BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Jepang pasca Perang Dunia ke-2 menjadi negara
demokratis dan lebih memilih
untuk bersahabat dan mementingkan demokrasi untuk membina hubungan dengan
negara lain secara
damai. Tujuan
pokok politik luar negeri Jepang adalah memberikan sumbangan bagi perdamaian
dan stabilitas dunia[1].
Jepang percaya bahwa diplomasi perdamaian lewat dialog dan kerjasama
internasional ini mengarah bagi tercapainya keamanannya sendiri dan kemajuan
kesejahteraan rakyatnya[2]. Masa pendudukan Jepang atas Indonesia selama tiga
setengah tahun merupakan periode yang paling menentukan dalam sejarah Indonesia. Selama pendudukan Jepang banyak sekali
perubahan-perubahan yang terjadi dalam masyarakat Indonesia menuju ke arah
revolusi[3].
Hubungan atau interaksi antara Jepang dengan Indonesia telah ada sejak lama, bahkan jauh sebelum Jepang datang untuk menjajah Indonesia. Kecenderungan
yang mereka lakukan adalah aktivitas dagang, terutama penduduk dari kawasan
Kyuushuu. Di Indonesia sendiri, pada tahun 1897 (Meiji 30), terdapat 125 orang
Jepang[4] dan
pada tahun 1909 terdapat 614 orang Jepang[5].Tanggal
20 Januari 1958 merupakan tanggal yang paling bersejarah. Tanggal tersebut
merupakan awal hubungan diplomatik dan ditandatangani traktat damai dan
pampasan perang antara pemerintah Jepang dan pemerintah Indonesia[6], lalu
hubungan diplomatik Indonesia – Jepang secara resmi dimulai pada April 1958[7].
Kunjungan lawatan Soekarno yang pertama ke Jepang dilakukan pada tanggal 6 Juni
1959 untuk membahas mengenai pampasan perang dan kerjasama.
Sejak
akhir 1960-an hubungan ekonomi antara Indonesia dan Jepang sangat erat. Bagi
Indonesia, Jepang adalah negara paling penting bagi ekspor-impornya. Bagi
Jepang, Indonesia negara nomor dua sesudah Amerika Serikat dalam jumlah
ekspor-impornya. Jepang menanamkan modalnya di Indonesia, terbesar di antara
negara-negara berkembang. Begitu pula jumlah bantuan ekonominya[8].
Pergantian
pemerintahan dari Soekarno ke Soeharto membawa perubahan terhadap hubungan
kerjasama yang dilakukan Indonesia dengan Jepang. Pada masa Soekarno lebih
memprioritaskan pembangunan ekonomi yang bersifat anti-komunis, Namun dalam
perjalanannya Soekarno lebih mengarah ke haluan kiri, sehingga banyak
memunculkan pemberontakan dan kerusuhan.
Sedang pada Masa Soeharto menjadi lebih kapitalis. Namun sampai pada
dasawarsa 80-an hubungan ini telah mengalami banyak perubahan yang lebih
terfokus dan makin matang yang dapat terlihat dengan adanya pebangunan
jalan-jalan di Jakarta, toserba Sarinah, Hotel Indonesia, gedung Wisma Nusantara,
gedung Kedubes Jepang, Bank Tokyo dan perusahaan penerbangan Jepang.
Joseph S. Nye dalam bukunya Soft
Power- The Means to Success in World Politics, mengungkapkan soft
power sebagai kemampuan mencapai tujuan dengan tindakan atraktif dan menjauhi
tindakan koersif. Di tataran hubungan internasional, soft power diawali dengan membangun hubungan kepentingan, asistensi
ekonomi, sampai tukar menukar budaya dengan negara lainnya[9]. Hal
itulah yang dilakukan oleh Jepang terhadap Indonesia yang merupakan salah satu
bekas negara jajahannya berupa bantuan ekonomi atau pinjaman lunak.
Hubungan atau interaksi tersebut sebagian besar adalah
dalam urusan ekonomi (perdagangan dan investasi). Jepang mengimpor banyak Sumber
Daya Alam dari Indonesia berupa gas alam. Terlebih sejak gempa yang terjadi 11
maret 2011 lalu[10]
dan Jepang memasarkan produk-produk industrinya ke Indonesia karena Jepang
menginginkan Indonesia khususnya dan Asia Tenggara umumnya menjadi tempat yang
penting bagi masa depan perekonomiannya yang dilandaskan hubungan yang saling
menguntungkan dan dapat ditingkatkan.
Namun, dalam perkembangannya tidak hanya dalam urusan ekonomi saja, melainkan hampir ke semua aspek, khususnya dalam
bidang pendidikan dan kebudayaan. Jepang memberikan beasiswa bagi pelajar asing untuk belajar
di universitas-universitas di Jepang. Juga, pembuatan pusat kebudayaan Jepang
sebagai sarana infiltrasi budaya[11].
Akan tetapi pengiriman pelajar Indonesia ke Jepang sendiri sudah dimulai pada
saat Indonesia dijajah Belanda[12],
saat Jepang menjajah Indonesia yang berdasar dari semua kalangan asalkan lulus
dari serangkaian ujian yang diselenggarakan di kantor-kantor pemerintah daerah
maupun pusat (Jakarta) ataupun juga merupakan perwakilan keraton atau kerajaan[13],
hingga saat ini.
Pada masa penjajahan Belanda pun sebenarnya
juga ada pelajar Indonesia yang belajar di Jepang. Namun, mereka tidak serta
merta langsung masuk ke perguruan tinggi. Mereka harus menempuh pendidikan di kokusai gakuyukai [14]terlebih
dahulu, karena mereka yang dikirim tersebut tidak mengerti mengenai bahasa
Jepang. Setelah mereka lulus dan kembali ke Indonesia, mereka membentuk Persada
(Persatuan Alumni Jepang)[15].
Pendidikan
bahasa Jepang di Indonesia, diselenggarakan pada sekolah menengah, perguruan
tinggi (PT), dan pada kursus-kursus. Minat pembelajar bahasa Jepang dari tahun
ke tahun terus bertambah, baik dari jumlah pembelajarnya maupun lembaga
penyelenggaranya. Data Japan Foundation (2004) yang mencatat
perkembangan pendidikan bahasa Jepang dari tahun 1998 sampai 2003, menyatakan
di tataran pendidikan menengah terdapat 432 lembaga, di PT terdapat 78 lembaga,
dan di kursus- kursus tercatat 98 lembaga. guru bahasa Jepang di sekolah
menegah mencapai 532 orang, di PT sebanyak 630 orang dan di kursus-kursus
adalah 520 orang. Sedangkan jumlah pembelajarnya di tingkat menengah sebanyak
61.723, di tingkat PT ada 13.881 orang dan di kursus-kursus tercatat 9.617
orang[16].
Dari
perspektiflatar belakang tujuan mempelajari bahasa Jepang, secara umum
menyatakan agar dapat berkomunikasi dalam bahasa Jepang dan untuk bekerja.
Secara spesifik banyak yang berminat mempejahari bahasa Jepang karena didorong
oleh kesenangan pada budaya Jepang, seperti musik, drama, animasi dan olah raga[17]. Indonesia
merupakan negara dengan jumlah pembelajar bahasa Jepang terbanyak kedua di
dunia, yakni mencapai 3.984.538 orang[18],
demikian hasil perhitungan cepat The Japan Foundation (JF). Menurut Direktur
Jenderal JF Jakarta, Tadashi Ogawa, berdasarkan data terbaru tahun 2012
Indonesia merupakan negara dengan jumlah pembelajar Bahasa Jepang terbesar
kedua di dunia, di bawah Cina[19]. Hal
ini terdapat peningkatan sebesar 21% dibandingkan tahun 2009 dengan jumlah yang
mencapai 716.353 orang[20]
Menurut data statistik Kementrian Pendidikan dan
Kebudayaan Jepang sampai dengan tahun 2010, jumlah mahasiswa Indonesia yang
belajar di Jepang sebanyak 2.190 orang. Jumlah tersebut mengalami peningkatan
sebanyak dua kali lipat sejak tahun 1997. Sekitar 60%-nya memilih bidang SAINS.
Sedang jumlah total orang Indonesia yang belajar di Jepang tahun 2006 sebanyak
270.000 orang, tahun 2009 menjadi 716.000 orang dan menjadi urutan ke-3 di
dunia[21].
Di
Jawa Timur, peminat bahasa Jepang merupakan yang tertinggi kedua setelah Jawa
Barat. Hal itu menurut Masaaki Takano[22],
dapat terlihat dari banyaknya pelajar yang mendapat beasiswa pergi ke Jepang.
Tidak hanya itu, menurut Rektor Untag Surabaya, Prof. Dr. Hj. Ida Ayu
Brahmasari, drg. Diphl, MPA juga menyatakan hal yang sama saat menghadiri acara
Kanji Cup yang diadakan Konjen Jepang di Surabaya bekerjasama dengan Untag pada
Maret 2011 lalu[23].
B.
Rumusan
Masalah
Berdasar
hasil observasi yang dilakukan penulis dari tahun 2011, penulis menduga kuat
bahwa peminatan akan bahasa Jepang di Surabaya mengalamai peningkatan. Hal ini
dapt dilihat dari jumlah pendaftar perguruan tinggi baik negeri maupun swasta
yang bertambah. Tidak hanya itu, peserta lomba-lomba akademis yang sering
diadakan oleh kampus jurusan bahasa dan sastra Jepang pun mengalami
peningkatan. Tidak hanya dari dalam Surabaya saja, tapi dari luar Surabaya pun
dan bahkan di hampir seluruh Jawa Timur. Penulis mensinyalir bahwa bahasa
Jepang sudah mulai diterima oleh dan menarik perhatian masyarakat (khususnya
Surabaya) untuk dipelajari. Atas dasar itu, penulis mencoba menarik sebuah
permasalahan bagaimana perkembangan bahasa Jepang di Surabaya, mulai dari kapan
mulai diperkenalkan, dimana, siapa sasaran pertama hingga menyangkut kurikulum
yang digunakan dalam pembelajaran di masyarakat.
C.
Tujuan
dan Manfaat
Tujuan
dari penulisan skripsi ini adalah untuk menjawab permasalahan yang penulis
temukan yaitu mengetahui bagaimana perkembangan pendidikan bahasa Jepang di
Surabaya. Saat penulisan ini selesai diharapkan dapat memberuikan informasi
bagaimana perkembangan bahasa Jepang di Surabaya, baik bagi masyarakat umum
maupun tingkat perguruan tinggi dan lembaga-lembaga yang terkait dengan
pendidikan bahasa Jepang di Surabaya. Karena hal yang berbau tentang Jepang di
Surabaya yang dikenal masih terbatas pada budaya populer Jepang yang banyak
digemari masyarakat, khususnya para pemuda Surabaya. Diharapkan penulisan ini
nantinya akan membantu masyarakat di Surabaya agar bisa mengetahui bahwa Jepang
dan bahasanya tidak bisa dipisahkan dan layak untuk dipelajari oleh semua
kalangan.
D.
Tinjauan
Pustaka
Penulisan
ini mendasarkan pada saebuah buku yang berjudul Suka Duka Pelajar Indonesia di
Jepang. Dalam buku tersebut disebutkan bahwa sebenarnya sudah ada jalinan
kerjasama bidang pendidikan yang dilakukan Indonesia dengan Jepang sejak tahun
1935-1936 dengan biaya mandiri meskipun pada saat itu Indonesia masih dalam
jajahan Belanda[24]. Dan Pada saat Jepang
menjajah Indonesia terjadi 2 kali pengiriman palajar Indonesia ke Jepang, yaitu
pada tahun 1943 sebanyak 20 orang dan 1944 sebanyak 20 orang atas biaya dari
pemerintah Jepang[25].
Masih
dalam buku yang sama menceritakan tentang beberapa kesaksian para pelajar
Indonesia dari saat mereka akan berangkat ke jepang, berada di Jepang dan
sepulang dari Jepang. Sebagai contoh disebutkan disana seorang pelajar wanita
yang pertama yang belajar ke Jepang[26] yang
dengan tujuan mendapat pendidikan lebih baik karena pada saat itu (tahun 1935)
Indonesia dalam jajahan Belanda yang tidak menginginkan pendidikan orang
Indonesia maju. Pada waktu itu, dijelaskan bahwa kaum wanita tidak belajar
bersama dengan kaum pria (co-educational), tetapi bersekolah sendiri di Jogakko
(sekolah khusus wanita).
Dari
kesaksian-kesaksian pelajar Indonesia pertama yang belajar ke Jepang tersebut,
dapat disimpulkan bahwa Jepang sudah membuka peluang beasiswa bagi pelajar
asing, khususnya untuk Indonesia sekitar tahun 1900-an. Dan di kala itu
Indonesia masih dalam penguasaan Belanda, maka pengiriman pelajar ke Jepang
dilakukan tidak dengan terang-terangan, semisal ikut menumpang kapal dagang
ataupun dititipkan ke kenalan untuk dibawa ke Jepang.
Namun
pada tahn 1935-1944 pengiriman pelajar itu jadi semakin berani. Susahnya
mendapatkan beasiswa dari pemerintah Belanda membuat beberapa pelajar Indonesia
melirik ke Jepang karena banyaknya tawaran beasiswa dan juga adanya kenalan
yang sudah labih dulu berada disana. Atas kerjasama dengan pemuda-pemuda
Indonesia yang haus akan pendidikan yang lebih baik akhirnya bisa mengirimkan
perwakilan pelajar Indonesia untuk mengenyam pendidikan yang lebih baik. Dan
setelah mereka selesai dan kembali, membentuk Sekolah Republik Indonesia Tokyo
(SRIT), Persatuan Alumni Dari Jepang (PERSADA), Asian Students Cultural
Association (ASCA/ABK), Japan Foundation (JF) dan juga ada yang bekerja di
kedutaan Indonesia.
Dalam jurnal yang berjudul Pendidikan Bahasa Jepang di
Indonesia Sebuah Refleksi karya Wawan Danasasmita menyebutkan bahwa bahasa
Jepang di Indonesia merupakan bahasa asing yang banyak dipelajari oleh
masyarakat Indonesia dalam waktu yang relatif lama dan perkembangannya cukup dinamis.
Tetapi secara kualitas masih jauh tertingal dari negara lain yang baru
mempelajari bahasa Jepang. Dinamika perkembangannya yaitu pendidikan bahasa
Jepang dilaksanakan bersifat
doktrin karena situasi
saat itu karena propaganda Jepang
yang menginginkan dukungan dari rakyat Indonesia untuk mensukseskan
perang. Setelah Jepang
menyerah kepada sekutu, pendidikan bahasa
Jepang di masa awal
kemerdekaan yang bersifat
informal, karena diajarkan
di lembaga-lembaga non-formal, dan yang terakhir, pendidikan pendidikan
bahasa Jepang yang dilaksanakan secara formal yang
berkembang mulai dari sekolah menengah sampai jenjang Perguruan Tinggi.
Perkembangan akhir-akhir ini
tidak terlepas dari
daya tarik perekonomian
Jepang yang telah mendorong
banyak pelajar, untuk mempelajari bahasa Jepang[27].
E.
Metode
dan Sumber Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode penelitian sejarah
yaitu metode atau cara yang digunakan sebagai pedoman dalam melakukan
penelitian peristiwa sejarah dan permasalahannya. Dengan kata lain, metode
penelitian sejarah adalah instrumen untuk merekonstruksi peristiwa sejarah (history as past actuality) menjadi
sejarah sebagai kisah (history as written). Dalam ruang
lingkup Ilmu Sejarah, metode penelitian itu disebut metode sejarah[28].
Lebih
khusus lagi, menurut Gilbert J. Garragham (1957: 33) menyebutkan bahawa metode
penelitian sejarah adalah seperangkat aturan dan prinsip sistematis untuk
mengumpulkan sumber-sumber sejarah secara efektif, menilainya secara kritis dan
mengajukan sintesis dari hasil-hasil yang dicapai dalam bentuk tertulis[29].
Dalam penelitian sejarah, terdapat langkah langkah yang
harus dilakukan, yaitu pemilihan topik, study pendahuluan dan implementasi
penelitian. Pemilihan topik dilakukan untuk menentukan pembahasan dan batasan
pembahasan tersebut. Study pendahuluan dilakukan untuk mencari sumber yang
mengandung data yang relevan dengan topik yang sudah diambil seh ingga bisa
menentukan batasan temporal (waktu) dan spasial (tempat) topik yang diangkat. Dalam
implementasinya, terdapat beberapa cara, yaitu heuristik, kritik, interpretasi dan historiografi[30].
