikot barang barang yang akan dikirim ke Suna. Stelah itu, aku akan bergabung dengan Bill di Karmel. Aku mengharapkan kalian, temanku.” atur Noch.
“Baik, aku mengerti.” Kata Bill.
“Siap..!!” sahut Jhon.
“Kami tunggu kau di Suna” kata Ralf.
“Kawan, kita pasti menang. Kita bebaskan Arabasta. Inilah undangan kebebasan kita. Dan selama masih ada kau, Noch sein Hoffnung, selalu masih ada harapan buat negeri ini sesuai dengan arti namamu.” Tegas Dough.
“Untuk kita. Untuk Arabasta. JIYUU E NO SHOUTAI..!!” sorak bersama.
Saat pagi buta, di tengah kota Arkill, mereka mempersiapkan semua yang diperlukan dan mulai bergerak sesuai dengan rencana semalam. Perjalanan yang tak mudah, namun harus mereka tempuh demi satu tujuan; bebasnya Arabasta. Meskipun tangan dan kaki mereka gemetaran, namun karena kebulatan tekad, mereka tetap menghunus mata pedan mereka ke arah depan. belumlah sampai di tujuan, berbagai hambatan mereka temui. Badai gurun, lembah curam dan pasukar patroli harus mereka hadapi. Tak jarang pertumpahan darah harus terjadi saat berhadapan dengan pasukan pasukan itu. Biarpun begitu, mereka tetap maju.
“Akhirnya kita sampai di Zomc, ganti.” Kata Bill ke Ralf dan yang lain.
“Baiklah, kalian istirahat satu hari untuk mulai serangan.” Jawab Noc lewat snail-phone.
“Oke teman teman, kita istirahat 500 meter dari kota. Besok kita lanjutkan. Cepat berikan perawatan lanjutan pada yang terluka. Untukmu Ralf, kita akan berpisah besok pagi.” Komando Bill.
“Benar Bill. Jujur, sekarang aku gemetaran sejak awal kita tiba di Arkill. Serasa mimpi, kita memberontak terang terangan. Biasanya kita hanya bergerilya di Amber Desert. Tapi sekarang kita terjun langsung tanpa ada perlindungan dari alam. Namun seperti kata Dough, selama Noch masih ada, kita pasti menang.” Ungkap Ralf
“Nah, tuh tahu. Gak usah sampai nangis gitu deh. Aku gak kemana mana kok.. hahaha..!!” canda Bill.
“Eh, siapa yang nangis, kura..!! mataku kelilipan, dodol..!!”
“Kelilipan apaan bung?”
“kelilipan cewek cakep yang mendekat kesini”
“Eh, mana?”
“Huh, dasar playboy..!! Masih belum sembuh penyakitmu? Inget Ross di Gar Ing jangan selingkuh, kan sebentar lagi kalian mau merid.”
“Iya iya, Dough..”
Suasana berubah menjadi riang di depan api unggun, di dinginnya malam.
Tak berapa lama, “Disini Jhon. Kami sudah sampai di Lepre. Penjagaannya ketat,kami tak bisa menerobos. Kami akan beristirahat di dekat pos penjagaan kota untuk meyusun strategi. Ganti.” Lapor Jhon kepada Noch.
“Baiklah, simpan tenaga kalian. Kita lakukan serangan fajar seperti biasa. Bill, kau juga ersiaplah. Penyerangan kalian akan membuka jalan bagi Ralf dan Dough. Aku mengandalkan kalian.” Jelas Noch.
“Oke, siap..!!” sahut Bill dan Jhon.
Di tempat Yoana…
“Chakka, Pell, maafkan aku. aku tak bisa terus berdiam diri seperti ini. Aku tak mau melihat negaraku hancur dan rakyatku sengsara. Aku akan pergi ke Gorgon untuk bertemu paman Edward untuk minta bantuannya. Kabarnya, paman Edward adalah orang yang paling dicari Don King di Gorgon. Sekali lagi maafkan aku, Chaka, Pell. Aku sengaja memberi kalian obat tidur setelah makan kemarin. Yoana..”
Sepucuk surat itu tertempel di atas meja. Surat yang ditulis Puteri Yoana.
“Sial..!! Aku lengah..!! sekarang Puteri pergi sendirian menantang bahaya. Aku merasa tak berguna..” ungkap Chakka.
“Bukan salahmu saja. Aku juga. Aku lengah. Ternyata kemampuanku telah menurun. Baiklah, sekarang juga kita terbang ke Gorgon.” Sahut Pell.
