BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Jepang setelah Perang Dunia ke-2 lebih sadar diri untuk
tidak mengekspansi negara lain seperti sebelumnya, tetapi lebih memilih untuk
bersahabat dan mementingkan demokrasi untuk membina hubungan dengan negara lain
yang damai. Tujuan pokok politik luar negeri Jepang adalah
memberikan sumbangan bagi perdamaian dan stabilitas dunia[1].
Jepang percaya bahwa diplomasi perdamaian lewat dialog dan kerjasama
internasional ini mengarah bagi tercapainya keamanannya sendiri dan kemajuan
kesejahteraan rakyatnya[2].
Masa pendudukan Jepang atas Indonesia selama tiga
setengah tahun merupakan periode yang paling menentukan dalam sejarah Indonesia
Karena pada masa itu rakyat Indonesia merasa lebih berani untuk melawan
penjajah Belanda meskipun pada akhirnya Jepang balik menjajah Indonesia. Selama
pendudukan Jepang banyak sekali perubahan-perubahan yang terjadi dalam
masyarakat Indonesia menuju ke arah revolusi[3].
Hubungan atau interaksi antara Jepang dengan Indonesia
sudah ada sejak lama, bahkan sebelum Jepang datang untuk menjajah Indonesia. Tanggal
20 Januari 1958 merupakan tanggal yang paling bersejarah. Tanggal tersebut
merupakan awal hubungan diplomatik dan ditandatangani traktat damai dan pampasan
perang antara pemerintah Jepang dan pemerintah Indonesia[4], lalu
hubungan diplomatik Indonesia – Jepang secara resmi dimulai pada April 1958[5]. Kunjungan
lawatan Soekarno yang pertama ke Jepang dilakukan pada tanggal 6 Juni 1959
untuk membahas mengenai pampasan perang dan kerjasama.
Pergantian
pemerintahan dari Soekarno ke Soeharto membawa perubahan terhadap hubungan
kerjasama yang dilakukan Indonesia dengan Jepang. Pada masa Soekarno lebih
memprioritaskan pembangunan ekonomi yang bersifat anti-komunis, Namun dalam
perjalanannya Soekarno lebih mengarah ke haluan kiri, sehingga banyak
memunculkan pemberontakan dan kerusuhan.
Sedang pada Masa Soeharto menjadi lebih kapitalis. Namun sampai pada
dasawarsa 80-an hubungan ini telah mengalami banyak perubahan yang lebih
terfokus dan makin matang yang dapat terlihat dengan adanya pebangunan
jalan-jalan di Jakarta, toserba Sarinah, Hotel Indonesia, gedung Wisma
Nusantara, gedung Kedubes Jepang, Bank Tokyo dan perusahaan penerbangan Jepang.
Joseph S.
Nye dari Harvard's Kennedy School of Government di bukunya Soft Power- The
Means to Success in World Politics, mengungkapkan soft power sebagai
kemampuan mencapai tujuan dengan tindakan atraktif dan menjauhi tindakan
koersif. Di tataran hubungan internasional, soft power diawali dengan membangun hubungan kepentingan, asistensi
ekonomi, sampai tukar menukar budaya dengan negara lainnya[6].
Hal itulah yang dilakukan oleh Jepang terhadap Indonesia yang merupakan salah
satu bekas negara jajahannya berupa bantuan ekonomi atau pinjaman lunak.
Hubungan atau interaksi tersebut sebagian besar adalah
dalam urusan ekonomi (perdagangan dan investasi). Jepang mengimpor banyak Sumber
Daya Alam dari Indonesia berupa gas alam. Terlebih sejak gempa yang terjadi 11
maret 2011 lalu[7]
dan Jepang memasarkan produk-produk industrinya ke Indonesia karena Jepang
menginginkan Indonesia khususnya dan Asia Tenggara umumnya menjadi tempat yang
penting bagi masa depan perekonomiannya yang dilandaskan hubungan yang saling
menguntungkan dan dapat ditingkatkan.