Metode
yang lain yang digunakan adalah metode deskriptif, yaitu suatu metode yang
berusaha menggambarkan dan menginterpretasikan objek sesuai dengan apa adanya[31]. Sehingga
obyektifitas penulisanlah yang terpenting. Namun, dalam penulisan ini tidak
bisa secara sempurna menuliskan sebuar peristiwa dengan benar-benar murni
obyektif karena terdapat campur tangan interpretasi penulis. Sehingga melalui
metode ini penulis akan bisa membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara
sistematis, factual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan
antar fenomena yang diselidiki yang nantinya mengasilkan sebuah rekonstruksi
peristiwa yang tidak mengurangi nilai historisnya. Yang akan ditempuh melalui
observasi[32] dan study kepustakaan[33]. Metode yang ketiga adalah dengan wawancara. Penulis akan
memilih subyek wawancara yang terkait dengan topik yang sedang diteliti penulis
maupun subyek yang berada dalam kurun waktu yang menjadi batasan pembahasan
topik yang penulis teliti.
Sumber yang dipakai penulis adalah berupa arsip-arsip
yang valid dan terkait dengan materi yang diambil penulis. Bahan tersebut
didapatkan dari Badan Arsip Nasional maupun dari arsip yang dimiliki oleh
pemerintah Surabaya dan Konjen Jepang Surabaya. Selain itu juga menggunakan
buku-buku yang sesuai yang terdapat di perpustakaan kampus, perpusakaan daerah
Surabaya maupun perpustakaan Konjen Jepang Surabaya. Selain itu juga
menggunakan data dari hasil wawancara yang akan diolah secara obyektif oleh
penulis. Sumber yang lain yang dipakai penulis adalah internet sebagai sumber
alternatif jika memang itu diperlukan. Penulis akan melakukan pemilihan
terhadap website yang digunakan sebagai sumber penulisan.
BAB II
PENDIDIKAN
BAHASA JEPANG DI INDONESIA
Perkembangan
pendidikan bahasa Jepang di Indonesia, memiliki sejarah unik dan menempuh kurun
waktu cukup lama, yaitu tercatat sejak tahun 1935-1942, 1943-1944[34] telah
ada pengiriman pelajar Indonesia ke Jepang. Sekarang ini bahasa Jepang
tergolong salah satu bahasa Asing yang banyak di pelajari masyarakat Indonesia.
Namun dibanding perkembangan di negara lain, pendidikan bahasa Jepang secara
kualitas, masih ketinggalan[35].
Dalam
perkembangannya dapat dibagi dalam beberapa fase, antara lain fase pertama,
pendidikan bahasa Jepang dilaksanakan bersifat doktrin[36], kedua,
pendidikan bahasa Jepang di masa awal kemerdekaan yang bersifat informal[37], dan
ketiga, pendidikan pendidikan bahasa Jepang yang dilaksanakan secara formal
yang berkembang mulai dari sekolah menengah sampai jenjang Perguruan Tinggi[38].
Pada
saat bangsa Indonesia dijajah oleh Jepang, terdapat larangan penggunaan bahasa
Belanda sebagai bahasa sehari-hari, diijinkan memakai bahasa Indonesia dan juga
di ajarkan bahasa Jepang agar komunikasi dengan orang Jepang tidak terlalu
mengalami kesulitan. Hal ini dimaksudkan agar Jepang bisa mendapatkan dukungan
dari rakyat Indonesia, terutama golongan muda yang lebih dinamis, idealis dan
punya semangat kerja yang tinggi[39].
Dengan berbagai cara dalam bidang pendidikan, Jepang terus berusaha mengambil
hati golongan muda di Indonesia, karena saat itu Jepang yakin bahwa golongan
muda Indonesia belum terpengaruh bangsa barat[40].
Agar
bisa mempercepat penguasaan berbahasa Jepang oleh bangsa Indonesia, Jepang
mengadakan beberapa lomba bahasa Jepang, yaitu lomba membuat karangan,
becakap-cakap, membaca dan menyanyi dalam bahasa Jepang. Selain itu Jepang juga
membentuk sekolah dan kursus kilat pelajaran bahasa Jepang yakni Nippongo
Gakko[41]. Selain itu
terdapat pihak swasta menyelenggarakan kursus bahasa Jepang dengan masa
pendidikan selama empat bulan yang dikelola olehy Toa Bunka Kai yaitu
Asosiasi Kebudayaan Asia Timur. Badan ini bekerja dalam bidang kebudayaan[42].
Dampak yang dihasilkan dari hal itu adalah berupa peningkatan penggunaan bahasa
Indonesia dan Japanisasi terhadap nama tempat atau papan nama toko yang
sebelumnya menggunakan bahasa Belanda
Seiring
berjalannya waktu, sampai Jepang akhirnya menyerah kepada sekutu dan merdekanya
Indonesia, jejak-jejak pengajaran masih tersisa di Indonesia. Pada masa
awal-awal kemerdekaan tersebut, jepang menanda tangani perjanjian pampasan
perang dan menjalin kerjasama dengan negara bekas jajahannya. Termasuk salah
satunya pengiriman pelajar Indonesia ke Jepang. Sebelum pemberangkatan, para
pelajar akan mengikuti pelatihan berbahasa Jepang yang masih ada di Indonesia
sebagai modal awal mereka. Dan setelah mereka tiba di Jepang, mereka pun juga
akan menerima pelatihan lagi di sekolah khusus sebelum nantinya mengikuti
pengajaran di Jepang.
Menjelang
tahun 1960-an, banyak pemuda Indonesia kembali dari Jepang dan mulai
mengajarkan bahasa Jepang di Indonesia. Hal ini didukung pula dengan dibukanya
lembaga kursus bahasa Jepang di Lembaga Kebudayaan Jepang di Jakarta pada tahun
1958. Lembaga ini berdiri atas bantuan kedutaan Jepang di Jakarta yang bekerja
sama dengan para mahasiswa Indonesia yang baru kembali setelah belajar di
Jepang. Setelah itu, lembaga-lembaga pendidikan lainnya mulai bermunculan di
Indonesia[43]. Seiring dengan
perkembangan kerja sama tersebut semakin banyak pula bermunculan
lembaga-lembaga pendidikan bahasa Indonesia dan Jepang baik itu di Indonesia
maupun di Jepang yang beberapa diantaranya masih aktif sampai sekarang di
bidang pendidikan khususnya bahasa seperti Sekolah Republik Indonesia Tokyo
(SRIT), Persatuan Alumni Dari Jepang (PERSADA), Asian Students Cultural Association
(ASCA/ABK), Japan Foundation (JF)[44].
Tidak
hanya itu, Indonesia telah menikmati hubungan yang sangat mesra dengan Jepang
selama lima puluh tahun[45].
Awal perjanjian hubungan
diplomatik antara Republik Indonesia dengan negara Jepang ditandatangani oleh kedua menteri luar negeri
Aiichiro Fujiyama dan Subandrio di Jakarta 20 Januari 1958 yang menuntut kedua
negara dan warga negaranya selalu berada dalam keadaan aman secara nyata dan
kekal, serta dalam hubungan baik untuk selamanya[46].
Konsekuensi yang didapatkan Jepang adalah pembayaran ganti rugi Jepang terhadap
Indonesia saat perang[47].
Cara
yang ditempuh Jepang adalah menggunakan soft
power[48] berupa bantuan ekonomi atau pinjaman
lunak untuk memikat hati negara-negara sahabat, termasuk di Indonesia, lalu dilanjutkan
dengan perjanjian bilateral yang mengikat sehingga ketergantungan kepada Jepang
meningkat. Misal, di bidang pendidikan Jepang memberikan beasiswa untuk belajar
di universitas-universitas di Jepang. Juga, pembuatan pusat kebudayaan Jepang
sebagai sarana infiltrasi budaya[49].
Banyaknya penanaman modal asing dari Jepang membuat perekonomian di Indonesia
meningkat. Hal tersebut membuka peluang kerja baru bagi masyarakat Indonesia.
Seiring
berjalannya waktu, banyak infitrasi budaya Jepang yang masuk ke Indonesia yang
secara tidak langsung menarik minat masyarakat untuk makin mengenal tentang
Jepang yang kemudian menjadikan masyarakat Indonesia semakin mengenal dan
tertarik pada Jepang baik di bidang ilmu pengetahuan, budaya maupun gaya hidup.
Jepang seakan terus mengundang decak kagum masyarakat Indonesia[50].
Salah satu infiltrasi budaya yang dilakukan Jepang adalah dengan memasukkan
manga (漫画)[51] dan
anime ke Indonesia. Dan tidak bisa dipungkiri kehadiran manga dan anime Jepang
tersebut sangat menarik antusiasme masyarakat untuk mempelajari bahasa Jepang
disamping peluang kerja yang ditawarkan oleh PMA Jepang di Indonesia. Selain
cerita yang menarik, dari manga dan anime tersebut sedikit banyak mereka bisa
mengenal tentang Jepang (budaya, sejarah, social, politik, dll.). Tidak hanya
manga dan anime, lagu lagu dan dorama Jepang juga makin diminati. Seiring
dengan itu, meningkat pula minat masyarakat akan bahasa Jepang.
Berawal
dari hal tersebut, bahasa Jepang telah memicu ketertarikan tersendiri bagi
masyarakat di Indonesia. Dipicu dari banyaknya perusahaan Jepang yang
menenamkan modalnya di Indonesia menyebabkan banyak perguruan tinggi mulai
mendirikan jurusan bahasa Jepang. Tidak hanya itu, bahasa Jepang mulai
dijadikan sebagai salah satu mata pelajaran di SMA di beberapa kota besar di
Indonesia sejak tahun ’90-an.
Menurut data survey yang dilakukan
oleh The Japan Foundation tahun 2006 menyebutkan jumlah pembelajar bahasa
Jepang di Indonesia adalah sebanyak 272,719 orang meningkat lebih dari 3 kali lipat
dari pada data tahun 2003 sebanyak 75,604 orang yang tersebar dalam 1,084
lembaga (data tahun 2003 sebanyak 510 lembaga) pendidikan dengan jumlah tenaga
pengajar sebanyak 2,651 orang (data tahun 2003 sebanyak 1,182 orang).
Disamping minat yang tinggi untuk
belajar bahasa Jepang dilingkungan anak muda Indonesia juga tidak lepas dari
dukungan penuh pemerintah jepang melalui The Japan Foundation yang memberikan
berbagai bantuan untuk peningkatan Pendidikan Bahasa Jepang ini. Tidak hanya
itu, pemerintah Jepang juga membuka banyak beasiswa untuk sekolah lanjutan di
tiap universitas yang ada untuk menambah minat pelajar asing khususnya
Indonesia untuk lebih mendalami bahasa Jepang maupun ilmu yang lain yang ada di
Jepang
Di indonesia banyak sekali universitas-universiatas
yang membuka jurusan bahasa Jepang yang sebagai salah satu wujud apresiasi atas
minat masyarakat akan bahasa Jepang dan dampak dari banyaknya investasi dan kerjasama
dalam berbagai bidang dengan Indonesia yang dilakukan Jepang untuk Indonesia. Hal
tersebut tampak dengan banyaknya perusahaan Jepang yang ada di Indonesia.
Banyaknya perusahaan Jepang di Indonesia tersebut menyebabkan munculnya
kebutuhan untuk mempelajari bahasa maupun budaya Jepang.
Data JF menyebutkan bahwa sebelum
2003 hanya ada 43 universitas di Indonesia yang membuka jurusan bahasa Jepang
tetapi pada 2004 meningkat menjadi 78 universitas dan kabarnya pada 2005 lalu
bertambah lima universitas lagi. Perguruan tinggi yang
merintis didirikannya jurusan bahasa Jepang adalah UI, Unpad, dan kemudian
merambah ke daerah lain di Indonesia seperti di beberapa kota di pulau Sumatera
dan Jawa yang banyak terdapat universitas-universitas yang memiliki jurusan
atau prodi Bahasa/Sastra Jepang. Di luar dari Sumatera dan Jawa, kawasan Indonesia
yang lainpun juga ada, namun tidak sebanyak yang ada di Sumatera dan Jawa.
Berukit beberapa nama Universitas yang memiliki jurusan atau prodi
Bahasa/sastra Jepang yang ada di Indonesia.
Prodi
sastra jepang UI dibuka pada tahun 1950[52] yang
termasuk dalam fakultas sastra yang sekarang berganti nama menjadi fakultas
ilmu budaya sejak tahun 1954. Prodi ini termasuk dalam jurusan sastra asia
timur. Pada tahun 1951, Menteri Pendidikan, Pengajaran, dan Kebudayaan Republik
Indonesia mengeluarkan surat keputusan yang mewajibkan pemakaian bahasa
Indonesia sebagai bahasa pengantar dalam semua kuliah[53].
Sebelum pindah ke kampus Depok, tempat kedudukan fakultas Universitas Indonesia
terletak menyebar, kedudukan fakultas sastra waktu itu berada di daerah
Rawamangun. Sejak bulan September 1987, semua fakultas pindah ke kampus Depok
kecuali Fakultas Kedokteran Umum dan Kedokteran Gigi yang tetap berada di
kampus Salemba serta rektorat sebagai pusat kegiatan administrasi[54].
Prodi
Sastra Jepang Unpad ini dibawah naungan Fakultas Ilmu Budaya yang berdiri sejak
1 November 1958 didasarkan atas Surat Keputusan Yayasan Pembina Universitas
Padjadjaran No. 6/FS/531 tertanggal 1 Oktober 1958. Tertanggal 12 Agustus 1960
memperoleh legalitas yang lebih kuat dengan dikeluarkannya Surat Keputusan
Menteri PPK No. 66971/UU/60[55].
Prodi Sastra Jepang FIB Unpad merupakan salah satu program studi yang banyak
diminati[56]. Kurikulum yang digunakan
berusaha menyeimbangkan paduan antara mata kuliah kompetensi utama[57]
dengan mata kuliah kompetensi penunjang[58].
Gelar yang diperoleh lulusan adalah Sarjana Humaniora (S.Hum.)
Jurusan
Pendidikan Bahasa Jepang Universitas Pendidikan Indonesia dibawah naungan
Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni Universitas Pendidikan Indonesia berdiri
pada tahun 1965 di Bandung[59]. Jurusan
ini merupakan salah satu jurusan yang banyak dipilih oleh calon mahasiswa baik
melalui jalur SPMB (sekarang: SNMPTN), PMDK, Jalur Ujian Masuk (UM) UPI,
Lanjutan, maupun jalur Kerja Sama[60].
Dalam pengembangannya, jurusan ini melakukan kerja sama dengan beberapa lembaga
seperti The Japan Foundation atau Nipon Foundation melalui
kegiatan penelitian, untuk meningkatkan kualitas pendidikan dan pengajaran
bahasa Jepang di Indonesia baik untuk pendidikan tinggi maupun untuk pendidikan
menengah; Pusat Kebudayaan Jepang; dan lembaga bahasa Jepang lainnya.
Program
studi Pendidikan Bahasa Jepang Universitas Negeri Surabaya pertama kali dibuka
pada kisaran tahun 1980-an. Hal ini dikarankan banyaknya PMA Jepang yang masuk
di Jawa Timur, khususnya daerah Surabaya yang banyak membutuhkan banyak
pegawai. Tentu saja hal tersebut menarik minat masyarakat untuk bekerja disana
sehingga dengan dibukanya Prodi ini bisa mempermudah komunikasi dalam bekerja
nanti. Gelar yang didapat dari prodi ini setelah lulus adalah Sarjana
Pendidikan[61].
Prodi
Bahasa Jepang Universitas Sumatera Utara pertama dibuka pada tahun 1980 dengan
program D3 berbarengan dengan D3 Pariwisata dan D3 Bahasa Inggris[62].
Namun SK pembentukannya baru terbit tahun 1987. Pada tahun 2000, Sastra Jepang
resmi dibuka[63]. Prodi ini dibawah
naungan Fakultas Sastra, namun pada tanggal 5 april 2011 Fakultas Sastra resmi
berubah nama menjadi Fakultas Ilmu Budaya. Hal ini sesuai dengan SK Rektor No.
981/H5.1.R/SK/PRS/2011.
Sastra
Jepang Universitas Gadjah Mada diperkirakan berdiri sejak tahun 1989[64].
Prodi ini berada dibawah naungan Fakultas Ilmu Budaya yang bergerak dalam
bidang pendidikan dan penelitian bahasa dan budaya Jepang[65].
Prodi ini banyak menjalin kerjasama dengan universitas-universitas yang ada di
Jepang juga dengan perusahaan-perusahaan Jepang untuk memberikan beasiswa studi
di Jepang[66]. Kegiatan mahasiswa yang
selama ini sudah dan masih berjalan adalah menyelenggarakan Pekan Budaya
Jepang, Lomba Pidato Bahasa Jepang Wilayah DIY dan Jateng, bekerjasama dengan
program studi menyelenggarakan Tes Kemampuan Berbahasa Jepang yang dilaksanakan
setiap tahun, Forum Kaiwakai dan lain-lain. Mahasiswa juga mempunyai kesempatan
meyampaikan ide, saran serta aspirasinya kepada Program Studi melalui Forum
Temu Dosen-Mahasiswa, melalui angket yang diberikan jurusan atau melalui
keikutsertaannya dalam Tim Jaminan Mutu Tingkat Program Studi[67].