Sementara itu di Arkill, Noch berusaha untuk menyabotase pengiriman barang untuk istana yang baru saja diturunkan di Port Kuyt. Noch tak hanya membuat Don King kesal, tapi Don King jadi kalap karena persediaan di Albus Castle sudah menipis tapi kiriman tak kunjung datang. akhirnyaDin King mengirim satu anak buahnya; mr. Baum dengan beberapa pasukan untuk mengecek apa yang terjadi di Port Kuyt.
Ada apa ini?! Kenapa barang barang pesanan Don King tak kunjung datang?! Ini sudah hari ke tujuh sejak kami memesan, tapi barangnya NIHIL..!! Kau mau curang? Mau melawan Don King?!” kata seorang prajurit.
“Bukan begitu, kami sudah mengirimnya tujuh hari yang lalu, dan hari ini adalah pengiriman yang ke tiga. Karena kami juga belum dapat laporan terkirim tidaknya barang tersebut.” Jelas salah seorang pegawai pengiriman pelabuhan.
“Lalu kenapa pengiriman itu bisa macet selama tujuh hari..!! Ini namanya kalian tidak profesional dalam pelayanan kalian. Jika Don King tahu akan hal ini, aku yakin tempat ini akan menjadi setumpuk pasir dalam sekejap..!!” tegas Mr. Baum.
“Bb.. bb.. baik Mr. Baum, kami mengerti. Kami juga tak berani menentang Don King.” Kata kepala kantor pengiriman.
“Aku akan mengawasi kerja kalian selama tiga hari ke depan. aku ingin semuanya beres. Kalian mengerti?!” lanjut Mr. Baum.
“Siap, pak..!!”
Noch mulai kelihatan gelisah. Gerak geriknya akan segera terbongkar. Jika haln itu terjadi, dia harus berhadapan dengan Mr. Baum; yang bisa membuat pasukan pohon. Tak hanya itu, nyawa teman temannya juga dalam bahaya. Maka sia sialah nanti usaha mereka. Noch berpikir, berpikir dan terus berpikir bagaimana cara mengelabui si manusia pohon itu. Tapi makin dipikir, makin dia gila.
“Aaargh..!! sial..!! Kenapa harus sekarang si Pohon bodoh itu kemari..?? ini tak masuk dalam rencanaku. Siaaal…!!!” teriak Noch.
Sehari setelah kedatangan Mr. Baum, pengiriman lancar kembali karena Noch msih belum tahu apa yang harus ia lakukan. Karena taruhannya jelas sekali tak menguntungkan. Namun, sampai akhirnya ia menemukan satu cara.
Hari ke dua setelah kedatangan Mr. Baum, Noch mulai bergerak sesuai dengan apa yang ia encanakan. Pengiriman barang hari ke dua telah diberangkatkan. Noch mengintai dari tempat persembunyiannya. Ia berniat merampok pengiriman itudan mengincar paket Buah Iblis yang kabarnya turut disertakan disana. Namun, satu kendala, Mr. Baum turut mengawal.
“Sial..!! kenapa si pohon brengsek itu ada disana sih..!!” keluh Noch.
Mau tak mau Noch harus tetap melaksanakannya.
Tiba tiba,
[BLAAMZz..!!]
Terjadi sebuah ledakan besar dan menghancurkan rombongan itu. Termasuk kendaraan yang ditumpangi Mr. Baum. Untungnya ledakan ini terjadi di tenpat yang terbuka dekat pintu keluar kota Arkill, sehingga tak ada korban dari pihak sipil.
“Yuuuuhhuuuuuuu..!! mampus kau pohon jelek. Ternyata anak buah DonKing hanya segitu saja . hahaha…!! Sekarang, akan aku ambil harta ini.” Tawa Noch lantang.
“Hahaha… apa maksud perkataanmu itu tikus kecil? Ini tidak adaa apa apanya bagiku. Aku sering menerima yang lebih dari ini. Dasar bodoh..!!” kata Mr. Baum yang sedang terbakar api.
“Ah… keren… kau terbakar tapi masih bisa begerak. Bisa ngomong pula. Pemilik kemampuan Buah Iblis memang keren.” Kata Noch kagum.
“Hei..!! kau tikus kecil.!! Jangan remehkan kemampuan Mr. Baum..!!” kata salah seorang prajurit yang selamat dari ledakan.
“Kau benar tikus kecil. Pemlik kemampuan Buah Iblis memang habat. Dan aku memang hebat. Hahahahahaha….!!!” Tawa Mr. Baum senang.
Memang, dari semua anak buah Don King, Mr. Baum orang gila hormat. Sekali dapat pujian, dia jadi besar kepala.