Namun, dalam perkembangannya tidak hanya dalam urusan ekonomi saja, melainkan hampir ke semua aspek, khususnya dalam
bidang pendidikan dan kebudayaan. Jepang memberikan beasiswa untuk
belajar di universitas-universitas di Jepang. Juga, pembuatan pusat kebudayaan
Jepang sebagai sarana infiltrasi budaya[8].
Akan tetapi pengiriman pelajar Indonesia ke Jepang sudah dimulai pada saat
Jepang menjajah Indonesia yang berdasar dari semua kalangan asalkan lulus dari
serangkaian ujian yang diselenggarakan di kantor-kantor pemerintah daerah
maupun pusat (Jakarta) ataupun juga merupakan perwakilan keraton atau kerajaan[9].
Namun,
pada masa penjajahan Belanda pun juga ada pelajar Indonesia yang belajar di
Jepang. Namun, mereka tidak serta merta langsung masuk ke perguruan tinggi.
Mereka harus menempuh pendidikan di kokusai
gakuyukai [10]terlebih
dahulu, karena mereka yang dikirim tersebut tidak mengerti mengenai bahasa
Jepang. Setelah mereka lulus dan kembali ke Indonesia, mereka membentuk Persada
(Persatuan Alumni Jepang)[11].
Menurut data statistik Kementrian Pendidikan dan
Kebudayaan Jepang sampai dengan tahun 2010, jumlah mahasiswa Indonesia yang
belajar di Jepang sebanyak 2.190 orang. Jumlah tersebut mengalami peningkatan
sebanyak dua kali lipat sejak tahun 1997. Sekitar 60%-nya memilih bidang SAINS.
Sedang jumlah total orang Indonesia yang belajar di Jepang tahun 2006 sebanyak
270.000 orang, tahun 2009 menjadi 716.000 orang dan menjadi urutan ke-3 di
dunia[12].
Tindak lanjut dari adanya hubungan atau interaksi
tersebut, Jepang membentuk suatu hubungan yang lebih kecil lagi yang disebut
juga dengan Sister City[13] dengan
beberapa kota di Indonesia, seperti sister city antara Jakarta dengan Tokyo dan
Surabaya dengan Kochi[14].
Jalinan
kerjasama Sister city antara Surabaya dan Kochi dibentuk pada 17 April 1997. Kerjasama yang
disepakati meliputi manajemen perkotaan, manajemen pelabuhan, perlindungan
lingkungan hidup, pengembangan dunia usaha, pendidikan, IPTEK, serta kesenian
dan kebudayaan. Kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan antara Lain: pertukaran
staf Pemkot untuk bidang IPTEK, pengiriman delegasi pelajar untuk bidang
pendidikan dan festival tari untuk bidang kesenian dan kebudayaan[15].
Dalam rangka
peringatan 10 Tahun Sister City tahun 2007, berbagai kegiatan diselenggarakan
antara lain : Seminar “Refleksi 10 tahun Kerjasama Sister City Surabaya-Kochi”,
Festival Lintas Budaya, Penanaman Pohon sebagai tanda Persahabatan. Kegiatan
tersebut dimulai dari tanggal 21-23 Juli 2007[16].
B.
Rumusan
Masalah
Faktor yang paling mendasar yang menyebabkan Jepang
manjadi negara maju di kawasan Asia adalah faktor ekonomi yang meningkat pesat
setelah Perang Dunia ke dua. Dalam perkembangannya, tidak hanya dalam sektor
ekonomi yang menjadi orientasi Jepang dalam mengembangkan negaranya di kawasan
Asia maupun dunia internasional, melainkan juga sektor pendidikan dan
kebudayaan.
Dalam pelaksanaan kerjasama bidang pendidikan, pemerintah
Jepang menerima atau membuka kesempatan belajar di Jepang bagi orang asing yang ingin melanjutkan studinya di Jepang dengan
menggunakan sistem pemberian beasiswa, sedangkan dalam bidang kebudayaan,
pemerintah Jepang, kedubes Jepang yang ada di suatu negara dan pemkot kota
bersangkutan mengadakan acara pargelaran pentas seni dan budaya, dalam hal ini
penulis khususkan pada kota Surabaya.