Jurusan
Sastra Jepang Unitomo dibuka pada tahun 1992 dan merupakan universitas ke-2 di
daerah Surabaya yang memiliki Jurusan Sastra Jepang. Pendirian jurusan ini
didasarkan atas pemikiran ketua yayasan Unitomo yang menyebutkan bahawa
pentingnya untuk mepelajari bahasa asing lain selain bahasa inggris yang sudah
ada. Karena Jepang kini termasuk sebagai salah satu negara maju di kawasan asia
sehingga banyak menanamkan modalnya di Indonesia, khususnya Surabaya. Meresponi
hal tersebut pihak Unitomo dengan berani membuka jurusan Sastra Jepang untuk
memenuhi kebutuhan perusahaan Jepang yang ada di Surabaya dengan SDM yang
kompeten dalam berbahsa Jepang[68].
Sastra Jepang Universitas 17 Agustus Surabaya
didirikan pada tahun 1994 dengan dukungan dari pihak Sastra Jepang Unpad dan
Konjen Jepang Surabaya. Dilatarbelakangi akan meningkatnya kebutuhan sarjana
yang menguasai bahasa Jepang dan ilmu kejepangan. Dan di Surabaya, Jatim masih
ada 2 universtas yang memiliki jurusan serupa, yaitu Unesa dan Unitomo. Saat
pengajuan nama, diusulkan dengan nama Jurusan Bahasa dan Satra Jepang, tapi SK
Kementrian Pendidikan yang keluar adalah Jurusan Bahasa Jepang di bawah naungan
fakultas Sastra[69].
Prodi
sastra Jepang Universitas Al Azhar Jakarta dibuka sekitar tahun 2000 dan
mendapat akreditasi B[70].
Bertujuan mendidik dan menghasilkan Sarjana Sastra yang memiliki wawasan dan
keahlian dalam bidang Studi kejepangan. Lulusannya diharapkan tidak melulu
bekerja pada perusahaan Jepang namun juga bisa menciptakan lapangan kerja baru
dengan skill yang dimilikinya. Selain itu Program Studi Sastra Jepang
mengusahakan beasiswa ke Jepang ataupun program exchange students ke
Jepang.
Pada tahun ajaran 2001/2002 dibuka Program Studi Diploma
3 Bahasa Jepang Universitas Diponegoro berdasarkan Surat Keputusan Dirjen Dikti
Depdiknas RI No. 27/DIKTI/Kep/2001 tanggal 30 Januari 2001[71]
dibawah naungan Fakultas Sastra yang sebelumnya pada tahun 1999 dibuka jurusan
D1 Bahasa Jepang[72].
Sejak bulan april 2009 berdasarkan sk rektor Undip no. 184/sk/117/2009 fakultas
sastra berubah menjadi fakultas ilmu budaya[73].
Pada 24
April 2010 diresmikan Prodi S1 Sastra Jepang dipimpin oleh Dekan Fakultas Ilmu
Budaya Undip, Prof. Dr. Nurdien H. Kistanto, M.A[74]
berdasar Surat Keputusan tentang ijin penyelenggaraan program studi yang terbit
tanggal 30 Oktober 2009[75]. Hal
tersebut dikarenakan banyaknya perusahaan Jepang yang berinvestasi di Indonesia
membutuhkan tenaga kerja yang mempunyai keahlian bahasa Jepang.
Prodi
Sastra Jepang S-1 Universitas Bung Hatta berdiri tahun 2002[76]
dibawah naungan Fakultas sastra yang sejak tahun 2004 telah berganti nama
menjadi Fakultas Ilmu Budaya atas Surat Keputusan Ketua Yayasan Pendidikan Bung
Hatta nomor : 44/SK-1/Kep/II-2004[77].
Pada tahun 2008 Sastra Jepang UBH menerima SK Dirjen Dikti no
018/BAN-PT/Ak-XI/S1/VIII/2008, yang menyatakan bahwa Sastra Jepang UBH
mendapatkan akreditasi B[78].
Lulusannya banyak diterima
menjadi pegawai negeri sipil untuk mengisi tenaga pengajar bahasa Jepang di
tingkat SMU/SMK dan di berbagai Perguruan Tinggi, perusahaan asing dan
perkantoran elektronik, wartawan dan pertambangan batu bara, serta menjadi
penerjemah bahasa Jepang di perusahaan Jepang di Indonesia. Sastra Jepang UBH
menjalin kerjasama dengan The Japan Foundation, Konsulat Jendral
Jepang di Medan, Kedutaan Besar Jepang di Jakarta, sehingga banyak mendapatkan
bantuan native speaker, buku-buku, alat peraga, dan peralatan
audio-visual. Kemudian, di bidang kerja sama dalam pertukaran mahasiswa dengan Senoda
Woman University Jepang[79].
Pada
Tahun Akademik 2004/2005, dibuka Program Studi Bahasa dan Sastra Jepang
Universitas Andalas. Pembukaan Jurusan Sastra Jepang dilakukan berdasarkan
Keputusan Rektor Universitas Andalas Nomor: 885/XIII/UNAND-2004 atas
persetujuan dari Senat tingkat Fakultas dan Senat Universitas[80].
Karena masih menunggu izin Dikti, Program Studi Bahasa dan Sastra Jepang untuk
sementara “dititipkan” pada Jurusan Sastra Inggris. Setelah mendapatkan ijin
dari Dirjen Dikti Depdiknas maka sejak tahun 2006 Prodi Bahasa dan Sastra
Jepang telah diakui menjadi sebuah jurusan di lingkungan Fakultas Sastra. Pada
tahun 2009 pemerintah Jepang memberi bantuan dalam bentuk Laboratorium Bahasa
Jepang[81].
Prodi
Sastra Jepang Universitas Negeri Jakarta diperkirakan terbentuk sejak tahun
2004, dibawah naungan Fakultas Bahasa dan Seni. Prodi ini belum memiliki
akreditasi namun
memiliki Surat perpanjangan ulang izin Program Studi Bahasa Jepang jenjang
program sarjana (S1) pada Universitas Negeri Jakarta, nomor: 1068/D/T/2008 pada
23 April 2008[82]. Lulusannya akan
mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) dan diharapkan agar bisa
mengaplikasikan ilmu pengetahuannya untuk mengembangkan pendidikan dan
pengajaran bahasa Jepang di masyarakat secara profesional, unggul, mandiri.
Program Studi Pendidikan Bahasa Jepang FKIP
Universitas Riau berdiri pada tanggal 6 Mei 2005 dengan nomor SK pendirian
1336/D/T/2005[83].
Pada tahun 2004 sebuah kepanitian persiapan pendirian Program Studi Pendidikan
Bahasa Jepang. Perkuliahan dimulai pada tahun yang sama, tepatnya tahun ajaran
2005/2006 yang diawali dengan program non reguler dan hanya 9 orang dari 12
orang yang mendaftar resmi menjadi mahasiswa pertama karena telah melakukan
daftar ulang. Tahun kedua dan seterusnya sudah melakukan program reguler.
Sampai bulan Mei 2013 tercatat 192 mahasiswa yang telah mengikuti
perkuliahan dan 78 orang di antaranya telah lulus dan bekerja pada berbagai
sektor pekerjaan terutama mereka bekerja sebagai pengajar di SMA/SMK yang
menyelenggarakan pelajaran bahasa Jepang[84].
Jurusan
Sastra Jepang Universitas Udayana adalah satu dari tujuh jurusan yang ada di
Fakultas Sastra, didirikan pada tahun 2005 dengan SK Direktur Jendral
Pendidikan Tinggi nomor 3203/D/T/2005[85] dan
baru menerima mahasiswa pada tahun 2006. Hal itu didasarkan data dari Dinas
Pariwisata Propinsi Bali tahun 2004, bahwa Jepang menduduki peringkat pertama
dalam hal jumlah wisatawan asing yang berkunjung ke Bali. Meresponi hal
tersebut pihak Fakultas Sastra membentuk jurusan baru yaitu jurusan Sastra
Jepang. Sastra Jepang Fakultas Sastra Universitas Udayana merupakan
satu-satunya program strata satu di Bali. Fokus pengajaranya adalah bidang
linguistik dan keterampilan berbahasa jepang dalam berkomunikasi lintas bangsa
dengan harapan agar para lulusannya bisa memiliki kompetensi dalam mengisi
peluang kerja di bidang penerjemahan karena mengingat Bali seringkali menjadi
tempat penyelenggaraan konferensi internasional.
Prodi pendidikan bahasa Jepang
Universitas Negeri Semarang mulai melaksanakan perkuliahan sejak tahun 2006
melalui SK Dirjen Dikti No.1647/D2.2/2006[86].
Lulusannya bergelar Sarjana Pendidikan dengan kompetensi pendukung bidang
penerjemahan, pariwisata, dan bisnis. hampir 100% lulusan Prodi Pendidikan
Bahasa Jepang langsung mendapat pekerjaan baik sebagai guru, maupun bekerja di
perusahaan, selain itu juga berprofesi sebagai translator maupun interpreter[87].
Program S1 Sastra Jepang Universitas
Brawijaya dibuka pada tahun 2007 berdasarkan SK Dirjen Dikti No 1504/D/T/2007[88], sudah
Terakreditasi B sampai pada tahun 2017. Hal tersebut dilatar belakangi karena,
kebutuhan stake holder merekrut lulusan Bahasa Jepang dan juga tingginya animo
lulusan SMA untuk masuk Program Satra Jepang. Namun sebelum menjadi prodi S1 Sastra Jepang diawali
dari pembukaan Program Diploma 1 Bahasa Jepang pada tahun 2001. Lalu pada tahun
2002 dibuka program Diploma 3[89]. Hingga tahun akademik 2010/2011,
jumlah Mahasiswa Jurusan S1 Sastra Jepang sebanyak 212 orang dan DIII Bahasa
Jepang sebanyak 6 orang[90]. Masih menurut bapak
Efrizal, Sastra Jepang UB setiap tahunnya mengirimkan minimal 2 mahasiswanya
untuk pergi dan belajar ke Jepang melalui program Japanese Studies. Dalam
program GTG (Government To Government)[91] pada
tahun 2012 Sastra Jepang UB mengirimkan 7 orang delegasi dari 15 orang peserta
seluruh Indonesia. Sedangan pada tahun 2013 dalam program tersebut juga
meluluskan 4 orang dari 19 orang peserta seluruh Indonesia.
Program Studi Sastra Jepang Universitas
Airlangga di rintis mulai tahun 2001, dimulai dari 3 orang staf pengajar bahasa
jepang yang diperbantukan pada Program S-1 Jurusan Sastra Inggris Unair.
Dan pada 20 Maret 2006 program studi ini secara resmi berdiri melalui SK
Nomor 815/D/T/2006 dan memiliki 7 staf pengajar dengan berbagai
latar kajian ilmu seperti: Sejarah dan Pemikiran Tradisional Jepang (Bushido,
Konfusionisme), Sosial Budaya dan Sastra Jepang Kontemporer (Modernitas
Jepang, Kolonialisme, Sub-culture), Teori Linguistik Modern Jepang, Ketrampilan
Seni dan Bahasa Jepang (Shodo, Origami). Program Studi ini memiliki daya
tampung 30 orang mahasiswa yang akan diseleksi melalui Seleksi Penerimaan
Mahasiswa Baru (SPMB)[92].
Program Study Pendidikan Bahasa Jepang merupakan
program studi termuda di Universitas Negeri Padang. Program studi mulai
menerima mahasiswa sejak tahun 2012, tepatnya 25 Juli 2012 dengan nomor S.K
Ijin Penyelenggaraan 256/E/O/2012[93].
Lulusan akan bergelar sarjana pendidikan yang nantinya bisa mengaplikasikannya
untuk mengembangkan pendidikan dan metode pengajaran bahasa Jepang di
sekolah-sekolah, pendidikan nonformal, program diploma, dan pendidikan tinggi,
serta menjadi pusat keunggulan dalam pengembangan dan penyebaran ilmu
pengetahuan, teknologi dan seni (IPTEKS) di bidang pendidikan bahasa Jepang.
Selain
perguruan tinggi negeri, ada pula perguruan tinggi swasta pelopor pengembangan
Pusat Studi Kebudayaan Jepang (Center for Japanese Studies) yaitu Universitas
Nasional yang bertempat di jalan Sawomanila Pasar Minggu pada tahun 1984[94].
Dalam prodi Bahasa dan Sastra Jepang Unas ini mempelajari lebih dalam tentang
kebudayaan Jepang. Pada Januari 2004 prodi Bahasa dan Sastra Jepang UNAS
menjalin kerjasama dengan Universitas Hagoromo, Osaka, Jepang dalam hal
penelitian bersama (joint research), pertukaran dosen dan mahasiswa dan
peningkatan literatur kepustakaan sains bahasa Jepang. Terdapat tiga program
peminatan yang dapat dipilih oleh mahasiswa di prodi Bahasa dan Sastra Jepang
Unas ini yaitu linguistik[95],
kesusastraan[96] dan kebudayaan[97].
Program Studi Pendidikan Bahasa Jepang berdiri sejak
UHAMKA masih bernama IKIP Muhammadiyah Jakarta[98]
yang kemudian berubah nama menjadi Universitas Muhammadiyah Prof. DR. HAMKA
dengan Nomor Surat Keputusan Pendirian Program Studi 138/DIKTI/Kep/1997 yang
dikeluarkan oleh DIKTI pada tanggal 30 Mei 1997. Pada tahun 2000 Program Studi
Pendidikan Bahasa Jepang mendapat status akreditasi “B” dari Badan Akreditasi
Nasional Perguruan Tinggi Nomor : 02758/Ak-I-III-010/KEPHJ/VI/2000, tanggal 23
Juni 2000. Lalu berdasarkan SK DIKTI tanggal 27 Oktober 2005 Nomor
07727/Ak-IX-S1-020/IKEPHJ/X/2005 mendapat status akreditasi B[99].
Universitas Darma Persada memiliki prodi S1 Sastra Jepang dan D3
Bahasa Jepang. Prodi ini dibentuk pada pada 6 Juli 1986[100]
oleh sekumpulan pemuda – pemudi Indonesia yang pernah belajar di Jepang dan
tergabung dalam organisasi Perhimpunan Alumni dari Jepang (PERSADA). Di UNSADA
ini memberlakukan
program trilingual untuk semua program pendidikannya yaitu bahasa
Indonesia, Inggris dan Jepang[101].
Pada semua program studi diberikan juga pelajaran dasar Teknologi Informasi dan
Komunikasi (ICT), dan pengenalan monozukuri[102], hal itu ditujukan agar memperkaya
kearifan tradisonal kita dalam menciptakan dan membuat barang[103].
Berdasarkan Keputusan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan RI no.090/D/O/1994, tanggal 19 Agustus 1994 Yayasan PR Saraswati
Denpasar mendirikan ABA Saraswati Denpasar (yang keduakalinya) dengan Status
Terdaftar untuk jenjang D.III Program Studi Bahasa Jepang[104].
Berbarengan dengan itu Program Studi Bahasa Inggris, Program Studi Bahasa
Perancis, Program Studi Bahasa Jerman pun juga dibentuk. Hal itu didasarkan
untuk berpartisipasi aktif dalam membangun Sektor Kepariwisataan di Provinsi
Dati I Bali yang merupakan Aset Devisa Negara yang cukup tinggi untuk
mewujudkan kesejahteraan masyarakat, yang karenanya tenaga-tenaga ahli yang
terampil dan terdidik di dalam penguasaan Bahasa Asing amat dibutuhkan.
Pada
tahun 2010 berdiri jurusan Sastra Jepang di Fakultas Sastra Universitas Kristen
Maranatha[105] di Bandung. Jurusan Sastra Jepang bertujuan
menghasilkan lulusan yang mampu menerapkan keterampilan berbahasa Jepang &
pengetahuan budaya Jepang secara profesional dalam dunia pekerjaan, dapat
melanjutkan studi ke jenjang yang lebih tinggi, baik di dalam maupun di luar
negeri[106].
Pada bulan maret 2010 merupakan awal perencanaan pembentukan Prodi
Pendidikan Bahasa Jepang Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. pada pertengahan Mei
2010 diadakan presentasi info tentang prospek dan peluang pendirian prodi PBJ
UMY. Pada tanggal 15 Juni 2010 diselenggarakan Workshop Penyusunan Proposal
pendirian prodi PBJ UMY di Meeting room hotel Resort Isola UPI bandung yang
menghasilkan draf proposal yang kemudian dipresentasikan di depan rektorat UMY
pada tanggal 24 Agustus 2010, pada bulan september 2010 proposal pendirian
prodi PBJ dikirim ke Dikti oleh staf akedemik UMY setelah mengalami beberapa
revisi[107].