“Hey Noch, ini bukan saatnya untuk terkagum kagum. Cepat ambil kotak buah itu terus kita lari. Kita tak usah meladeni pohon berjalan itu…” teriak anak buah Noch.
“Tapi tunggu dulu, lihat, apinya masih membakar dirinya, tapi dia seperti tak merasakanya. Ini pemandangan yang jarang dilihat di Gar Ing.” Jelas Noch.
Noch memang cerdik dalam mengatur strategi, tapi ia gampang kagum akan sesuatu yang menurutnya itu menarik. Sehingga terkadang rasa kagumnya itu membuat teman temannya kesal, karena dia terlihat jadi tolol.
“Sudah cukup kau kagum padaku. Jadi ternyata kau, ikus kecil, yang sering merampok pengiriman barang dari Arkil ke Suna belakangan ini.. siapakah kau bocah?!”
“Oh, iya, maf aku belum memperkenalkan diriku. Aku Noch sein Hoffnung.”
“Bwahahahaha…!!! Nama apa itu.. aneh sekali namamu.. hei bocah..!!”
“Kau jangan menghina nama pemberian ibuku..!! itu sama saja kau menghina ibuku..!! dan aku tak suka akan hal itu..!! dasar pohon tua jelek..!!” Noch dan Mr. Baum malah berdebat. Hal ini membuat bingung pasukan kedua belah pihak.
“Mr. Baum.. bukan saatnya berdebat. Hancurkan dia..!!”
“Oh, maaf.. aku terbawa suasana..” Selain gila hormat, Mr. Baum adalah orang gampang larut dalam suasana. Juga sensitif.
“Noch, ayo kabur.. kotaknya sudah ada pada kami..!!”
“Tidak..!! sebelum aku menyarangkan tinjuku ini padanya, aku tak akan pergi.. kalian duluan saja..!!”
“Hei bocah, kau berani menantangku..!! baik, rasakan in i… CAMBUK AKAR … !!”
“Eits, tidak kena … meleset … upz … hahaha… Waktu aku kecil, aku juara lomba lompat tali se-Arabasta … dasar pohon tua bodoh. Hahaha…!!!”
“Huh, dasar bocah sial..!! kau membuatku geram.. rasakan ini … CAMBUK DURI … ”
“Eh, sakit, dodol..!! curang pula…”
“Biar kau tahu rasa… sekarang aku percepat gerakanku… hyaaat… [SLAAASH..!!]”
“Aa.. aku tak bisa bergerak… aduh sakit… aaaaaaaaargh…!!!”
“Hahaha… sekarang kau tertangkap. Sudah cukup buatmu main mainnya. Sekarang, sebutkan permintaan terakhirmu sebekum kau mati. Hahaha.. Mayatmu akan aku gantungdi tengah kota. Biar seluruh warga kota tahu bahwa tak ada seekor tikus sepertimu yang lolos setelah berani melawan aku; Baum the Treeman. Hahaha..!!”
Noch tertangkap cambuk duri Mr. Baum dan sekarang nyawanya dipertaruhkan. Tapi, semakin Noch meronta, semakin kencang lilitan cambuk itu. Ditambah lagi darah Noch yang terus menetes dari sekujur tubuhnya membuatnya makin lemas. Semua teman teman yang dibelakang melihatnya dengan rasa hopeless.
Namun tiba tiba “DUAR..!! DUAR..!! DUAR..!!”
Ada tiga tembakan dari atas sebuah menara dekat pertikaian itu dan terarah langsung pada cambuk yang melilit Noch.
Seketika Noch jatuh tergeletak tak berdaya. Dan perhatian Mr. Baum langsung teralih ke penembak misterius itu. Spontan teman teman Noch langsung membawanya bersembunyi. Dan seketika itu juga, sosok penembak misterius itu menghilang.
“SIAAA..LL..!!” teriak Mr. baum geram memecah hening. Dia langsung kembali ke kantor pengirman dan memberitahu Don King kalau urusannya bakal molor.
“Don King, ada sedikit masalah di Arkill. Ternyata selama ini ada pemberontak yang menyabotase pengiriman barang kita. Aku hampir saja menghabisi dia sampai seorang penembak misterius mengacaukan semua. Aku mohon ijin untuk tinggal disini tiga minggu lagi. Akan aku bereskan semuanya.” Jelas Mr. Baum kepada Don King lewat snail-phone.
“Baik, jangan kecewakan aku.” jawab Don.
“Baik.” Sahut Baum.
Karena Mr. Baum telah mendapat ijin dari Don King, dia lalu segera mengerahkan anak buahnya untuk mencari Noch beserta teman temannya dan si peembak misterius itu.