Permasalaan yang penulis temukan adalah
1.
Bagaimanakah latar belakang kerja sama
antara Surabaya dan Kochi?
2.
Apakah
dampak dan pengaruh dari kerja sama Surabaya dan Kochi bagi masyarakat kota
Surabaya berkenaan dengan pembelajaran bahasa Jepang?
3.
Bagaimanakah
tindak lanjut dari pemerintah kota Surabaya terhadap meningkatnya minat
masyarakat Surabaya untuk mempelajari bahasa Jepang ?
C.
Tujuan
dan Manfaat
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui:
1.
Latar
belakang kerja sama antara Surabaya dan Kochi
2.
Dampak dan pengaruh dari kerja sama Surabaya
dan Kochi berkenaan dengan pembelajaran bahasa Jepang.
3.
Tindak lanjut dari pemerintah kota Surabaya terhadap meningkatnya minat
masyarakat Surabaya untuk mempelajari bahasa Jepang
Sedangkan manfaat dari penelitian ini adalah memberikan
sebuah informasi baru mengenai sejarah hubungan internasional yang dilakukan
Jepang dengan Indonesia, terutama di kota Surabaya dalam bidang pendidikan dan
kebudayaan serta dampaknya bagi masyarakat Surabaya.
D.
Tinjauan
Pustaka
Penulis tidak menemukan penelitian sejenis maupun thesis
mengenai topik yang penulis ambil. Penelitian yang ada yang pernah dilakukan
adalah mengenai kerjasama Indonesia-Jepang dalam bidang ekonomi saja. Sehingga
penelitian yang penulis lakukan adalah penelitian yang baru. Karena merupakan
penelitian yang baru, penulis tidak menemukan penelitian acuan, sehingga
penulis mencoba untuk mengkaitkan pengaruh kebudayaan terhadap suatu hubungan diplomasi antar dua negara
dari sumber yang penulis berhasil temukan dan juga sumber mengenai situasi
pembelajaran bahasa Jepang di Indonesia.
E.
Metode
dan Sumber Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode penelitian sejarah
yaitu metode atau cara yang digunakan sebagai pedoman dalam melakukan
penelitian peristiwa sejarah dan permasalahannya. Dengan kata lain, metode penelitian
sejarah adalah instrumen untuk merekonstruksi peristiwa sejarah (history as past actuality) menjadi
sejarah sebagai kisah (history as written). Dalam ruang
lingkup Ilmu Sejarah, metode penelitian itu disebut metode sejarah[17].
Dalam penelitian sejarah, terdapat langkah langkah yang
harus dilakukan, yaitu pemilihan topik, study pendahuluan dan implementasi
penelitian. Pemilihan topik dilakukan untuk menentukan pembahasan dan batasan
pembahasan tersebut. Study pendahuluan dilakukan untuk mencari sumber yang
mengandung data yang relevan dengan topik yang sudah diambil seh ingga bisa
menentukanbatasan temporal (waktu) dan spasial (tempat) topik yang diangkat.
Dalam implementasinya, terdapat beberapa cara, yaitu heuristik, kritik, interpretasi dan historiografi[18].
Metode
yang lain yang digunakan adalah metode deskriptif, yaitu suatu metode yang berusaha menggambarkan dan menginterpretasikan objek
sesuai dengan apa adanya[19].
Tujuan dari metode ini adalah membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara
sistematis, factual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan
antar fenomena yang diselidiki (Nazir, 2003 dalam anneahira.com)[20].
Yang akan ditempuh melalui observasi[21]
dan study kepustakaan[22].
Metode yang ketiga adalah dengan wawancara. Penulis akan
memilih subyek wawancara yang terkait dengan topik yang sedang diteliti penulis
maupun subyek yang berada dalam kurun waktu yang menjadi batasan pembahasan
topik yang penulis teliti, yang berdomisili di Surabaya.
Sumber yang dipakai penulis adalah berupa arsip-arsip
yang valid dan terkait dengan materi yang diambil penulis. Bahan tersebut
didapatkan dari Badan Arsip Nasional maupun dari arsip yang dimiliki oleh
pemerintah Surabaya dan Konjen Jepang Surabaya. Selain itu juga menggunakan
buku-buku yang sesuai yang terdapat di perpustakaan kampus, perpusakaan daerah
Surabaya maupun perpustakaan Konjen Jepang Surabaya.