Pada bulan Desember 2011 keluar tentang hasil dari dikti, namun
belum mengeluarkan keputusan resmi tetapi mengharuskan revisi ulang oleh pihak
UMY. Pada Februari 2012 revisi proposal dikirim kembali yang kemudian ijin
pertimbangan pembukaan prodi PBJ diterima pada awal bulan Juli 2012 sehingga
pihak UMY dan Biro Admisi memutuskan untuk menerima mahasiswa baru tahun 2012.
Pada 13 Desember 2012 , SK Ijin Pendirian Prodi Pendidikan Bahasa Jepang UMY
dari DIKTI telah disahkan dan Prodi pendidikan Bahasa Jepang bernaung di
Fakultas Pendidikan Bahasa (FPB) UMY, yang juga lahir bersama dengan SK Ijin
pendirian Prodi Pendidikan Bahasa Jepang (PBJ ,bersama dengan prodi pendidikan
Bahasa Inggris (PBI) dan pendidikan bahasa Arab( PBA)[108].
BAB III
PEMBAHASAN
A.
Pendidikan Bahasa Jepang di
Surabaya
Hampir
sama dengan penjelasan diatas sebelumnya, faktor yang menyebabkan ketertarikan
masyarakat akan bahasa Jepang di Surabaya adalah karena faktor film (anime,
dorama), manga dan lagu-lagu Jepang yang makin banyak digemari[109],
dan bahasa Jepang dikenal di Surabaya dalam dunia pendidikan sekitar tahun 2005[110].
Hingga kemudian bahasa Jepang dijadikan mata pelajaran wajib di sekolah,
terutama untuk sekolah yang membuka kelas bahasa. Namun, untuk pendidikan
tingkat lanjut, bahasa Jepang di Surabaya sudah ada sejak tahun ’80-an[111].
Karena
termasuk bahasa yang baru, pemahaman akan bahasa Jepang untuk ukuran anak SMA
sedikit mendapat kesulitan, terutama bagi yang tidak tahu sama sekali tentang
Jepang. Namun hal tersebut tidak terlalu menjadi persoalan karena pihak sekolah
tidak membatasi cara belajar siswanya[112].
Banyak dari siswa-siswi tersebut belajar otodidak karena mereka termotivasi
untuk bisa lebih memahami bahasa Jepang melalui sarana dan yang ada[113].
Salah satu cara yang mereka lakukan adalah dengan memanfaatkan salah satu media
infiltrasi budaya Jepang yang banyak beredar[114].
Ataupun juga mereka mengikuti kursus.
Bahasa
Jepang dalam dunia pendidikan mendapat apresiasi yang tidak sedikit di
Surabaya, bahkan di hampir semua wilayah Jawa Timur. Hal ini dapat dilihat dari
jumlah peminat bahasa Jepang yang mendaftar ke perguruan tinggi tiap tahun.
Tidak hanya itu, pada saat diadakannya sebuah bunkasai di tiap-tiap universitas
yang memiliki jurusan bahasa dan sastra Jepang selalu diikut-sertakan lomba
akademis bahasa Jepang tingkat SMA. Tiap tahun, jumlah peserta yang ikut serta
dalam lomba tersebut tidak sedikit dan tidak terbatas hanya dari Surabaya.
Namun tidak hanya lomba akademis tingkat SMA yang sering diadakan, tetapi juga
tingat perguruan tinggi dan umum, seperti lomba kanji cup, pidato dan debat
bahasa Jepang yang diadakan oleh Konjen Jepang Surabaya dengan pihak-pihak yang
terkait[115].
Tidak hanya di SMA, setidaknya ada
sekitar 4 universitas di Surabaya, baik negeri maupun swasta yang juga membuka
jurusan bahasa dan sastra Jepang. Bahasa Jepang dinilai penting untuk
dimasukkan ke dalam pendidikan perguruan tinggi dikarenakan negara Jepang
sendiri merupakan salah satu negara yang berpengaruh di dunia dari kawasan Asia[116].
Tidak sedikit perusahaan Jepang yang berinvestasi di Indonesia dan juga di
Surabaya. Jepang selain berkontribusi dalam pembangunan berbagai bidang di
Indonesia seperti pendidikan, kesehatan, dan infrastruktur, juga menjadi investor
dan mitra dagang terbesar bagi Indonesia[117].
Hal ini dinilai akan membuka peluang kerja baru bagi masyarakat terlebih di
Surabaya.
Penguasaan bahasa Jepang sebagai bahasa
utama negara yang berperan penting bagi Indonesia dalam perkembangan pasar
dunia sangat diperlukan. Terlebih Surabaya juga merupakan salah satu kota
perdagangan besar di Indonesia[118].
Perguruan tinggi sebagai salah satu mediator dan fasilitator mempunyai
kewajiban dalam mengajarkan, mendidik, melatih dan memotivasi mahasiswa
sehingga menjadi generasi cerdas yang mandiri, kreatif, inovatif dan mampu
menciptakan berbagai peluang pekerjaan (usaha)[119].
Namun dalam prakteknya masih terfokus pada pengembangan intelegensi, sementara
kreativitas masih kurang berkembang. Jika hal tersebut dibandingkan dengan
sistem pendidikan Jepang sendiri, masih jauh berbeda karena terdapat paduan
antara pengembangan kecerdasan intelegensi dengan kreativitas mahasiswa baik
secara individual maupun kelompok yang dituntut untuk selalu aktif, kreatif dan
inovatif[120].
Penguasaan terhadap bahasa asing
terutama bahasa Jepang memiliki prospek yang cukup menjanjikan. Ketersediaan
lapangan pekerjaan, jika menguasai bahasa Jepang tidak lagi terbatas pada
lapangan pekerjaan yang ada di Indonesia tetapi juga di Jepang. Hal ini tercermin
dari semakin bertambahnya jumlah permintaan pihak Jepang terhadap tenaga kerja
yang profesional melalui berbagai program sebagai bentuk kerjasama kedua
negara. Kondisi ekonomi di dunia sedang mengalami krisis global, yang tentu
saja berpengaruh pada kondisi ekonomi dan perdagangan di setiap negara termasuk
di indonesia. Hal tersebut selama ini membuka peluang bagi lulusan pembelajar
bahasa Jepang untuk memperoleh lapangan kerja pada bidang industri atau ekonomi
umumnya. Kondisi ini menjadikan tantangan yang perlu dipikirkan oleh
lembaga-lembaga yang mengadakan pendidikan bahasa Jepang[121].
Berdasar
dari hal itulah tiap-tiap universitas di Surabaya terus berupaya meningkatkan
mutu pendidikan dan pengajaran bahasa Jepang agar sesuai dengan standar yang
ada di Jepang. Meskipun hal itu menimbulkan banyak keluhan di kalangan para
mahasiswa, upaya peningkatan mutu tersebut tetap dijalankan. Rewardnya adalah
beasiswa untuk belajar di Jepang dalam skala S1, S2 maupun S3. Setiap tahunnya
dibuka tes seleksi beasiswa yang diselenggarakan pemerintah lokal bekerja sama
dengan pemerintah Jepang berdasarkan perjanjian kerjasama yang telah dibuat[122].
Namun juga mahasiswa bisa dengan cara mandiri untuk mencari beasiswa yang
sesuai dengan keinginannya, baik tempat maupun bidang yang akan didalami.
Karena memang kebanyakan pelajar yang mendapatkan beasiswa ke Jepang dari
kalangan mahasiswa, baik dari segi akademik maupun non akademik.
Tidak
hanya pengiriman atau pertukaran pelajar
antara universitas di Jepang dan Surabaya, pengiriman native speaker di
tiap universitas pun dilakukan, bekerjasama dengan The Japan Foundation, Japan
Club, Ashinaga dan Jica Jepang, dll tiap tahun guna membantu mahasiswa dalam
mendalami dan memahami Jepang (dari segi tata bahasa, budaya dan kebiasaan)
juga membantu para dosen dalam pengajaran bahasa Jepang. Selain itu juga, banyak staf
Pemkot Surabaya yang dikirim untuk menimba pengetahuan dan mendapatkan
pengalaman di Jepang
(dalam hal ini antara Surabaya dengan Kochi) dalam bidang pendidikan, seni dan kebudayaan,
industri dan perdagangan. manajemen kota, manajemen pelabuhan, pengembangan
dunia usaha, lingkungan hidup dan kepariwisataan. Sebaliknya, beberapa karyawan
dan staf Pemkot Kochi juga ada yang memperoleh pengetahuan administarsi
pemerintahan di Kota Surabaya[123].
Selain
itu juga banyak bermunculan tempat kursus bahasa Jepang sebagai penunjang dalam
pemahaman bahasa Jepang yang diajarkan baik di sekolah maupun perguruan tinggi.
Tempat tersebut pun tidak luput dari perhatian masyarakat, terutama yang
memeiliki ketertarikan akan Jepang. Yang mengikuti kursus tidak melulu berasal
dari kalangan mahasiswa atau pelajar dan pengajar, tetapi juga dari kalangan
umum yang ingin bekerja di perusahaan Jepang namun belum memiliki sertifikat
JLPT yang merupakan syarat utama untuk bekerja disana.
B.
Beberapa Lembaga Pendidikan Bahasa
Jepang dan Universitas yang ada di Surabaya.
Berikut
akan dijelaskan mengenai Universitas yang memiliki prodi sastra Jepang yang ada
di Surabaya mulai sejak berdiri hingga perkembangannya sampai sekarang dan juga
lembaga pendidikan bahasa Jepang yang ada di Surabaya.
1.
Prodi
Bahasa Jepang Universitas Negeri Surabaya
Program Studi Pendidikan Bahasa
Jepang Unesa didirikan kisaran tahun 1981. Dan merupakan Universitas tertua
yang memiliki Prodi Pendidikan Bahasa Jepang di surabaya dan Jawa Timur. Hal
ini dikarenakan banyaknya PMA Jepang yang masuk di Jawa Timur, khususnya daerah
Surabaya yang banyak membutuhkan banyak pegawai yang terampil dalam berbahasa
Jepang. Bekerjasama dengan Japan Foundation dan Konjen Jepang Surabaya dan
langsung mendapatkan bantuan tenaga pengajar. Seketika Prodi Bahasa Jepang ini
menjadi favorit dan terkenal.
Sampai
kisaran tahun 1999 jumlah mahasiswa tiap angkatan berjumlah 35-40 orang.
Sekitar tahun 2000-an jumlah mahasiswa yang diterima mengalami peningkatan.
Sejak pertama kali dibuka hingga sekarang, Prodi Bahasa Jepang ini langsung
mendapatkan posisi, baik di dalam kampus maupun di masyarakat. Hal itu
disebabkan karena ada keterlibatan langsung dari pihak Jepang dari sejak awal
berdiri dan masyarakat menilai bahwa hal tersebut merupakan sesuatu yang jarang
ada orang asing yang mengajar langsung dalam skala universitas. Selain
mendapatkan bantuan pengajar berupa native speaker, juga mendapatkan bantuan
fasilitas lain berupa laboratorium bahasa Jepang.
Rata-rata
native speaker yang didapat berjumlah 2 orang. Satu sebagai pengajar, namun
bukan pengajar reguler, seperti benkyokai dan juga kegiatan yang langsung
terlibat dengan mahasiswa. Dengan bantuan native speaker tersebut, keaktifan
mahasiswa terlihat jelas dengan mereka yang sering mencari orang yang
bersangkutan. Dan 1 lagi ditempatkan dalam program sertifikasi guru. Para
native speaker itu didapat dari bantuan Japan Foundation. Tetapi tidak setiap
tahun mendapatkan dua orang, terkadang hanya satu orang saja.
Para
dosen yang ada minimal bergelar S2.
Total keseluruhan dosen ada 16 orang. Ada 3 dosen yang sedang mengambil S3 dan
6 dosen S3 yang sedang mengajar. Untuk lulusannya hanya sedikit yang langsung
melanjutkan S2, kebanyakan mereka akan bekerja dulu baru kemudian jika ada
kesempatan akan melanjutkan kuliah S2. Prodi Bahasa Jepang Unesa sebagai yang
pertama dan yang tertua di Jatim dna Surabaya mendapatkan kepercayaan sebagai
tempat diselenggarakannya tes kemampuan bahsa Jepang atau Nouryouku Shiken yang
diadakan konjen Jepang Surabaya untuk wilayah Jatim.
Gelar
yang didapat dari prodi ini setelah lulus adalah Sarjana Pendidikan[124].
Kurikulum yang diterapkan adalah yang mengarah untuk mencetak lulusan yang memiliki
kompetensi sebagai pengajar/guru. Sekitar 80% guru-guru SMA se-Jatim merupakan
lulusan dari Prodi Bahasa Jepang Unesa. Namun tidak hanya itu, dosen-dosen
prodi/jurusan yang sama di beberapa universitas negeri ternama pun juga ada
yang berasal dari Unesa. Berkenaan dengan kurikulum yang diajarkan, bidang
utama pengajaran di Prodi ini adalah bidang linguistik dan tata bahasa. Hal
yang berkenaan dengan sastra sedikit yang diajarkan. Meskipun demikian tidak
semua lulusan bekerja sebagai guru/tenaga pengajar, disesuaikan dengan
ketersediaan lapangan pekerjaan sebagai guru yang ada. Tidak sedikit dari
mereka yang akhirnya bekerja di perusahaan.
Banyak
prestasi yang telah diraih Prodi Bahasa Jepang Unesa baik regional maupun
nasional dalam lomba yang sering diadakan oleh Konjen Jepang Surabaya ataupun
lembaga Jepang yang lain. Salah satunya adalah Mombusho, yang sering diraih
mahasiswa Prodi Bahas Jepang Unesa, tidak hanya beasiswa S1, S2 dan S3 pun juga
melakui tes yang diadakan tiap tahun.
Unesa melakukan kerjasama dengan beberapa perguruan tinggi di Jepang di
antaranya dengan Nagoya University (pada awal tahun ’90-an), Tsukuba
University, dan Aichi University (sekitar akhir tahun ’90-an)[125].
Kerjasama dengan Nagoya dan Aichi merupakan jalinan kerjasama yang selama ini
lancar. Dalam skala Universitas, ada kerjasama bidang teknik dengan JICA sejak
tahun 2000-an hingga sekarang. Salah satu bidang kerjasamanya berkenaan dengan
air dan Unesa punya sebuah produk air kemasan sendiri hasil dari kerjasama
tersebut. Belum ada kerjasama spesifik dengan perusahaan Jepang, namun tidak
sedikit permintaan dari berbagai perusahaan Jepang akan lulusan Prodi Bahasa
Jepang Unesa.
Meskipun
bertujuan utama untuk mencetak guru, namun prodi ini juga memasukkan mata
kuliah yang sekiranya dibutuhkan di masyarakat sebagai mata kuliah tambahan.
Hal tersebut terus disesuaikan dengan melihat perkembangan kebutuhan
masyarakat. Sehingga nantinya para lulusan tersebut bisa mencoba peluang kerja
selain bidang keguruan yang telah diajarkan, seperti menjadi interpreter,
manajemen bisnis dll. Dan mungkin sekiranya mereka sudah masuk ke perusahaan
yang sama sekali berbeda dengan bidang mereka, mau tidak mau mereka akan
mempelajari dari awal/learning by doing di perusahaan tersebut.
2.
Jurusan
Sastra Jepang Unitomo Surabaya
Jurusan sastra Jepang Unitomo
Surabaya didirikan sejak tahun 1992. Hal tersebut didasarkan atas pandangan
ketua yayasan Unitomo yang melihat bahwa banyaknya perusahaan Jepang yang
berkembang di Surabaya, khususnya sektor indistri pastinya membutuhkan tenaga
kerja yang trampil akan bahasa Jepang. Guna memfasilitasi hal tersebut maka
didirikan jurusan Sastra Jepang Unitomo dalam naungan Fakultas Sastra Unitomo
Surabaya. Jurusan ini terdaftar di Dikti pada tahun 1993. Sejak diberdirikan program yang dibuka adalah program
strata 1 atau S1.
Pada
awal pembukaan, animo masyarakat belum terlalu banyak, hanya sekitar 40 orang
dan hanya dijadikan sati kelas pada sore hari. Namun dengan seiring berjalannya waktu, peminat akan
jurusan Sastra Jepang semakin banyak, maka dibuka juga kelas pagi.
Setelah kelas pagi ini dibuka, kelas pagi ini dirasa lebih berkembang daripada
kelas sore. Hal tersebut dikarenakan mahasiswa yang
mengambil kelas sore kurang fokus dalam
kuliah karena lelah bekerja.