“Kalian semua, dengar…!!! Cepat buat perimeter seluas kota ini. Periksa semua orang yang masuk atau keluar dari kota. Periksa setiap sudut dan gang kota. Periksa semua tempat penginapan. Aku mau kalian cepat menemukan dua pengganggu itu dan serahka padaku. Biar aku sendiri yang menghabisi mereka.” Perintah Baum.
“Baik pak!! Kami laksanakan..!!”
Mereka semua mulai bergerak sesuai yang diperintahkan Baum. Sudut demi sudut kota mereka telisik dengan teliti. Pintu perbatasan kota mereka jaga dengan ketat. Namun, tetap saja mereka tak menemukan Noch dan si penembak misterius itu. Pencarian sudah berjalan tujuh hari sejak perintah diturunkan. Mereka seperti kehilangan jejak. Akhirnya pencarian ditunda tiga hari agar pasukan pencari tidak stres.
Noch masih belum pulih dari luka sejak pertarungan itu masih tergolek lemah di tempat persembunyian di geladak tua kota Arkill. Ternyata Noch terkena racun urat syaraf yang berasal dari cambuk duri Mr. Baum.
“Noch… Noch… Noch… kau baik baik saja? Kami semua mencemaskanmu. Kami tak berani bergerak.” Kata Bill melalui snail-Phone.
“Sekarang ini kondisi Noch fluktuatif. Ia terkena racun.” Kata Abed; anak buah Noch.
“Apa kalian tak mencarikannya obat? Jika dibiarkan, dia akan mati. Maka sia sialah tindakan kita.”
“Kami tak tahu obat apa yang cocok. Sudah segala macam obat kami berikan, tapi dia tak kunjung pulih. Namun, ada satu peluang yang akan kami ambil, memberikan Buah Iblis padanya. Karena kabarnya Buah Iblis itu bisa mengembalikan vitalitas dan memberikan kemampuan khusus. Tapi kami tak tahu apa efek sampingnya. Jadi kami ragu.”
Pembcaraan antara Abed dengan Bill lalu didengar Noch yang tiba tiba siuman dan langsung berdiri meskipun kakinya gemetaran.
“Bill.. aku tak apa apa. Kau jangan cemas, au akan segera pulih.” Jawab Noch terbata bata.
“Abed, berikan saja Buah Iblis itu. Aku tak peduli dengan efek sampingnya nant. Asalkan aku pulih, sekuat tenaga akan aku tuntaskan ini.” Sahut Noch lalu pingsan lagi.
Sesuai dengan permintaan Noch, Abed memberikan buah itu pada Noch dengan memotongnya kecil kecil. Reaksi tak langsung muncul. Hanya saja Noch pulih lebih cepat. Namun tiba tiba Noch meraung, “Aaaaa..rgh..!!”
Mr. Baum frustasi karena tak menemukan tempat persembunyian Noch. Sudah hampir tiga minggu dia melakukan pencarian, namun tetap nihil. Ia tak tahu harus berkata apa pada Don King jika ia gagal. Namun tiba tiba di tengah kota, ada keributan dan terdengar seseorang yang terus berteriak
“Baum... dimana kau..!! aku akan menghajarmu..!!”
Ternyata itu Noch. Dia mengobrak abrik kota karena ingin balas dendam atas perlakuan Mr. Baum padanya. Ia merasa percaya diri sekali dengan kekuatan baru yang dimilikinya setelah memakan Buah Iblis itu.
“Baum…!! Aku tahu kau mencariku. Maaf karena aku tak kunjung muncul. Sekarang mari kita lanjutkan pertarungan kita kemarin.” Kata Noch.
“Kau benar bocah.. aku sangat ingin melumatmu dengan tangan ini sampai aku mendengar bunyi tulangmu yang hancur. Hahaha..!!” sahut Baum.
“Maaf pak tua, kali ini kau salah, kaulah yang akan hancur di tanganku ini.”
“Hahaha… Sombong sekali kau bocah. Kau masih tampak seperti bocah yang hampir mati kemarin, eh, bukan, bahkan lebih buruk dari itu. Kau bocah bodoh yang menyambut kematiannya sendiri. BWHAHAHAHAHAHAHA…!!!!”
“Banyak bacot kau pak tua..!! Ayo segera kita selesaikan masalah kita, biar aku bisa cepat menyusul teman temanku..”
“Baik, ini akan cepat selesai. Tapi maaf, kau tak akan melihat teman temanmu lagi, hey bocah, hahaha!!”