Selain itu juga menggunakan data dari hasil wawancara
yang akan diolah secara obyektif oleh penulis.
Sumber yang terakhir yang dipakai adalah internet sebagai
bahan penunjang dengan persentasi yang lebih kecil dari sumber-sumber yang
sudah disebutkan sebelumnya.
F.
Landasan
Teori
Teori yang dipakai penulis dalam penelitian ini adalah
teori mengenai hubungan internasional. Istilah hubungan internasional (Internasional Relation) dicetuskan oleh
Jeremy Bantham yang merumuskan bahwa hubungan internasional bisa di golongkan
sebagai suatu ilmu yang mana merupakan satu kesatuan disiplin dan memiliki
ruang lingkup serta konsep-konsep dasar[23].
Sedang menurut Stanley Hoffmann menyebutkan bahwa hubungan internasional
sebagai subyek akademis, terutama memperhatikan hubungan politik antar bangsa
(Dr. Hilman Adil, Mc Clelland VII)[24].
Namun, dari pengertian tersebut terlalu sempit ruang lingkupnya, karena dalam
sebuah hubungan internasional tidak terbatas hanya pada sektor politik saja,
melainkan bisa dalam sektor ekonomi, sosiologi, psikologis, idiologi, budaya
dan militer[25].
Tidak ada urut-urutan yang jelas dalam sektor-sektor
tersebut dalam sebuah hubungan internasional, tetapi hanya pada sektor mana
yang menonjol pada suatu saat dalam suatu kasus atau peristiwa. Dan pada
dasarnya dalam sebuah hubungan internasional ruang lingkupnya itu kompleks
sekali sehingga untuk memberikan sebuah definisi yang jelas mengenai hubungan
internasional mengalami kesusahan.
Dalam sebuah hubungan internasional, pasti terdapat suatu
sistem yang mengatur. Dalam hal ini adalah sebuah sistem internasional. Dalam
suatu sistem terdiri dari beberapa subsistem atau unit yang juga terdiri dari
sub-subsistem atau sub-subunit yang juga saling mengadakan hubungan satu sama
lain, yang menyerap serta mencakup semua interaksi dalam ruang lingkup
keseluruhan sistem.
Sebuah
sistem internasional dibangun atas kerja sama yang kadang kala meloncat turun
(anjlog) sampai pada ke tingkat konflik atau kekacauan sehingga otomatis
sistemnya pun bisa berubah. Juga tidak mengenal adanya pemerintahan yang
disusun secara hierarkis dan tidak ada penetapan juridiksi yang dapat
memaksakan berlakunya norma-norma yang ada[26].
Sistem tersebut merupakan sistem yang kompleks karena
banyak mengalami variasi dalam proses perubahan dari suatu keadaan ke keadaan
yang lain, selalu berubah dari waktu ke waktu, era ke era dalam waktu yang
relatif; bisa dalam waktu dekat, bisa juga dalam waktu yang panjang. Jadi,
berubahnya sistem tergantung pada waktu, dan jika berbicara mengenai waktu,
bisa dikaitkan dengan kronologis. Dalam pembahasan mengenai kronologis, akan
menyangkut mengenai pembahasan sejarah.
Teori kedua yang penulis gunakan adalah teori kebudayaan.
Dalam buku Strategi Kebudayaan – Suatu Pendekatan Filosofis disebutkan bahwa
kebangkitan budaya akan mendorong timbulnya pembaharuan budaya, semangat baru,
hidup baru dan persepsi baru yang mana akan menyeimbangkan pembangunan
(Soerjanto : 1993). Pembangunan yang dimaksud bukan sekedar pembangunan fisik,
tetapi menumbuhkan manusia-manusia warga bangsa secara sosial-ekomomi dan
pribadi, menumbuhkan pemerataan dalam proses dan hasil yang nantinya akan
menimbulkan rasa solidaritas di kalangan masyarakat. Dan sebagai dampak
terbesarnya akan menumbuhkan rasa percaya diri, kebanggaan nasional,
kemandirian bangsa yang didukung sikap patriotisme dan nasionalisme[27].