Jadi kelas sore sedikit demi sedikit mulai berguguran. Seiring dengan
berjalannya waktu jumlah mahasiswa yang diterima di Sastra
Jepang Unitomo mengalami pasang surut. Hal tersebut dikarenakan bermunculan universtas yang mengadakan jurusan sastra
jepang.
Di Sastra Jepang Unitomo membuka 3 macam kelas, yaitu kelas reguler yang
berisi mahasiswa Sastra Jepang reguler baik kelas pagi ataupun sore.
Kelas berikutnya adalah kelas mahasiswa asing yaitu kelas yang dikhusukan untuk
mahasiswa Jepang yang melakukan program kuliah satu tahun di Unitomo. Kelas yang terakhir adalah kelas khusus, yakni kelas yang menerima transfer program
diploma dari universitas lain.
Kurikulum yang dipakai disesuaikan dengan kebutuhan yang
ada di sekitar. Selain pemberian mata kuliah yang
berkenaan dengan bidang sastra dan linguistik – pengklasifikasian bidang yang
ada di unitomo, juga diberikan mata kuliah tambahan sesuai dengan apa yang
sedang dbutuhkan masyarakat saat ini. Prospek lulusan ini diharapkan bisa menjadi guide, tenaga pengajar,
interpreter ataupun bekerja di perusahaan jepang, seperti terdapat mata kuliah pilihan yang berhubungan
dengan minat minat yang dimiliki oleh setiap mahasiswa. Dalam kurun waktu 3-5
tahun, selalu ada peninjauan kembali kurikulum yang dipakai pada tiap tahunnya.
Kurikulum juga bersifat fleksibel, yang mana bisa disesuaikan dengan keadaan dan kebutuhan lingkungan.
Prestasi yang di dapat prodi ini sangatlah banyak, namun
lebih menonjol dalam bidang pidato bahasa Jepang yag
sering diadakan oleh Konjen Jepang Surabaya. Dari sejak pendiriannya sampai saat ini, Sastra Jepang
Unitomo tetap mendapatkan predikat juara dalam lomba pidato. selain itu,
unitomo juga berprestasi dalam program monbushou satu tahun dan program janifis
(program 2 bulan ke jepang).
Unitomo punya jalinan kerjasama
dengan salah satu universitas ternama di Jepang, yaitu dengan Setsunan
University Osaka Jepang. Program tersebut berupa pertukaran pelajar dan sudah
dilakukan untuk yang ke lima kalinya[126]. Kerjasama
dengan setsunan tersebut sudah berlangsung sejak tahun 1990-an. hingga tahun ajaran 2013/2014 ini.
Hal ini dikarenakan masih adanya kepercayaan dari Setsunan University terhadap
Unitomo. Enam mahasiswa Jepang yang menjalani pertukaran pelajar di Unitomo[127]
akan diarahkan untuk belajar tentang pendalaman bahasa Indonesia dan pengenalan
akan budaya Indonesia. Disamping itu mereka juga harus melakukan kuliah
lapangan dan membuat karya tulis ilmiah. Total mahasiswa Osaka yang ada di
Unitomo berjumlah 8 orang[128],
karena sebelumnya sudah ada dua orang yang lebih dulu ada di Unitomo.
Namun sempat terhenti pada saat masa reformasi di Indonesia karena pemerintah
Jpeang menilai kondisi politik Indonesia sedang tidak stabil. Setelah
ketegangan mereda, hubungan kerjasama tersebut dimulai lagi.
Selain
itu juga dengan Kouchi university. Kerjasama tersebut dalam
pengadaan native speaker. Keberadaan
native speaker di Sastra Jepang Unitomo sangat membantu sekali. Interaksi
mahasiswa dengan para native speaker sangatlah intens. Dimana para native
tersebut selain mengajar mahasiswa di dalam kelas, juga berperan sebagai tempat
sharing bagi mahasiswa tentang kurabu yang berhubungan dengan kejepangan.
Dalam
bidang akademik, mahasiswa yang berangkat ke jepang lebih mengandalkan program
mombusho ataupun hadiah lomba pidato. Karena memang, sastra Jepang Unitomo
hampir di setiap tahun selalu mendapatkan juara satu ataupun juara dua. Dan
sekarang perjanjian yang sedang dirundingkan dengan pihak Ugekage yang berada
di Osaka mengenai study lanjut S2 ke jepang. Kerjasama yang lain yaitu dengan
IIP, IFCA, Departemen pariwisata Jepang dll. Kerjasama dengan IIP dan IFCA
dalam pengadaan native speaker. Sedang dengan Departemen Pariwisata Jepang
melalui Konjen Jepang Surabaya yaitu mengadakan workshop mengenai shodo, musik
tradisional Jepang, dll.
Dosen
yang ada di Sastra Jepang Unitomo sejak awal berdirinya berjumlah 7 orang, yang
kebanyakan lulusan universitas Padjajaran dan minimal harus S2. Hingga saat ini
berjumlah 12 orang dengan 3 orang native spiker dan 5 orang merupakan alumni
unitomo sendiri. Sedangkan tenaga pengajar yang masih melanjutkan study S2
sebanyak 4 orang. Ada yang melanjutkan di Jepang, UNS, Universitas Padjajaran
dan Unesa. Kendala yang dihadapi dalam tenaga pengajar dan juga dalam hal
mahasiswa. Dimana tenaga pengajar di unitomo masih bisa dibilang sangatlah
minim, sementara permintaan dari pihak luar sangatlah besar. Seperti pengajaran
dalam bidang perhotelan, budaya jepang maupun untuk perusahaan ataupun diminta
membantu mengajar di kampus lain. Hal tersebut sangatlah menjadi kendala,
dikarenakan tenaga pengajar yang sebagaian ada yang masih melanjutkan S2, jadi
tenaga pengajar yang tinggal sangatlah sedikit.
Dalam
hal mahasiswa kendala yang dihadapi adalah keberagaman kemampuan dalam menerima
pelajaran. Dimana mahasiswa yang berkemampuan lebih tinggi harus menunggu
mahasiswa lainnya yang kemampuan menangkap pelajarannya rendah. Hal tersebut
juga akan berdampak pada psikologis mahasisswa yang kemmpuannya lemah yang
kemungkinan dia mempunyai perasaan rendah diri dan yang kemampuannya sudah
diatas akan merasa jenuh untuk menunggu. Ditambah lagi, native speaker yang
sama sekali tidak bisa berbahasa Indonesia, juga kadang menimbulkan
permasalahan tersendiri bagi mahasiswa, terutama yang penyerapan materi agak
lambat. Untuk mensiasati perbedaan kemampuan tersebut, dosen mengadakan
bimbingan atau semacam kelas tambahan diluar jam kuliah bagi mahasiswa
berminat, diutamakan untuk mahasiswa yang kemampuan bahasa jepangnya masih
lemah. Kegiatan ini merupakan kegiatan sukarela yang dilakukan oleh dosen,
untuk menanggulangi perasalahan dalam pihak mahasiswa. Agar tercipta
keseimbangan kualitas mahasiswa baik yang masih belajar ataupun lulusannya
nanti.
Untuk
syarat kelulusan di Sastra Jepang Unitomo, pada sistem awal mahasiswanya harus
lulus Noryouku Shiken level 2. Bagi mahasiswa yang belum bisa lulus level 2,
pihak jurusan mengadakan ujian kesetaraan yang diadakan dalam lingkup universitas
yang levelnya sama dengan level 2 Noryoku shiken. Namun dengan sistem
baruNoryouku Shiken, saat ini minimal harus lulus N3, karena ada perbedaan yang
cukup besar antara N2 dengan N3.
Bagi
yang belum lulus N3 ini, sudah tidak ada lagi ujian kesetaraan yang diadakan
universitas seperti sebelumnya, sehingga mereka diharuskan untul lulus N3.
Mahasiswa yang akan mengambil metode penelitian pada semester 7, sebelumnya
haruslah lulus noryouku shiken N3 terlebih dulu. Sehingga untuk mensiasatinya,
mahasiswa pada tingkat pertama pun diwajibkan untuk mengikuti noryouku shiken
N5. Hal tersebut bertujuan agar nantinya pada saat tingkat 3 dia sudah bisa
mengambil N3.
Unitomo memiliki kegiatan rutin
setiap 3 bulan sekali yang dinamakan kondankai[129]
(ramah tamah). Dalam acara ini dihadiri beberapa Expat
Jepang Jawa Timur yang tergabung dalam East Java Japan Club (EJJC). Mereka
adalah orang Jepang yang bekerja di Indonesia. Dalam acara ini masing-masing
peserta hanya membicarakan sesuatu yang sama antara negara Indonesia dan
Jepang, sambil melatih keterampilan berbahasa. Namun pada saat kondankai yang
ke-50 diadakan berbagai perlombaan untuk memepererat jalinan antar sesama,
diantaranya Lomba Janken (Suit Jepang), Lomba Shodo (menulis
Kanji), serta Demo membuat ketupat sebagai peringatan dan suasana baru[130].
Dari
acara ini sangat memotivasi mahasiswa untuk bisa berkomunikasi dengan orang
jepang menggunakan bahasa Jepang yang baik. Pelaksanaan acara ini panitianya
diambil dari mahasiswa unitomo sendiri. Setiap acara pasti dengan panitia yang
berbeda. Dimana mahasiswa yang sebagai pelaksana juga belajar bagaimana
berbicara di depan banyak orang menggunakan bahasa jepang baik sebagai
moderator ataupun sebagai peserta. Pada awalnya kodankai dilaksanakan setiap 1
bulan sekali. namun karena dirasa dalam jangka waktu itu terlalu cepat, maka
pelaksanaanya sekarang menjadi 2-3 bulan sekali. Jika pihak orang Jepang sedang
sibuk, kegiatan ini bisa diundur, menyesuaikan jadwal dari para orang Jepang
tersebut.
Tema
diskusi dalam setiap pertemuannya berbeda-beda. Tergantung panitia pelaksana
yang menentukan. Dari diskusi ini juga menjadi sarana berbagi informasi tentang
kebudayaan Indonesia dan Jepang. Memang penggunaan bahasa Indonesia tidak
dipakai saat kondankai, namun kira-kira pada 15 menit terakhir, diskusi
menggunakan bahasa Indonesia. Hal tersebut dengan tujuan agar orang Jepang pun
juga bisa berbahasa Indonesia dan bisa saling mengenal dan memahami.
Bantuan-bantuan
dari pihak Jepang tidak hanya berupa native speaker, dari japan Club dengan diadakannya acara kondankai juga
memberikan bantuan seperti buku-buku, majalah maupun permainan–permainan yang
pada saat mereka mau balik ke Jepang diberikan kepada pihak unitomo. Sampai
saat ini, kerjasama antara unitomo dn japan club masih terjalin dengan baik.
Dan diharapkan kepercayaan yang sudah dibangun tersebut dapat berangsung sampai
nanti.
Sastra Jepang Unitomo Surabaya pada
11 Februari 2009 mendapat dosen tamu dari Jepang yang bernama Rie Kojima
sebagai native speaker untuk prodi sastra Jepang Unitomo sekitar selama 10
bulan. Kedatangan dosen tamu itu merupakan program genesis[131]
dari Japan Foundation. Selama menjadi
asisten dosen, akan mengevaluasi perkembangan program genesis tersebut. Jika
memuaskan, Japan Foundation berencana melanjutkan program tersebut.
Unitomo dipercaya sebagai perguruan
tinggi yang mendapatkan dosen tamu program genesis itu untuk kawasan Jatim.
Sebab, jurusan sastra Jepang di Unitomo memungkinkan untuk menerima
transformasi sistem pembelajaran sesuai kurikulum di Jepang. Demikian halnya
nanti Kojima juga belajar sistem pembelajaran di Indonesia sebagai timbal
balik. Menurut Pembantu Dekan I Fakultas Sastra Unitomo Cicilia Tantri
kedatangan dosen tamu tersebut dirasa sangat membantu perkembangan pembelajaran
sastra Jepang di Unitomo.
Pada
27 Juli 2010 Konjen Jepang di Surabaya Masaaki Takano meresmikan Laboratorium
Bahasa Jepang Unitomo Surabaya yang merupakan hibah dari Pemerintah Jepang
kepada Fakultas Sastra Unitomo berupa peralatan laboratorium bahasa senilai 64,978
dolar AS atau Rp598 juta.[132].
Hal tersebut merupakan sebuah apresiasi khusus dari pemerintah Jepang, karena
Unitomo adalah salah satu pusat berkembangnya pendidikan Bahasa Jepang di Jawa
Timur dan yang telah banyak memberikan kontribusi dalam pengembangan
pembelajaran Sastra Jepang dan lulusannya sudah banyak yang berperan dalam
dunia usaha dan investasi Jepang di Jawa Timur. Juga cukup banyaknya masyarakat
di Surabaya yang memiliki minat akan bahasa Jepang yang jumlahnya tiap tahun
meningkat merupakan kinerja Unitomo
Kepercayaan dunia usaha terhadap
kualitas lulusan FS Unitomo jurusan Sastra Jepang terus saja meningkat. Sebuah
perusahaan PMA asal Jepang, PT Fukusuke Kogyo Indonesia, melakukan rekrutmen
terhadap para lulusan dan calon lulusan salah satu program studi favorit di
Unitomo ini pada 28 Mei 2012. Direktur Utama, Sigit Widodo, dan bahkan Presiden
Direktur, Mr. Hideki Miyazaki, untuk melakukan wawancara terhadap 5 kandidat
terpilih[133]. Nantinya mereka akan
mendapatkan On The Job Training selama setahun di Jepang agar terbiasa
dengan cara kerja dan budaya perusahaan[134].
Pada
26 September 2012 Fakultas Sastra Unitomo menerima kunjungan mahasiswa sastra
Jepang Universitas Pendidikan Ganesha (UNDIKSHA) Singaraja Bali. Kunjungan ini dalam
rangka study banding antar prodi sastra Jepang di kawasan Jatim dan Unitomo
dianggap sebagai salah satu universitas yang diperhitungkan di kancah sastra
Jepang di Jawa Timur karena prestasi akademiknya cukup tinggi. Sehingga tidak
sedikit pengakuan PMA untuk Fakultas Sastra sehingga banyak dari mereka
langsung merekrut pegawainya di Fakultas Sastra Unitomo[135].
3.
UNTAG
Surabaya
Sastra
Jepang Universitas 17 Agustus Surabaya didirikan pada tahun 1994 dengan
dukungan dari pihak Sastra Jepang Unpad dan Konjen Jepang Surabaya[136].
Dilatarbelakangi akan meningkatnya kebutuhan sarjana yang menguasai bahasa
Jepang dan ilmu kejepangan. Dan di Surabaya, Jatim masih ada 2 universtas yang
memiliki jurusan serupa, yaitu Unesa dan Unitomo. Saat pengajuan nama,
diusulkan dengan nama Jurusan Bahasa dan Satra Jepang, tapi SK Kementrian
Pendidikan yang keluar adalah Jurusan Bahasa Jepang di bawah naungan fakultas
Sastra. Pada saat awal pendirian pihal fakultas kurang memperhatikan apakah
Jurusan ini bergerak bidang bahasa dan sastra atau bahasa saja atau sastra
saja, namun dalam perjalannya tetap dikenal sebagai Jurusan Sastra Jepang
Untag.
Saat
dilakukan peninjauan ulang pada tahun 2009 tentang SK Kementrian yang didapat,
baru disadari bahwa nama yang didapat adalah Jurusan Bahasa Jepang dan beberapa
mata kuliah yang mengkaji sastra agak dikurangi[137].
Pada tahun yang sama terakreditasi
B berdasarkan Surat Keputusan Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi
(BAN-PT) Nomor 011/BAN-PT/AK-XII/S1/V/2009[138]. Fokus
dari pengajaran di Untag adalah bidang linguistik namun juga masih memberikan
materi mengenai budaya Jepang karena budaya dinilai masih ada hubungannya
dengan bahasa.
Pada
saat pertama kali dibuka, pendaftar yang berminat akan bahasa Jepang sangat
tinggi sekitar 80 orang. Tetapi pada tahun kedua merosot tajam sampai hanya
sekitar 20 orang mahasiswa. Masih menjadi sebuah pertanyaan mengapa sampai
terjadi animo yang seperti itu di amsyarakat. Untuk tahun-tahun berikutnya
tidak ada kecenderungan naik terus ataupun turun terus. Bisa dikatakan bahwa
tahun-tahun berikutnya mengalami variasi jumlah orang yang mendaftar.
Namun
pada tahun 2007-2008 kecenderungannya adalah menurun seiring dengan adanya
kebijakan pemerintah yang mempersilahkan perguruan tinggi negeri untuk menerima
mahasiswa dengan jalur mandiri. Hal tersebut menyebabkan masyarakat cenderung
untuk memilih masuk ke PTN. Dan dampaknya amat terasa terhadap perguruan tinggi
swasta, terutama jurusan Bahasa Jepang Untag yang jumlah mahasiswanya sangat
menurun. Pada 2011-2013 ada peningkatan jumlah mahasiswa yang masuk.