Mereka akhirnya memulai pertarungan. Baum mengeluarkan jurus jurus yang sama saat menghadapi Noch sebelumnya. Namun dengan santai Noch bisa menghindari dan menepisnya. Bisa dibilang dia kelihatan seperti main main dan pemanasan.
“Hey hey hey… apa ini kekuatanmu yang sebenarnya, pak tua?” ejek Noch.
“Hey bocah, kau jangan sombong. Aku Cuma pemanasan. Kau baru bisa menghindar saja jangan sombong. Jangan pernah meremehkan lawanmu.” Sahut Baum.
”Oke oke, aku juga hanya pemanasan. Aku tak pernah meremehkan semua lawan lawanku. Jadi, jangan kuatir kau akan melakukan hal yang sia sia.”
“Kau memang bocah yang besar mulut. Baiklah, sekarang terima seranganku. Tapi kali ini dengan tempo yang berbeda, hyaaaaaaat…”
Baum kini mulai serius. Tak seperti sebelumnya, dia kelihatan seperti mengeluarkan kekuatan sampai pancaran kekuatan itu terlihat oleh Noch. Jilatan jilatan pancaran kekuatan itu menghancurkan sekeliling dalam radius lima ratus meter. Noch yang sudah memakan buah iblis, tak sampai hancur terkena pancaran itu, namun tetap saja terasa.
“Hei.. hei.. hei.. pak tua, ternyata kau hebat juga, bisa mengahncurkan benda benda yang ada di sekitar sini hanya dengan pancaran energimu saja. Keren..” puji Noch.
“Terima kasih. Tapi, kau tak akan bisa melihatnya lagi, karena ini adalah saat terakhirmu hidup. BWAHAHAHAHAHA..!!”
“Aku juga akan memperlihatkan kekuatanku padamu. Hyaaaaaaaaaaaa……!!!”
Noch mengerahkan kekuatannya eperti yang dilakukan Baum. Tapi, ada perbedaan kekuatan disini. Pertarunganpun dimulai. Mereka saling pukul, tendang dan bertahan.
“Rasakan ini, Cambuk Akar Berduri..!!”
“Shield..!!”
“Sial… ternyata kau juga pemakan buah iblis… Ternyata aku mendapat lawan yang seimbang..”
“Yup, ini buah yang aku dapat darimu tempo hari. Tapi aku tak tahu buah apa ini dan bagaiman acara kerjanya…” Dengan polos Noch mengatakan hal yang tak seharusnya dia katakan.dia membuka sendiri rahasianya dan menunjukkan kebodohannya sendiri.
“Bwahahahah….!!! Hahahaha….!!! Hahahaha…!!!” Baum tertawa terpingkal.
“Hei hei hei pak tua… ada apa denganmu? Kita sedang bertarung, kenapa kau jadi tertawa geje gitu? Emang ada yang lucu?” tanya Noch heran.
“Iya, memang lucu. Di depanku ada badut. Bwahahahaha…!!!”
“Badut? Mana? Jangan jangan…. Aaaaargh..!!” NOch baru sadar kalu dia membuat suatu kesalahan.
“Bwahahaha…. Ternyata kau baru sadar. Aku tak menyangka ada orang yang sebodoh dan sepolos dirimu yang mengatakan kelemahannya sendiri di depan musuh saat bartarung. Bwahahaha…. Aduh, perutku jadi sakit…”
“Aaaaarg… masa bodoh!! Kita lanjutkan saja pertarungan ini!!” teriak Noch malu.
“Baik, kau yang minta sendiri bocah… rasakan ini, Poison Needle Fleur..!!”
“Shield… [Sial, aku hanya bisa mengeluarkan Shield saja]” gumam Noch sambil bertahan.
“Sampai kapan kau bertahan dan menghindar? Mana seranganmu? Bwahahaha….!!!”
“Siaaaaaaaaaaaalll…!!”
“bwahahahaha…” sambil menghujani Noch dengan Poison Needle Fleur
“[Sial, kalau aku begini terus, aku bisa kalah tanpa melakukan perlawanan. Dan percuma aku memakan buah iblis dari Abed kalau aku tak bisa menggunakannya. Dasar BODOH..!! kalau saja aku tadi memdengarkan denga seksama penjelasan tentang buah ini…]” gumam Noch.

pending…

Semua teman teman Noch sudah berada di posisi masing masing. Mereka makin girang setelah mendengar bahwa Noch berhasil mengalahkan Mr. Baum. Ditambah lagi, Noch memiliki kekuatan baru, hal ini makin membakar semangat mereka untuk membebaskan Arabasta. Begitu teman teman Noch memasuki kota tujuan setelah melumpuhkan penjagaan, mereka semua tercengang dengan keadaan kota kota itu. Semua berubah. Bukan seperti kota yang mereka dulu pernah berada.