Sebagai hasil akhir akan mencipkatakan keseimbangan serta stabilitas dalam
kehidupan masyarakat.
Selain itu juga menggunakan teori struktural tentang
Pertukaran Sosial. Proses pergaulan sosial dapat digambarkan sebagai suatu
pertukaran tindakan, yang nyata atau yang tidak nyata dan sedikit banyak
bersifat menguntungkan atau berharga paling sedikit dua orang (Homans : 1961).
Hubungan internasional antar dua negara termasuk juga kedalam sebuah pergaulan
sosial, namun dalam skala yang luas. Suatu negara yang melakukan sebuah
hubungan kerjasama pastinya melihat suatu keuntungan atau timbal balik dari
negara lain yang dijadikan kawan kerjasama. Kerjasama yang dimaksudkan dalam
penulisan ini adalah dalam bidang pendidikan dan kebuadayaan.
G.
Kerangka
Konseptual
Konsep dasar penelitian ini adalah mengenai hubungan
internasional yang mana dari bahasa Inggris berasal dari kata International Relationship. Dari frase
itu, bisa dipecah menjadi dua kata yaitu International
dan Relationship. Menurut Oxford Dictionary, kata International memiliki arti : Connected with or involving two or more contries
(terhubung dengan atau mencakup dua negara atau lebih), sedangkan kata Relationship berarti : the way in which two people, group or
countries behave towards each other or deal with each other (suatu cara
atau langkah yang mana dua orang, kelompok atau negara yang berinteraksi satu
sama lain atau melakukan perjanjian/transaksi satu sama lain).
Dari kata tersebut, penulisan penelitian ini memang
merujuk pada sebuah interaksi hubungan internasional kedua negara. Karena
penulisan ini adalah penulisan sejarah, kronologis dari interaksi hubungan
kedua negara tersebut yang menjadi perhatian. Kronologis yang dimaksud
merupakan urutan rentan waktu kejadian-kejadian yang terjadi selama rentang
waktu yang menjadi batasan penulis. Dan dari batasan waktu tersebut akan
dilihat hal-hal apa saja yang menjadi kendala dalam melakukan hubungan
kerjasama tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
“Jepang Dewasa Ini”, Jepang: Kementrian Luar Negeri. 1979
“Metode
Penelitian Deskriptif”, http://www.anneahira.com/metodologi-penelitian-deskriptif.htm,
diakses pada 16 oktober 2012
A. Sobana Hs, “Workshop
Penelitian dan Pengembangan Kebudayaan; Penulisan Karya Ilmiah dan Perekaman
Data”
Drs. R. Soeprapto, “Hubungan
Internasional: Sistem Interaksi dan Perilaku”, hal. 12
Konsulat
Jenderal Jepang Surabaya http://www.id.emb-japan.go.jp/birel_id.html
Kuliah Umum
Konjen Jepang tentang hubungan kerjasama Indonesia-Jepang di Universitas
Airlangga
M.C,
Ricklefs. “Sejarah Indonesia Modern 1200
- 2004”, Jakarta: PT. Serambi Ilmu Semesta. 2005.
Marsudi
Budi Utomo, “Memaknai 50 Tahun Hubungan
Jepang Indonesia“ , http://marsudibudiutomo.multiply.com/journal/item/71/Memaknai_50_Tahun_Hubungan_Jepang_Indonesia diakses
pada tanggal 29 Agustus 2012.
Nurul Fitriani, “Defisit Perdagangan Non-Migas dengan Jepang
Diperkirakan Berlanjut”, http://www.indonesiafinancetoday.com/read/21548/Defisit-Perdagangan-Non-Migas-dengan-Jepang-Diperkirakan-Berlanjut
dalam http://makmunr.blogspot.com/2012/01/defisit-perdagangan-non-migas-dengan.html
diakses pada 21 maret 2012
Rakim,
“Metode Penelitian”, http://rakim-ypk.blogspot.com/2008/06/metode-penilitian.html,
diakses pada 16 Oktober 2012
Soerjanto Poespowardojo, “Strategi Kebudayaan – Suatu Pendekatan Filosofis”, hal : 38 – 39.