Berkenaan
dengan pembagian kelas, ada kalanya bisa dijadikan 2 kelas, namun juga ada
kalanya hanya bisa dijadikan satu kelas. Hal tersebut melihat jumlah mahasiswa
yang ada tiap tahun, apakah memungkinkan untuk dibagi menjadi 2 kelas atau
hanya satu kelas. Yaitu kelas pagi ataupun malam.
Lulusan
dari prodi Bahsa Jepang Untag ini menurut data yang ada kebanyakan dari mereka
melakukan wirausaha dan yang bekerja di bidang pendidikan jumlahnya minim.
Namun ada juga mereka bekerja di perusahaan baik yang sesuai dengan jurusan
ataupun tidak juga ada. Jika dipersentase, bisa dikatakan 50% dari mereka
melakukan wira usaha dan 50% sisanya bekerja di bidang pendidikan dan di
perusahaan.
Tidak
banyak prestasi yang diperoleh karena fokus dari pengajaran di Prodi ini bukan
melulu mengejar prestasi per-individu, melainkan menyiapkan lulusan yang
mandiri. Agar mereka tidak terlalu mengandalkan lapangan pekerjaan yang
tersedia, karena melihat jaman sekarang yang mengharuskan generasi muda untuk
mandiri. Juga, melihat jumlah lulusan mahasiwa Prodi Bahasa dan Sastra Jepang
di seluruh Jatim dan Indonesia yang banyak sekali yang terkadang tidak
sebanding dengan jumlah lapangan pekerjaan yang tersedia sesuai dengan bidang
mereka.
Bahasa
Jepang tetap merupakan skill pokok yang harus dikuasai mahasiswa Bahasa Jepang
Untag, tetapi bukan berarti menjadi modal utama untuk mencari pekerjaan, karena
pada saat terjun dalam masyarakat harus bisa jeli apa yang sedang dibutuhkan
masyarakat namun yang belum tersedia oleh lapangan pekerjaan yang banyak
ditawarkan. Sehingga saat mereka berwirausaha bisa memanfaatkan kemampuan
berbahasa Jepang mereka dengan berkolaborasi dengan orang Jepang langsung
dengan menciptakan sesuatu yang baru.
Kolaborasi
yang dilakukan para lulusan biasanya dilakukan secara mandiri, yaitu dengan
mereka secara aktif mencari orang Jepang yang bisa diajak kerjasama. Tidak
hanya untuk urusan wirausaha, untuk studi lanjutan pun dilakukan secara mandiri
dengan mencari beasiswa secara aktif langsung ke universitas yang ingin dituju.
Karena memang Jepang banyak menawarkan program beasiswa bagi pelajar asing yang
ingin belajar di Jepang. Sebagian besar masih berada di Jepang, untuk bekerja
di perusahaan dll. Kecenderungan jalinan
kerjasama yang dilakukan adalah dengan lembaga yang bisa membantu menyalurkan
lulusan lulusan Bahasa Jepang Untag untuk belajar ke Jepang.
Juga,
Untag punya jalinan kerjasama dengan Kansai University, Shizuoka International
School, dan salah satu perguruan tinggi di Osaka. Hal tersebut bisa dijadikan
sebagai batu loncatan mahasiswa yang masih aktif ataupun para lulusan untuk
bersekolah di Jepang ataupun bekerja disana. Dengan harapan bahwa nanti setelah
lulus dari Jepang baik dari segi akademik ataupun perusahaan Jepang bisa
berwirausaha saat kembali ke Indonesia.
Kegiatan
kerjasama tersebut tidak serta merta terjalin dalam waktu singkat, melainkan
dari hasil kepercayaan yang terjalin setelah beberapa kali melakukan kegiatan
bersama sampai akhirnya tercipta jalinan kerjasama secara resmi. Contoh
kerjasamanya biasanya mengadakan Language School Education Fair, jadi ada
pameran pendidikan yang diadatangi oleh oleh lembaga-lembaga dari jepang. Lalu,
ada juga kuliah umum yang diberikan oleh universitas dari Jepang. Kemudian juga, program student exchange ke
beberapa universitas di jepang. Selain itu juga, pihak dari universitas di
Jepang juga membantu mahasiswa yang berangkat ke Jepang dalam hal tempat
tinggal atau jika ingin ber-arubaito, dan mungkin menginginkan untuk sekolah
lanjut di Jepang.
Praktek
kegiatan bersama tersebut sudah dilakukan kira-kira sejak tahun 2002 dan ikatan
resmi melalui penanda tanganan MOU masih baru beberapa tahun terakhir. Sebagai
contoh jalinan kerjasama dengan Kansai University yang baru terjalin pada tahun
2012[139]
lalu. Tindak lanjutnya adalah dengan datangnya dua orang utusan dari Kansai, mereka
adalah Kimura Masaki (International Plaza Group Division of International
Affairs) dan Furukawa Tomoki PhD (Pengajar Bahasa Jepang)[140].
Latar belakang terjalinnya kerjasama ini adalah karena dua universitas ini
punya kesamaan visi tentang pendidikan terutama yang berkaitan dengan budaya.
Dan dari pihak Kansai University akan mengolah dengan matang rencana kerjasama
ini dengan tujuan agar mahasiswa Indonesia, khususnya Untag Surabaya bisa
melanjutkan pendidikan di Kansai University dengan program beasiswa[141].
Maret 2011, diadakan lomba Kanji Cup di Untag
bekerjasama dengan Konjen Jepang Surabaya. Acara tersebut berhasil menyedot
animo peserta dari berbagai sekolah
dan kampus di Jawa Timur[142].
Pada tahun 2012 Untag akan membuka Japanese Language and
Cultural Center di bawah Fakultas Sastra dan setiap tahun Untag akan mengadakan
pameran pendidikan di kampus karena Untag sudah beberapa kali bertukar mahasiswa
dengan pemerintah Jepang[143].
Untuk pengiriman mahasiswa ke jepang, untag tidak
mengikuti program mombushou. Memang merupakan beasiswa yang
bergengsi, tapi bagi pihak Untag sendiri tidak terlalu mengandalkan mombusho
saja. Dikarenakan, program tersebut
diperuntukkan untuk mahasiswa yang mempunyai nilai edukasi tinggi dan
diperebutkan oleh banyak mahasiswa di seluruh Indonesia. Untuk menghindari hal
tersebut, pihak untag mengadakan kerjasama dengan universitas di Jepang untuk
dapat mengirimkan mahasiswanya ke Jepang tanpa melalui program monbushou.
Program pengiriman mahasiswa ke Jepang ini biasanya
menggunakan biaya sendiri. Namun, biasanya biaya yang dikeluarkan oleh
mahasiswa itu hanya di awal saja. Karena tidak menutup kemungkinan untuk
mencari beasiswa yang ada di universitas setelah datang ke Jepang. Dengan
kata lain, sebagai gambaran kasarnya adalah pada tahun pertama mahasiswa yang
belajar ke Jepang menggunakan biaya sendiri, selama disana mereka bisa
mengajukan untuk beasiswa lanjutan. Selain
itu, mahasiswa yang ada di Jepang juga bisa ber-arubaito untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya selama di Jepang. Hal itulah yang bisa
membuat mahasiswa belajar mandiri selama di Jepang.
Persentasi
mahasiswa Inodonesia yang belajar ke Jepang dibanding Korea, Cina dan vietnam
masih kalah. Hal tersebut dikarenakan mereka tidak terklalu mengandalkan
mombusho, melainkan secara intens mencari beasiswa yang banyak tersebar di
universitas-universitas di Jepang. Hal tersebut yang diterapkan di Sastra
Jepang Untag. Sejak tahun 2002,
mahasiswa untang yang sudah pergi ke jepang melaui jalur alternatif/mandiri itu sebanyak 15 orang. Salah satu diantara yang kembali
ke Indonesia itu menjadi dosen di Untag dan salah satu lagi sudah bekerja di
perusahaan Jepang sebagai manager yang gajinya disetarakan dengan orang Jepang.
Hal tersebut dikarenakan, alumni tersebut sudah dianggap berpengalaman, setalah
tinggal dan bekerja di Jepang. Dan selebihnya masih menetap di Jepang sampai
saat ini.
Untuk alumni yang berada di Jepang masih membantu jurusan
ini dalam hal memberikan informasi terkait tentang beasiswa atau lainnya yang
ada di
Jepang kepada mahasiswa maupun
dosen Untag. Tenaga pengajar saat ini berjumlah 6 orang yang
semuanya merupakan dosen orang Indonesia. Dosen di Untag sendiri minimal harus sudah berpendidikan strata 2. Saat ini tenaga
pengajar tidak ada yang sedang melanjutkan study di indonesia maupun di jepang.
Tenaga pengajar saat ini masih dirasa kurang, dikarenakan tenaga pengajar masih
bisa dikatakan sangat minim.
Untuk bantuan native speaker saat ini masih belum ada native speaker tetap, tetapi terdapat native LB (Luar Biasa atau
tidak tetap). Dikarenakan native speaker tetap sudah kembali ke Jepang pada
bulan mei lalu. Untuk sementara masih menggunakan native LB dan mungkin akan
tetap menggunakan native LB. Untuk mendatangkan native speaker Untag menjalin kerjasama dengan Iska dan lembaga yang
berada di Kobe. Untuk setiap tahunnya, pengiriman native speaker ke Untag jumlahnya tidak tetap. Jika pihak lembaga di jepang
menawarkan kandidat native, tidak tentu pihak untag meneriman karena
disesuaikan juga dengan kebutuhan yang ada.
Interaksi native speaker dengan mahasiswa disini dibatasi
dengan profesi native yang sebagai dosen di untag. Karena
memang native yang datang itu posisinya sebagai dosen dari berbagai kalangan
usia, ada yang fresh graduate
sampai yang berusia lanjut. Hal tesebut dikarenakan, untag mencari native yang
mau mengajar dengan sukarela atau menjadi voulentir..
Namun, tidak menutup kemungkinan mahasiswa berkomunikasi
dengan native speaker diluar jam perkuliahan. Kadang juga ada mahasiswa Jepang
yang belajar pendidikan bahasa Jepang di jepang melakukan praktek kerja di Untag. Jadi, karena mereka juga masih mahasiswa selain
tugas mereka mengajar juga biasanya berinteraksi dengan mahasiswa untag
sendiri.
Kendala yang samapi saat ini masih dihadapi oleh sastra
jepang untag adalah tidak pahamnya terhadap
animo masyarakat. Dimana untag sendiri adalah universitas swasta yang
tiap tahunnya harus mengadakan promosi kepada masyarakat. Berbeda dengan
universitas negeri yang tanpa promosi pun masyarakat sudah mengetahui dan
berminat untuk msuk universitas tersebut. Kadang promosi yang diberikan kepada
masyarakat kurang tepat sasaran. Kendala ini menjadi salah satu penyebab
ketidakstabilan jumlah mahasiswa di untag. Dari hal itu berakibat terhadap
sulitnya menerapakan porsi atau pembagian kelas kelas berdasarkan kemampuan.
Kompetensi mahasiswa di untag sendiri sangatlah
bermacam-macam. Ada sebagian mahasiswa yang mempunyai kemampuan tinggi, sedang
maupun lemah. Ada juga sebagian mahasiswa yang kuliah sambil bekerja. Kendala
dalam hal ini biasanya ditanggulangi dengan diadakannya benkyoukai oleh dosen
yang diperuntukkan bagi mahasiswa yang kemampuan akademiknya lemah. Namun dalam
pelaksanaannya, yang lebih berminat mengikuti benkyoukai adalah mahasiswa yang
rajin dan kemampuan akademiknya tinggi. Sehingga malah membuat
kesenjangan. Di universitas
swasta ketertinggalan mahasiswa dalam bidang akademik sangatlah menjadi
perhatian dan tanggung jawab dosen. Berbeda dengan universitas negeri yang hampir tidak
pernah memperdulikan mahasiswa yang tertinggal dalam bidang akademik. Saat ini
hampir 50% mahasiswa untag yang kuliah sambil bekerja.
Penerapan
kurikulum yang dipakai saat ini
disesuaikan dengan kebutuhan pasar dunia kerja saat ini. Dimana setiap tahunnya
pasti ada peninjauan ulang dan setiap 2 tahun sekali bisa saja terjadi
pergantian kurikulum yang dipakai. Sistem pendidikan yang digunakan menerapkan sistem SKS yang
memberikan peluang kepada mahasiswa untuk belajar sesuai dengan kemampuan.
Muatan kurikulum inti didasarkan atas ketentuan pemerintah, dan kurikulum lokal
disesuaikan dengan potensi dan kebutuhan tenaga kerja yang siap pakai. Proses
belajar mengajar menggunakan metode komunikatif, diskusi, tugas terstruktur,
praktek laboratorium dan praktek kerja lapangan (field study)[144].
Untuk penjurusan di jurusan ini adalah linguistik dan
budaya. Hal tersebut dilatar belakangi karena pada ijin pendiriannya merupakan
jurusah bahasa jepang, bukan bahasa dan sastra. Lalu budaya dimasukkan sebagai
penjurusan dillatar belakangi karena budaya dianggap sebagai bagian dari
bahasa. Jadi dianggap budaya merupakan unsur yang melekat dalam bahasa yang
tidak dapat dipisahkan. Selain itu, dua jurusan ini merupakan tuntutan dari
pemerintah. Dimana ijin pendiriannya adalah jurusan bahasa jepang, jadi harus
konsisten dengan apa yang sudah diijinkan.
Bahasa yang digunakan sebagai bahasa pengantar
sehari-hari adalah bahasa Indonesia. Dalam perkuliahan ada sebagian yang
menggunakan bahasa indonesia ada juga yang menggunakan bahasa jepang. Untuk
mata kuliah yang berhubungan dengan skill sebisa mungkin menggunakan bahasa Jepang, seperti mata kuliah kaiwa. Sedangkan mata kuliah
yang berisi kontent atau pemahaman disampaikan menggunakan bahsa indonesia. Hal
tersebut dimaksudkan agar mahasiswa tidak salah pengertian dalam memahami materi yang diberikan.
Kegiatan mahaasiswa sendiri tidak hanya sebatas mengadakan
acara acara kebudayaan jepang saja. Tetapi ada juga kegiatan belajar bersama,
yang biasanya diisi dengan acra menonton film barersama. Kegiatan ini bertujuan
untuk memahami bahasa yang dipakai di film atau drama jepang. Selain itu juga,
secara terpisah ada juga Japanese Culture Centre yang disediakan oleh pihak
universitas pusat. Dimana perkumpulan ini anggotanya tidak hanya dari mahasiswa
untag tetapi juga mahasiswa umum yang berminat.
Selain kegiatan tersebut, mahasiswa juga biasanya membuat
acara atau event tertentu yang berhubungan dengan ke-jepangan. Seperti cooking
club, origami club, conversation club, dll. Dimana event-event ini bersifat resmi dan diketahui oleh pihak
jurusan. Ruang lingkup event ini masih dalam lingkup internal jurusan,
dikarenakan event ini masih belum dipastikan pelaksanaanya secara berkala. Di
untag juga biasanya mengadakan acara semacam kondankai, namun tidak seperti
di Unitomo yang ada kerjasama dengan pihak Lembaga Jepang, namun lebih cenderung bekerjasama dengan personal orang Jepang yang bersedia datang ke Untag. Kegiatan tersebut juga masih belum menjadi agenda pasti, jadi
pelaksanaanya masih belum dipastikan secara berkala. Untuk perkembangan
mahasiswa dalam berbicara bahasa jepang dirasa masih kurang. Dimana hal
tersebut dipengaruhi oleh lingkungan yang dimana lingkuangan di untag sendiri
tidak mengharuskan berkomunikasi menggunakan bahaasa jepang.
Jumlah
mahasiswa yang belajar di Sastra Jepang Untag meningkat menjadi harapan bagi
semua pihak sastra Jepang Untag.
Namun tidak hanya orang-orang yang sekedar ingin tahu tentang bahasa Jepang,
tetapi dengan niat yang sungguh. Agar
tidak ada kesenjangan diantara mahasiswa dan dapat meminimalisasi masalah
tersebut, juga kemampuan mereka tidak kalah jika dibandingkan dengan mahasiswa
kampus lain. Dan dari
itu semua akan mempermudah
dosen dalam memberikan pengajaran kepada mahasiswa. Selain itu juga, dapat
menjadikan kesempatan yang lebih leluasa bagi mahasiswa dalam meningkatkan
kemampuan bahasa jepangnya.
4.