“Teman teman, jika kalian melihat apa yang aku lihat ini, kalian pasti akan menangis. Amire yang dulu tempat kita mengambil apel, kini hanya menjadi ladang kaktus dan aloe vera..” kata Dough kepada teman temannya yang lain melalui snail-phone.
“Tenang Dough, kita pasti bisa mengembalikan Amire seperti yang dulu. Kuatkan dirimu..” hibur Ralf yang sama sama melihat perubahan di kota Gorgon. Gorgon adalah tempat mereka semua menuntut ilmu. Kota pendidikan yang termasyur berubah menjadi kota bobrok. Bangunan sekolah hanya tinggal piung. Hanya beberapa yang berubah fungsi menjadi tempat lokalisasi atau markas geng.
Sementara itu di Albus Castle, berita kekalahan Mr. Baum cepat sampai ke telinga Don King. Don King hanya diam, berpikir dan tiba tiba tertawa.
“Hahaha..!!! Hahaha..!! hebat..hebat.. Absolutely great. Ada seekot tikus jalanan yang bisa mengalahkan kucing istana. Hebat..!! walaupun si Baum itu paling lemah, tapi baru kali ini dia bisa dikalahkan. Aku salut. Kelihatannya ini bakal menarik, benarkan Califfa?” Califfa hanya terdiam dan memberikan senyum tipis.
Setibanya di Gorgon, puteri Yoana terentuh saat melihat kodisi Gorgon yang berubah total. Bangunan sekolah tempatnya menuntut ilmu dulu berubah menjadi tempat mangkal para geng. Dengan perasaan yang campur aduk, ia masuk ke sebuah tempat yang dirasanya masih terlihat normal untuk mencari informasi mengenai paman Edward.
“Permisi, apa anda kenal dengan orang yang bernama Edward von Helsk?” tanyanya pada seseorang.
“Kelihatannya nona bukan dari daerah sini. Maaf nona, aku tak kenal dengan orang itu. Yang aku tahu, si King Kong brengsek itu yang membuat kotaku menjadi seperti ini” Jawab orang itu.
“Oh baik, terima kasih.”
Sambil berjalan keluar, Yoch terus bertanya tanya [paman ada dimana?] dan merenungkan tentang perkataan orang yang dia tanyai. Ternyata memang masih ada orang yang tak suka dengan Don King. Tiba tiba dia terkejut saat melihat sebuah poster wajah yang bertuliskan [Edward the Snipper – ξ 800.000 – dead or life]. Sebuah shock terapi kedua setelah ia sampai di Gorgon. Ternyata rumor bahwa paman Edward adalah orang yang paling dicari di Gorgon oleh Don King memang benar. Dan yang paling tak diduga yaitu harga yang terpampang.
Setelah berjalan kembali, ia masuk ke sebuah kedai. Kembali ia menanyakan tentang paman Edward. Namun kali ini dia mendapat jawaban yang tak terduga.
“Ttt..tolong jangan sebut nama itu lagi. Gara gara dia Gorgon sekarang berubah seperti ini.”
“Benar..!! sekarang dia pergi tanpa pertanggung jawaban sama sekali. Malah hanya membuat Don King makin marah dan geram. Itu membuat keeradaan kami disini makin terancam.”
“Memang apa yang dia telah lakukan?” tanya Yoch.
“Dari dahulu, Arabasta terkenal karena sistem pendidikan yang dimiliki Gorgon, sehingga banyak menarik pelajar dari luar dan mencetak orang orang yang sangat bermutu. Edward adalah lulusan Institut Persenjataan dan Pertahanan Gorgon yang jenius. Ia berhasil menemukan sebuah senjata mutakhir. Ia bisa mengkombinasikan mekanisme beberapa senjata canggih menjadi senjata super canggih. Ia sudah menuangkannya ke dalam blue print. Karenanya ia menjadi lulusan yang paling muda waktu itu.” Kata seseorang.
“Lalu, apa yang terjadi selanjutnya?”
“Penemuan itu didengar oleh pihak pertahanan dan keamanan Arabasta. Dan mereka meminta arsip blue print milik Edward dari pihak sekolah dan Edward sendiri. Meskipun diminta oleh negara, tapi Edward tetap tidak mau memberikannya. Ia takut terjadi penyalahgunaan senjata itu. Hingga akhirnya negara ini diambil alih Don King dan kabar mengenai penemuan senjata canggih oleh Edward pun tercium. Don King sudah mengacak acak arsip sekolah Edward, tapi tak menemukan blue print itu. Ternyata dia sudah mengambilnya lebih dulu. Dan menghilang sampai sekarang. Apa yang terjadi pada Gorgon sekarang itu adalah ulahnya yang menemukan senjata.” lanjut orang itu.