Suka
duka pelajar Indonesia di jepang (buku????)
[1]
“Jepang Dewasa Ini”, Kementrian Luar
Negeri, Jepang. 1979. Halaman 29.
[2]
Ibid.
[3] M.C, Ricklefs. “Sejarah Indonesia Modern 1200 - 2004”, PT. Serambi Ilmu Semesta.
2005, Jakarta.
[4] Pemerintah
Jepang diwakili oleh Menteri Luar Negeri Jepang saat itu yakni Fujiyama Aichiro
dan pemerintah Indonesia diwakili oleh Menteri Luar Negeri Subandrio
[5]
Konsulat Jenderal Jepang Surabaya http://www.id.emb-japan.go.jp/birel_id.html
[6]Marsudi
Budi Utomo, “Memaknai 50 Tahun Hubungan
Jepang Indonesia“
diakses pada
tanggal 29 Agustus 2012.
[7]
Nurul Fitriani, “Defisit Perdagangan
Non-Migas dengan Jepang Diperkirakan Berlanjut” http://www.indonesiafinancetoday.com/read/21548/Defisit-Perdagangan-Non-Migas-dengan-Jepang-Diperkirakan-Berlanjut
dalam http://makmunr.blogspot.com/2012/01/defisit-perdagangan-non-migas-dengan.html
diakses pada 21 maret 2012
[8]
Marsudi, op.cit
[9]
Suka duka pelajar Indonesia di jepang (buku????)
[10]
Pelatihan bahasa jepang bagi orang asing
[11]
Suka duka pelajar… op.cit
[12]
Kuliah Umum Konjen Jepang tentang hubungan kerjasama Indonesia-Jepang di Universitas Airlangga
[13] Sister City adalah bentuk kerjasama internasional
atas kesamaan geografis dan aktivitas kota yang
mendorong terwujudnya kerjasama untuk saling belajar dan kerjasama di pelbagai
bidang.
[14]
Kochi merupakan kota pelabuhan yang dibuka sejak 400 tahun yang lalu. Sejak tahun 1994
Kochi memfokuskan perkembangannya berdasarkan promosi ekonomi
[15] “Kerjasama Sister city antara Surabaya
dan Kochi” www.surabaya.go.id diakses pada 9 Januari 2012
[16]
Ibid.
[17] A. Sobana Hs, “Workshop
Penelitian dan Pengembangan Kebudayaan; Penulisan Karya Ilmiah dan Perekaman
Data”
[18] Heuristik: pencarian sumber primer dan sekunder.
Kritik: penilaian secara intern dan ekstern terhadaop sumber yang sudah
diperoleh. Interpretasi: penafsiran makna dan hubungan fakta. Hintoriografi:
pencatatan sejarah sebagai kisah secara kronologis/diakronis.
[19]
Rakim, http://rakim-ypk.blogspot.com/2008/06/metode-penilitian.html,
diakses pada 16 Oktober 2012
[20]
http://www.anneahira.com/metodologi-penelitian-deskriptif.htm,
diakses pada 16 oktober 2012
[21]
Melakukan pengamatan langsung terhadap obyek penelitian.
[22]
menggunakan arsip sebagai jalan untuk merekonstruksi sebuah peristiwa
sejarah yang penulis jadikan sebagai topik penulisan. Juga mengumpulkan data
daru buku-buku yang memuat data yang penulis butuhkan sebagai data primer
ataupun hanya sebagai data sekunder/referensi saja.
[23] Drs. R. Soeprapto, “Hubungan Internasional: Sistem Interaksi dan Perilaku”, hal. 12
[24] Drs. R. Soeprapto, Ibid.
[25] Ibid.
[26] Ibid, hal.
53
[27] Soerjanto Poespowardojo, “Strategi Kebudayaan – Suatu Pendekatan Filosofis”, hal : 38 – 39.