Universitas
Airlangga[145]
Studi
Jepang Unair, merupakan nama lain dari program Studi Sastra Jepang Fakultas
Ilmu Budaya Universitas Airlangga yang mengkaji tentang ke-Jepangan Program Studi Sastra Jepang
Universitas Airlangga yang di rintis mulai tahun 2001. Pada awalnya dimulai
dari 3 orang staf pengajar bahasa jepang yang diperbantukan pada Program S-1
Jurusan Sastra Inggris Unair untuk memberikan perkuliahaan pilihan bahasa
Jepang. Dan pada 20 Maret 2006 program studi ini secara resmi berdiri
melalui SK Nomor 815/D/T/2006 dan memiliki 7 dosen pengajar dengan
berbagai latar kajian ilmu seperti: Sejarah dan Pemikiran Tradisional Jepang
(Bushido, Konfusionisme), Sosial Budaya dan Sastra Jepang
Kontemporer (Modernitas Jepang, Kolonialisme, Sub-culture), Teori
Linguistik Modern Jepang, Ketrampilan Seni dan Bahasa Jepang (Shodo, Origami).
Pada awal dibukanya jurusan ini, memiliki daya tampung 30 orang mahasiswa[146].
Pada
awal berdiri, sebenarnya Sastra Jepang Unair mendaftarkan diri sebagai Studi
Jepang Unair, karena di dalamnya tidak hanya mempelajari tentang ke-Jepangan
dari segi sastra atau linguistik saja, namun juga mengkaji tentang sejarah dan
budayanya. Namun nama yang diberikan oleh pemerintah kota Surabaya adalah
Sastra Jepang Unair. Meskipun dikenal secara umum dengan sebutan Sastra Jepang
Unair, namun sebenarnya di dalamnya adalah Studi Jepang yang mengkaji tentang
ke-Jepangan yang lebih menfokuskan pada Kajian tentang Kebudayaan Perkotaan.
Meskipun
masih terbilang 'muda' di Universitas Airlangga, akan tetapi telah siap
berprestasi baik di kancah nasional maupun internasional. Kebijakan prodi
diarahkan pada peningkatan kualitas yang didasari oleh kebutuhan nasional dan
regional dimana universitas berada, bahkan untuk menghadapi pasar global. yang
mana diselaraskan dengan visi dan misi Badan Hukum Milik Negara - Universitas
Airlangga. Visi dari Studi Jepang Unair adalah menjadi Pusat Pengembangan Ilmu
Bahasa dan Budaya Jepang, khususnya budaya masyarakat Jepang perkotaan
berdasarkan nilai-nilai sosial dan moral keagamaan. Pencapaian visi tersebut
dilakukan dengan jalan menyelenggarakan pendidikan akademik di bidang ilmu
bahasa dan budaya, mengembangkan kajian-kajian interdisipliner yang menunjang
penelitian di bidang ilmu bahasa dan budaya Jepang, menerapkan keahlian dalam
bidang ilmu bahasa dan budaya Jepang kepada masyarakat secara mandiri.
5.
UPT FLC ITS Surabaya
Program
kursus bahasa jepang yang diadakan di ITS sudah diadakan sejak tahun 2001.
Program ini ditujukan untuk pengenalan bahasa jepang secara teknis bahasa
verbal. Dalam perjalannya, tepatnya sejak tahun 2006, para peserta kursus
dianjurkan untuk mengikuti pargelaran seni budaya yang diadakan pemkot Surabaya
dan kochi, jepang, yaitu festival yosakoi. Hal tersebut bertujuan untuk
mengenalkan salah satu bentuk budaya jepang dan secara tidak langsung
menumbuhkan minat terhadap jepang melalui budaya. Sehingga minat untuk
mempelajari bahasa jepang meningkat pula. tidak hanya festival yosakoi, tetapi
event-event kebudayaan yang biasa dirayakan masyarakat jepang pun turut diadakan
disana. Sehingga mereka mereka yang terlibat disana bisa lebih dalam mengetahui
tentang jepang, khususnya mengenai kebudayaan jepang. Tidak ada keterkaitan
khusus keberadaan tempat ini dengan adanya hubungan kerjasama kochi-surabaya,
namun tidak menutup kemungkinan bagi para peserta kursus yang belajar ke
jepang, terutama para dosen. Ada sekitar 5 dosen dan 5 mahasiswa yang mendapat
beasiswa belajar di Jepang[147].
Dampak
langsung yang diterima masyarakat tidak terlalu mencolok. Dari segi budaya,
masyarakat yang pada awalnya mengenal jepang dari anime atau manga akan terus
mengikuti perkembangan anime atau manga tersebut sehingga memunculkan suatu
komunitas pecinta jejepangan yang marak bermunculan di Surabaya. Hal ini
terlepas dari dampak kerjasama antara Surabaya dengan Kochi. Bisa dikatakan
masyarakat yang tergabung dalam komunitas tersebut hanya menyerap budaya pop
Jepang. Seperti yang terlihat dalam event-event yang mengusung coslpay dan band
bertajuk Jepang sebagai bagian dari acara.
Meskipun
demikian, diadakannya festival tari Yosakoi sejak tahun 2006 oleh pemerintah
Jepang (Kochi) dengan pemkot Surabaya sudah bisa menarik minat masyarakat, baik
untuk ikut memeriahkan maupun hanya sebagai penikmat. Peserta yang mengikutinya
tidak hanya dari Surabaya, melainkan sampai luar kota untuk turut memeriahkan.
Untuk
pendidikan bahasa Jepang, seperti yang dijepaskan di muka, ada 4 perguruan
tinggi yang mempunyai prodi pendidikan bahasa dan sastra Jepang. Juga
dimasukkannya bahasa jepang sebagai mata pelajaran di banyak sekolah menengah
di Surabaya. Selain itu juga terdapat tempat kursus untuk belajar bahasa Jepang
diluar jam kuliah/pelajaran sekolah. Juga, setiap tahunnya diadakan tes
kemampuan bahasa Jepang.
6.
SHINJU
Merupakan pusat lembaga pendidikan
bahasa dan budaya jepang yang mulai dirintis sejak 1 Juli 1991 yang berada di
wilayah Surabaya. Hingga sekarang telah meluluskan beberapa siswa yang
melanjutkan studi di Jepang dan telah bekerja di beberapa Perusahaan Jepang
baik di Indonesia maupun di Jepang. Memiliki visi menjadikan lembaga pendidikan
bahasa dan budaya Jepang yang unggul baik ditingkat nasional maupun
internasional, memiliki kepedulian sosial, menghasilkan lulusan yang
berkualitas secara akademik. Dan mengemban misi menyelenggarakan pendidikan
yang berkualitas dan kompetitif dengan membekali siswa keterampilan berbahasa
Jepang dan memberikan motivasi serta wawasan agar siap bersaing dalam dunia
kerja secara nasional maupun internasional.
Menghasilkan lulusan yang memiliki
kemampuan berbahasa Jepang (baca, tulis, bicara) yang setara dengan tingkatan Nihongo
Nouryouku Shiken (Ujian Kemampuan Bahasa Jepang) yang diselenggarakan
oleh The Japan Foundation. Menjalin hubungan kerjasama internasional antara
Shinju[148] dengan TOPA21 Japanese
Language School Tokyo[149]
7.
I’Mc
Center (International Multi-cultural Center)
I’Mc Center (International
Multi-cultural Center) adalah sebuah tempat kursus bahasa Jepang sekaligus
lembaga pendidikan yang berkonsentrasi pada budaya Jepang. Bertujuan untuk meningkatkan
kerjasama internasional terutama dalam bidang pendidikan, kesenian, sastra,
film, serta bidang-bidang kebudayaan lainnya.
Program yang diterapkan di I’Mc
hampir sama dengan yang diterapkan di perkuliahan pada umumnya, karen ahal itu
merupakan patokan standar yang ada di Jepang. Selain itu juga terdapat kegiatan
budaya dan program pendidikan seperti Kelas Origami,
Pelaksanaan Matsuri/ festival, Seminar Budaya, Seminar Pendidikan, Chanoyu,
Cooking Class, Art Painting dll. Program pilihan lain juga ada, yaitu Persiapan
JLPT/Nouryoku Shiken, Persiapan UNAS, Holiday Class, Review Class (Minna no
Nihon go 1 dan 2), Bahasa Jepang perhotelan, Kanji Class, In house training,
Jasa penerjemah dan interpreter.
Selain sebagai tempat kursus bahasa
Jepang, I’Mc dipercaya sebagai tempat pelaksanaan EJU[150]
yang setiap tahun diadakan seleksi 2 tahap. Tahap pertama yaitu tahap
pendaftaran pada februari-maret dan pelaksanaannya bulan juni. Tahap kedua
pendaftaran mulai bulan juli dan tes pada bulan november. I’Mc juga bekerjasama
dengan pehak Jepang seperti JASSO dalam penyelenggaraan EJU, Japan Foundation
dalam memberikan lisensi untuk penerbitan buku Kana Nyumon, 3A Network dengan memberikan lisensi untuk
menerbitkan buku Minna no Nihongo I&II untuk wilayah Indonesia. ICEA
(International Cross-Cultural Exchange Association) Jepang, dalam bidang
pengiriman tenaga voulenter untuk native bahasa Jepang. ABK (Ajia Gakusei Bunka
Kyoukai) Jepang, dalam penerbitan buku kumpulan soal-soal ujian kemampuan
bahasa Jepang level 4.
BAB
IV
KESIMPULAN
Perkembangan bahasa Jepang di Indonesia mengalami peningkatan
sejak awal masuknya di Indonesia dengan dibukanya Jurusan Sastra Jepang di
Universitas Indonesia dan Universitas Padjajaran. Yang dalam perkembangannya
disusul universitas-universitas yang lain dikawasan Sumatera, sebagian besar
Jawa, Kalimantan dan Sulawesi; baik swasta maupun negeri. Hal tersebut dilatar
belakangi karena makin banyaknya investasi Jepang di Indonesia dan membutuhkan
banyak tenaga kerja yang trampil berbahasa Jepang.
Di kawasan Jatim, yang terpusat di Surabaya
setidaknya terdapat empat perguruan tinggi yang mengadakan jurusan
bahasa/sastra Jepang sebagai respon atas investasi Jepang yang dilakukan di
Surabaya dan memfasilitasi permintaan dari perusahaan Jepang yang membutuhkan
tenaga kerja yang bisa berbahasa Jepang. Kampus sebagai fasilitator akan
kebutuhan itu juga melihat adanya minat masyakat akan bahasa Jepang yang juga
meningkat, sehingga dapat dilihat sekarang jurusan Bahsa/Sastra Jepang yang ada
di Surabaya menjadi salah satu jurusan favorit.
Peminat Bahasa/Sastra Jepang yang mendaftar di
perguruan tinggi negeri di Surabaya sejak awal dibukanya pada tahun 1981 di
Unesa mengalami peningkatan. Hal tersebut dikarenakan masyarakat menilai bahasa
Jepang sebagai bahasa yang penting untuk dipelajari selain bahasa Inggris dan
Mandarin. Banyaknya penggemar anmie/film, lagu dan manga Jepang juga menjadi
faktor pendorong untuk bisa lebih mendalami bahasa Jepang melalui bangku
perkuliahan meskipun mereka juga bisa mempelajari bahasa Jepang melalui kursus
yang ada.
Di universitas swasta pun juga demikian. Akan tetapi
persaingan dengan perguruan tinggi negeri sedikit banyak berdampak bagi jumlah
orang yang mendaftar. Berbagai upaya promosi gencar dilakukan agar dapat
menarik minat masyarakat agar mau masuk di universitas bersangkutan agar dapat
meningkatkan mutu pendidikan yang ada di kampusnya.
Pihak-pihak lembaga Jepang yang ada di Surabaya pun
juga turut membantu dalam pengembangan pendidikan Bahasa/Sastra Jepang di
Surabaya ini. Seperti Konjen Jepang yang memberikan bantuan berupa Laboratorium
bahasa di setiap universitas yang ada, pemberian native speaker secara berkala
guna meningkatkan mutu pengajaran, pemberian beasiswa bagi mahasiswa/dosen yang
berprestasi, seminar, workshop, kuliah umum dan kerjasama dalam pargelaran
budaya yang menjadi agenda rutin setiap tahun guna mengenalkan tentang Jepang
tidak hanya dari segi bahasa namun juga budaya terhadap masyarakat Surabaya.
Juga kerjasama intim antar kampus Surabaya dengan
kampus Jepang dalam hal pemberian beasiswa ataupun pertukaran pelajar sebagai
tindak lanjut yang lebih khusus dan mendalam guna meningkatkan mutu pendidikan
Bahasa Jepang di Surabaya. Tidak hanya itu, perusahaan-perusahaan Jepang yang
ada di Surabaya dan Indonesia secara unmum juga saling berinteraksi dengan
pihak kampus untuk menyediakan lapangan pekerjaan bagi para lulusan.
Tidak sedikit dosen atau mahasiswa yang berkuliah di
Jepang ataupun bekerja disana. Pemerintah Jepang tidak tanggung-tanggung dalam
memberikan beasiswa sampai ke jenjang S3 dan juga menyediakan lapangan
pekerjaan di Jepang. Kebanayakan masih berada di Jepang karena betah dan ingin
memperdalam kemampuan bahasa Jepang mereka yang nantinya setelah kembali ke
Indonesia (Surabaya), bisa membantu meningkatkan mutu Pendidikan Bahasa Jepang
yang ada.
Kampus-kampus yang mengadakan jurusan Bahasa/Sastra
Jepang di Surabaya memiliki banyak kegiatan yang bertujuan untuk meningkatkan
pemahaman akan Jepang, baik dari segi bahasa maupun budaya dan kebiasaan.
Sebagai contoh, festival budaya yang menjadi agenda rutin tiap kampus yang
didalamnya menyuguhkan kegiatan-kegiatan yang bersifat akademik (berupa
lomba-lomba yang diikuti pelajar SMA) dan kegiatan kebudayaan yang menjadi
tradisi masyarakat Jepang pada umumnya.
DAFTAR PUSTAKA
“Fakultas
Ilmu Budaya”, http://bahasasastra.wordpress.com/
diakses pada 2 November 2013
“Fakultas Sastra Jepang Unitomo Gelar
Perayaan kondankai ke-50”, http://panjisuroboyo.com/Fakultas_sastra_jepang_unitomo_gelar_perayaan
_kondankai_ke_50.htm diakses pada 17 November 2013.
“Fakultas
Sastra Unitomo Terima Kunjungan Studi Banding Undiksha Singaraja”,http://www.unitomo.ac.id/kampus/kegiatan/Fakultas_Sastra_Unitomo_Terima_Kunjungan_Studi_Banding
Undiksha_Singaraja.htm diakses pada 17 November 2013
“Informasi
UHAMKA”, http://storyofbyology.wordpress.com/2011/06/29/informasi-uhamka/ diakses pada 15 November 2013.
“Jepang Dewasa Ini”, Kementrian Luar
Negeri, Jepang. 1979. Halaman 29.
“Kerjasama
Unesa Dengan Jepang dan Cina”, Media Infomasi dan Komunikasi Unesa, Majalah
Unesa Nomor 32 Tahun X Januari - Februari 2009 - ISSN 1411 - 397X
“Manual
Mutu Universitas Kristen Maranatha”, Badan Perencanaan, Pemantauan dan
Jaminan Mutu Universitas Kristen Maranatha.
“Peluncuran
Program Pendidikan Sarjana S1 Sastra Jepang Fakultasd Ilmu Budaya Universitas
Diponegoro”, http://edukasi.kompasiana.com/2010/04/26/peluncuran-program-pendidikan-sarjana-s1-sastra-jepang-fakultas-ilmu-budaya-universitas-diponegoro-126701.html
diakses pada 30 Oktober 2013
“Peminat
Bahasa Jepang di Jatim Tinggi”, http://surabayapagi.com/Untag-akan-Buka-Jurusan-Bahasa-Jepang/,
diakses pada 6 Oktober 2013.
“Peminat
Bahasa Jepang di Jatim Tinggi”, http://surabayapagi.com/Untag-akan-Buka-Jurusan-Bahasa-Jepang/,
diakses pada 6 Oktober 2013.