“Bukan salahnya sepenuhnya kan? Buka maksudnya menjadikan Gorgon menjadi seperti ini. Sebelumnya dia juga sudah menyadari kalau bakal ada penyalahgunaan jika blue print itu dia berikan. Tapi nyatanya tidak dia berikan. Yang salah itu Don King. PAMANKU TIDAK BERSALAH..!!” bantah Yoch.
“Tunggu… kau bilang pamanmu? Siapa? Edward? Yang aku tahu, Edward itu memang punya keponakan, tapi tak mungkin perempuan.”
“Yah, dia memang pamanku. Perkenalkan, aku Yoana. Aku datang kemari kerena mendengar kalau paman Edward sangat dicari Don King. Aku ingin paman ikut membantuku bersama Chakka dan Pell melawan Don King dan membebaskan ayahku.” Terang Yoch.
“Tunggu sebentar… Yoana, Chakka, Pell, ayahmu… King Albus?? Kk..au puteri Yoana? Maafkan aku puteri…”
“Tak apa apa, aku juga minta maaf karena secara tidak langsung pamanku menyebabkan hancurnya Gorgon.” Perdebatan mereka akhirnya mereda.
Di Amire, Dough masih belum bisa menerima perubahan keadaan kota perkebunan faforitnya. Ia menyisir sudut sudut kota sembari mencocokan dengan kenangan yang ada di kepalanya. Saat menengok ke kanan dan ke kiri, hanya ada ladang kaktus dan aloe vera. Dia bertanya kepada beberapa orang pekerja disana.
“Permisi, apa benar ini kota Amire?”
“Ya benar. Ini Amire.” Kata pak Bandon; nama pekerja itu.
“Tapi kenapa keadaannya sekarang jadi seperti ini?”
“Sejak Don King datang ke negara ini, dia menetapkan satu orang penguasa di tiap kota dengan kekuatan yang bereda beda. Yang menduduki kota ini bernama Sakon. Dia memiliki kekuatan panas. Dia juga bisa megubah iklim di kota ini saja menjadi panas. Akibatnya berpengaruh sampai Amber menjadi padang pasir yang mempengaruhi Gar Ing dan Amire sekaligus. Mau tak mau kami mengganti produk perkebunan kami.” Tambahnya.
“Sialan kau Don King..!! tak bisa aku maafkan..!! Negaraku.. kota faforitku.. kau hancurkan semuanya. Tapi paman, bagaimana air bisa didapat di tempat ini?” geram Dough.
“Mau tak mau kami harus membeli dan membayar mahal air dari Suna.”
“Baiklah teman teman, sekarang kita bantu paman ini buatkan sumur di tiap sepuluh meter di ladang ini. Karena aku yakin, masih ada air di tanah ini..” perintah Dough.
“Baiiikk..!!” Mereka menggali dan menggali namun air belum keluar. Hari yang panas membuat mereka cepat lelah. Selama tiga hari disana mereka terus menggali untuk satu perubahan. Sehingga perawatan kebun kaktus dan aloe vera terabaikan. Pada hari yang ketiga itu, tak disangka mereka semua kedatangan tamu.
Hari itu adalah kunjungan rutin yang dilakukan Sakon. Saat melihat kebung yang tak terawat itu, dia marah.
“Apa apaan ini..?! Dimana para pekerja? Aku membayar mereka untuk merawat kebunku, bukan malah menelantarkannya. Dan lubang apa ini..?” tanya Sakon heran dan geram.
“Cepat cari mereka!!” tambahnya.
“Baik..!!”
Tak berapa lama, “Mr. Sakon, para pekerja sedang bersantai santai di bawah pohon zaitun di again barat kota. Tak hanya itu, ada segerobolan orang yang tak dikenal bersama mereka.”
“Oh, begitu, kita kedatangan tamu yang tak dikenal rupanya. Apa keperluan mereka datang kemari? Apa mereka termasuk para pemberontak seperti halnya yang terjadi di Arkill? Cepat selidiki lagi dan jangan sampai mereka tahu. Aku akan memberi mereka kejutan menarik.” Ungkap Sakon.
Dough dan para pekerja itu tak tahu kalo sedang diawasi oleh Sakon. Tapi, tiba tiba insting dough merasakan sesuatu bakal terjadi di Amire. Dan tentu saja insting Dough langsung terjadi. Tiba tiba salah satu pekerja ambruk dan pucat pasi, terlihat ada seperti sengatan seekor lebah di leher pekerja itu dan kemudian pekerja itu akhirnya tewas. Peristiwa itu sungguh megejutkan semua orang yag ada disana. Dough bingng, mana ada lebah yang bisa menancapkan sengatnya tanpa menampakkan wujudnya dan mengeluarkan suara dengungan. Tak hanya itu, sengatnya berisi racun yang sangat memtikan hanya dalam waktu 2 menit. Insting Dough makin merasakan hal yang tak mengenakkan.
Esoknya, di tempat yang sama, Dough masih merasakan kegundahan di hatinya dan mencoba menelaah tentang kejadian kemarin. “sepertinya ada yang janggal dari sengatan itu? Entah kenapa di pangkal sengat itu tak terlihat seperti lepas dari tubuh lebah, melainkan seperti sebuah jarum beracun…” gumam Dough.
Hampir tengah hari dia berada di bawah pohon Zaitun untuk menelaah semua. Akhirnya dia mengambil tindakan. Dia ingin memeriksa mayat pekerja itu beserta senga yang aneh itu. Akhirnya kecurigaannya terbukti.
Bersama para dokter disana, Dough membedah luka sengatan itu. Dan ternyata sengatan itu menyuntikkan racun urat syaraf dengan dosis yang lumayan banyak untuk ukuran seekor lebah. Racun yang masuk ke dalm tubuh sebanyak 6,5 mililiter dan langsung masuk ke pembuluh darah. Dan yang mencurigakan, terdapat sebuah tanda lingkaran ungu berdiameter 3 cm. Luka sengat/luka gigit ular berbisa paling besar Cuma 1,5 cm. setelah membedah, Dough meneliti sengat yang mencurigakan itu. Dan kecurigaannya terbukti lagi, ternyata benda kecil itu bukan sengat lebah, melainkan seperti jarum suntik berkapasitas 7 mililiter. Dough menyimpulkan kalau mereka sedang kedatangan tamu yang tak pernah dia duga sebelumnya.
Dough langsung mngumpulkan orang orang untuk berjaga jaga dan waspada. Karena mereka harus bersiap untuk melawan Sakon. Kondisi Amire sekarang sangat menguntungkan bagi Sakon. Cuaca yang panas dan suhu yang kering sangat mendukung kekuatan yang dimiliki Sakon.
“Teman teman, aku mengumpulkan kalian disini bukan tanpa maksud, tapi aku rasa ini adalah saat dimna kita harus meperjuangkan dan mengembalikan kota ini seperti semula, karena ini tanggung jawab kita.” Jelas Dough dalam suatu pertemuan.
“Memang benar Dough, tapi apa yang harus kita lakukan? Kita baru tiga hari disini dan belum mempersiapkan apa apa, apa lagi kalau harus bertempur. Dan, lawan yang seperti apa yang akan kita hadapi saja kita belum tahu.” Sahut Slum
“Seperti yang mendiang Pak Bandon katakan, lawan kita ini bernama Sakon, dia memiliki kekuatan panas sehingga menyebabkan kota ini seperti ini.”
“Panas? Nah, bagaimana cara melawan panas sedangkan disini sangat mendukung panas itu. Air… tapi dari mana kita mendapatkan air? Sedang kita belum mendapatkan air”
“Aku tahu kalau kali ini lawan kita bukan lawan yang biasa. Dia punya kekuatan khusus. Tapi, aku sudah memikirkan hal itu semalaman hingga sekarang aku mengumpulkan kalian. Tiga hari sudah kita disini, kita pasti bisa merasakan perbedaan mendasar yang ada di kota ii. Yaitu, kalau siang sangatlah panas dan kalau malam amatlah dingin.kita bisa memanfaatkan keadaan ini.”
“Apakah ini berarti kita melakukan gerilya?”
“Ya, semacam itu. Karena aku mengira kekuatanya tak seberapa kalau di malam hari.”
“Baik, akan kami coba”
“Kita tanggung bersama segala konsekuensinya. Demi Pak Bandon, demi kota ini, demi negara ini…!!!”
Dough menyiapkan apa apa yang perlu. Dia melatih orang orang bagaimana cara berperang dan bertahan, karena mereka akan melakukan hal yang belum pernah mereka lakukan sebelumnya dan akan melawan orang yang belum diketahui. Namun, Dough melakukan hal itu tidak dengan terang terangan agar Sakon tak curiga. Dough dan teman temannya membaur dengan warga lain sebagai pengalih sementara.

pending








 

iseng iseng © 2008. Design By: SkinCorner