“Pengaruh Budaya Jepang di
Indonesia”, http://biunbor.blogspot.com/2011/05/pengaruh-budaya-jepang-di-indonesia.html
diakses pada 20 maret 2012
“Perusahaan Jepang Rekrut Langsung Mahasiswa
Fakultas Sastra Jepang Unitomo” ,http://www.unitomo.ac.id/kampus/kegiatan/perusahaan_jepang_rekrut_langsung_mahasiswa_fs_unitomo.htm
diakses pada 17 November 2013
“Prodi
Pendidikan Bahasa Jepang”, http://english.unp.ac.id/?page_id=512,
diakses pada 19 November 2013
“Sastra
Jepang S1 UBH Terakreditasi”, http://nishisumatora-gakkai.blogspot.com/2008/09/sastra-jepang-s-1-ubh-terakreditasi.html
diakses pada 2 November 2013
“Sastra
Jepang”, http://bahasasastra.wordpress.com/sastra-jepang/
diakses pada 2 November 2013
“Sejarah
Program Studi Pendidikan Bahasa Jepang UMY”, http://pbj.umy.ac.id/sejarah-program-studi-pendidikan-bahasa-jepang-umy/
diakses pada 5 November 2013
“Unitomo
Terima Enam Mahasiswa Osaka”, http://surya.co.id/Unitomo_Terima_Enam_Mahasiswa_Osaka.htm
diakses pada 17 November 2013.
A. Sobana Hs, “Workshop
Penelitian dan Pengembangan Kebudayaan; Penulisan Karya Ilmiah dan Perekaman
Data”
Ahmad
Agung, “Soerabaja Tempo Doeloe, Sebuah Sejarah”. Jurnal.
Akuntansi
Kejepangan, “Hubungan Pendidika Indonesia dan Jepang”, http://sejarah_hubungan_indonesia_jepang/wordpress.com
diakses pada 30 Oktober 2013
Dra.
Rina Sukmara, M.Pd., “Keguruan dan Ilmu Pendidikan Bahsa Jepang”, http://amelidyas.weebly.com/9/post/2012/4/first-post.html
diakses pada 15 November 2013
Dudung Abdurahman, “Metode Penelitian
Sejarah”, Jogjakarta: Ar-Ruz Media, 2007.
Heri, Kuswara. 2010. Ngapain Kuliah
Kalau Nggak Bisa Sukses?, 9 Jurus Cerdas Meraih Karir Gemilang. Jakarta:
Kaifa dalam Nurul Laili, “Bahasa Jepang pilihan Menuju Enterpreneur”,
Prodi Bahasa Jepang Fakultas bahasa dan Sastra Universitas Pesantren Tinggi
Darul Ulum (UNIPDU) Jombang. Jurnal
http://beritasore.com/Konsul_Jepang_Resmikan_Laboratorium_Bahasa_Unitomo_Surabaya.htm
dikases pada 17 November 2013
http://bhsjep.fkip.unri.ac.id/sejarah/
diakses pada 3 November 2013
http://fib.ugm.ac.id/home/kerjasama/luar-negeri
diakses pada 30 Oktober 2013.
http://fib.ugm.ac.id/home/organisasi-mahasiswa/lembaga-otonom/himpunan-mahasiswa-jepang
diakses pada 30 Oktober 2013.
http://fib.ugm.ac.id/home/program-studi/program-sarjana/sastra-jepang
diakses pada 30 Oktober 2013.
http://fib.unand.ac.id/in/profil/sejarah
diakses pada 2 November 2013
http://japan-unair.tripod.com/
diakses pada 15 November 2013.
http://japan-unair.tripod.com/
diakses pada 15 November 2013.
http://marsudibudiutomo.multiply.com/journal/item/71/Memaknai_50_Tahun_Hubungan_Jepang_Indonesia
diakses pada tanggal 29 Agustus
2012.
http://pemafibusu.blogspot.com/2013/06/sejarah-fib-usu.html
diakses pada 30 Oktober 2013.
http://rajaagam.wordpress.com/2009/01/13/surabaya-sister-city/,
diakses pada 28 agustus 2013
http://sastra.unas.ac.id/index.php/profil/bahasa-sastra-jepang/
diakses pada 19 November 2013
http://sastrajepang-unair.blogspot.com/
diakses pada 30 Oktober 2013.
http://uai.ac.id/fakultas/fakultas-sastra/sastra-jepang/
diakses pada 30 Oktober 2013
http://unnes.ac.id/prodi/pendidikan-bahasa-jepang-s1/
diakses pada 30 Oktober 2013
http://www.fib.ui.ac.id/sejarah_fib
diakses pada 30 Oktober 2013.
http://www.fib.undip.ac.id/index.php/tentangfib-2
diakses pada 30 Oktober 2013
http://www.fs.unud.ac.id/ind/fakultas-sastra/sastra-jepang
diases pada 1 November 2013
http://www.jakarta.go.id/web/encyclopedia/detail/999/Indonesia-Universitas
diakses pada 30 Oktober 2013.
http://www.muridoke.com/index.php/school/course/10033-009/ukm/sastra-jepang
diakses pada 2 Desember 2013
http://www.pendidikanbahasajepang-unnes.com/p/profil.html
diakses pada 30 Oktober 2013
http://www.stiba-bali.ac.id/sejarah.html
diakses pada 15 November 2013
http://www.unitomo.ac.id/kampus/kegiatan/hiroe_dan_nanaho_tertarik_budaya_indonesia.htm
diakses pada 17 November 2013.
http://www.unpad.ac.id/?fakultas=sastra-jepang
diakses pada 30 Oktober 2013.
http://www.unpad.ac.id/fakultas/ilmu-budaya/
diakses pada 30 Oktober 2013.
http://www.unsada.ac.id/profil
diakses pada 5 November 2013
http://www.untag-sby.ac.id/index.php/program/sarjana-s1/sastra/sbj2.html
diakses pada 30 Oktober 2013
http://www.upi.edu/profil/fakultas/fakultas-pendidikan-bahasa-dan-sastra
diakses pada 30 Oktober 2013.
Ikysuzaku,
“Pengaruh Jepang Dalam Bidang Pendidikan, Penggunaan Bahasa dan Budaya
Indonesia ” Catatan Deskripsi Sejarah Indonesia.
Joseph S. Nye dari Harvard's Kennedy
School of Government: Soft Power- The Means to Success in World
Politics dalam Marsudi, “Memaknai 50
Tahun Hubungan Jepang Indonesia”. jurnal
Konsulat
Jenderal Jepang Surabaya http://www.id.emb-japan.go.jp/birel_id.html
koran Jawa Pos 12 Feb 2009 dalam http://hiruban.blogspot.com/Unitomo_Terima_Dosen_Jepang.htm
diakses pada 17 November 2013.
Kunjungan
Dari Kansai University, http://www.untag-sby.ac.id/index.php/component/content/article/1-terbaru/1013-kunjungan-dari-kansai-university.htmldiakses
pada tanggal 12 oktober 2012. Op.cit
M.C,
Ricklefs. “Sejarah Indonesia Modern 1200
- 2004”, PT. Serambi Ilmu Semesta. 2005, Jakarta.
Marsudi
Budi Utomo, “Memaknai 50 Tahun Hubungan
Jepang Indonesia“
Marsudi
Budi Utomo, “Memaknai 50 Tahun Hubungan
Jepang Indonesia“ http://marsudibudiutomo.multiply.com/journal/item/71/Memaknai_50_Tahun_Hubungan_Jepang_Indonesia
diakses pada tanggal 29 Agustus
2012.
Nurul
Fitriani, “Defisit Perdagangan Non-Migas
dengan Jepang Diperkirakan Berlanjut” http://www.indonesiafinancetoday.com/read/21548/Defisit-Perdagangan-Non-Migas-dengan-Jepang-Diperkirakan-Berlanjut
dalam http://makmunr.blogspot.com/2012/01/defisit-perdagangan-non-migas-dengan.html
diakses pada 21 maret 2012
Nurul Laili, “Bahasa Jepang pilihan
Menuju Enterpreneur”, Prodi Bahasa Jepang Fakultas bahasa dan Sastra
Universitas Pesantren Tinggu Darul Ulum (UNIPDU) Jombang. Jurnal.
Observasi
terhadap siswa SMA dari beberapa sekolah yang ada di Surabaya pada 20 September
2012.
Persada senior, “Suka Duka Pelajar
Indonesia di Jepang”, Jakarta: CV. Antakarya,
Prof.
DR. Aiko Kurasawa Inomata, “Kajian Indonesia di Jepang” Keio University,
Tokyo, artikel.
Survei
dari Konsulat Jepang di Indonesia, dalam Shimizu Hiroshi, “Rise and Fall of the
Karayuki-san in the Netherlands Indies for the late Nineteenth Century to the
1930s” dalam Review of Indonesian and Malaysian Affairs, vol.26, (The
Departement of Southeast Asian Studies, The University of Sydney), hl.20-21
dalam Meta sekar Puji, thesis.
The
Japan Foundation Statistic 1998 – 2003 dalam Wawan Danasasmita, “Guru Bahasa
Jepang di Indonesia: Peluang dan Tantangan”, artikel Jurnal, Universitas
Pendidikan Indonesia.
Waawancara
dengan bapak Efrizal, M. A., selaku dosen sastra Jepang Universitas Brawijaya
pada 18 Oktober 2013
Wawan Danasasmita, “Pendidikan
Bahasa Jepang di Indonesia Sebuah refleksi”, jurnal.
Wawancara
dengan Anik. S.s selaku pengajar bahasa Jepang di UPT ITS
Wawancara
dengan bapak Dr. Roni, selaku Ketua Prodi Pendidikan Bahasa Jepang Universitas
Negeri Surabaya pada 25 November 2013.
Wawancara
dengan bapak Dr. Roni, selaku Ketua Prodi Pendidikan Bahasa Jepang Universitas
Negeri Surabaya pada 25 November 2013. Loc.cit.
Wawancara
dengan ibu Dra. Listyaningsih M.id selaku Kaprodi Sastra Jepang Unitomo pada 27
November 2013.
Wawancara
dengan ibu Umul Khasanah M.Lit selaku Kaprodi Bahasa Jpeang Universitas 17
Agustus Surabaya pada 9 Desember 2013.
Wawancara
dengan saudara Rahmat Ariyanto, mahasiswa sastra Jepang tingkat akhir
Universitas Airlangga pada 28 Mei 2013
Wawancara
dengan saudari Elok Santoso, mahasiswa bahasa dan Sastra Inggirs tingkat 3
Universitas Negeri Surabaya pada 20 September 2012.
Wawancara dengan
saudari Venti, mahasiswa tingkat 3 sastra Jepang Universitas 17 Agustus
Surabaya pada 26 Mei 2013
Werdasar
wawancara dengan ibu Umul Khasanah, M.Lit., selaku Kaprodi Bahasa Jepang
Universitas 17 Agustus Surabaya pada 9 Desember 2013.
www.ub.ac.id/Selayang_pandang_bahasa_dan_sastra/Sastra_Jepang
diakses pada 30 Oktober 2013.
www.unj.ac.id/sastra-jepang
diakses pada 30 Oktober 2013
Yohana R, Yuyu. 2005. The First Step to
be an Entrepreneur. Unpublished. Bandung: UPT. Pusat Studi Bahasa Jepang
Unpad, Jatinangor, dalam Nurul Laili, jurnal
Yousri Nur RA MH “Surabaya
sister city”, artikel.
Yudha
Manggala P Putra , “Indonesia Negara Pembelajar Bahasa Jepang Terbanyak
kedua Setelah Cina”, http://www.republika.co.id/read/indonesia
-negara-pembelajar-bahasa-jepang-terbanyak-kedua.htm, diakses pada 6
Oktober 2013.
[1] “Jepang
Dewasa Ini”, Kementrian Luar Negeri,
Jepang. 1979. Halaman 29.
[2] Ibid.
[3] M.C,
Ricklefs. “Sejarah Indonesia Modern 1200
- 2004”, PT. Serambi Ilmu Semesta. 2005, Jakarta.
[4] 25
laki-laki, 100 perempuan, survei dari Konsulat Jepang di Indonesia, dalam
Shimizu Hiroshi, “Rise and Fall of the Karayuki-san in the Netherlands Indies
for the late Nineteenth Century to the 1930s” dalam Review of Indonesian and
Malaysian Affairs, vol.26, (The Departement of Southeast Asian Studies, The
University of Sydney), hl.20-21 dalam Meta sekar Puji, thesis.
[5] 166
laki-laki, 448 perempuan, Ibid.
[6]
Pemerintah Jepang diwakili oleh Menteri Luar Negeri Jepang saat itu
yakni Fujiyama Aichiro dan pemerintah Indonesia diwakili oleh Menteri Luar
Negeri Subandrio
[7] Konsulat Jenderal Jepang Surabaya http://www.id.emb-japan.go.jp/birel_id.html
[8] Prof. DR. Aiko Kurasawa Inomata, “Kajian
Indonesia di Jepang” Keio University, Tokyo, artikel.
[9]Marsudi Budi Utomo, “Memaknai 50 Tahun Hubungan Jepang Indonesia“
http://marsudibudiutomo.multiply.com/journal/item/71/Memaknai_50_Tahun_Hubungan_Jepang_Indonesia diakses pada tanggal 29 Agustus 2012.
[10] Nurul Fitriani, “Defisit Perdagangan Non-Migas dengan Jepang Diperkirakan Berlanjut”
http://www.indonesiafinancetoday.com/read/21548/Defisit-Perdagangan-Non-Migas-dengan-Jepang-Diperkirakan-Berlanjut
dalam http://makmunr.blogspot.com/2012/01/defisit-perdagangan-non-migas-dengan.html
diakses pada 21 maret 2012
[11] Marsudi, op.cit
[12] Persada senior, “Suka Duka Pelajar
Indonesia di Jepang”, Jakarta: CV. Antakarya, hal. 10
[13] “Suka Duka Pelajar Indonesia di Jepang”,
ibid.
[14] Pelatihan bahasa jepang bagi orang asing
[15] “Suka duka pelajar”, op.cit
[16] The Japan Foundation Statistic 1998 – 2003
dalam Wawan Danasasmita, “Guru Bahasa Jepang di Indonesia: Peluang dan
Tantangan”, artikel Jurnal, Universitas Pendidikan Indonesia.
[17] Wawan Danasasmita, “Guru Bahasa Jepang di
Indonesia: Peluang dan Tantangan”, artikel Jurnal, Universitas Pendidikan
Indonesia.
[18] Hasil penghitungan cepat The Japan
Foundation
[19] Yudha Manggala P Putra , “Indonesia
Negara Pembelajar Bahasa Jepang Terbanyak kedua Setelah Cina”, http://www.republika.co.id/read/indonesia
-negara-pembelajar-bahasa-jepang-terbanyak-kedua.htm, diakses pada 6
Oktober 2013.
[20] Yudha Manggala P. Putra, ibid.
[21] Kuliah Umum Konjen Jepang tentang hubungan
kerjasama Indonesia-Jepang di
Universitas Airlangga
[23] “Peminat Bahasa Jepang di Jatim Tinggi”, http://surabayapagi.com/Untag-akan-Buka-Jurusan-Bahasa-Jepang/,
diakses pada 6 Oktober 2013.
[24] “Suka Duka Pelajar Indonesia di Jepang”,
loc.cit
[25] Ibid.
[26] Ibu Herawati Diah, salah seorang wanita
Indonesia pertama yang belajar ke Jepang dan Amerika pada masa Kolonial
Belanda, “Suka Duka Pelajar Indonesia di Jepang”, hal. 176-180.
[27] Wawan
Danasasmita, “Pendidikan Bahasa Jepang di
Indonesia Sebuah refleksi”, jurnal.
[28] A. Sobana
Hs, “Workshop Penelitian dan Pengembangan
Kebudayaan; Penulisan Karya Ilmiah dan Perekaman Data”
[29] Dudung Abdurahman, “Metode Penelitian
Sejarah”, Jogjakarta: Ar-Ruz Media, 2007.
[30] Heuristik:
pencarian sumber primer dan sekunder. Kritik: penilaian secara intern dan
ekstern terhadaop sumber yang sudah diperoleh. Interpretasi: penafsiran makna
dan hubungan fakta. Historiografi: pencatatan sejarah sebagai kisah secara
kronologis/diakronis.
[31] Rakim, metode penelitian, http://rakim-ypk.blogspot.com/2008/06/metode-penilitian.html, diakses pada 16 Oktober 2012
[32] Melakukan pengamatan langsung terhadap obyek
penelitian.
[33] menggunakan
arsip sebagai jalan untuk merekonstruksi sebuah peristiwa sejarah yang penulis
jadikan sebagai topik penulisan. Juga mengumpulkan data daru buku-buku yang
memuat data yang penulis butuhkan sebagai data primer ataupun hanya sebagai
data sekunder/referensi saja.
[34] Pada saat Indonesia masih dalam penjajahan
Belanda, pelajar Indonesia yang belajar ke Jepang mengggunakan biaya mandiri.
Namun pada saat Jepang yang menjajah Indonesia, diadakan tes penyaringan secara
regional yang diadakan di tempat asal yang kemudian dilanjutkan seleksi kedua di
pusat (Jakarta). Kemudian terdapat seleksi final di asrama latihan bahasa
Jepang di Kantor Jawatan Pendidikan dan Keabudayaan di daerah cilacap sampai
akhirnya tersisa 20 orang yang diberangkatkan ke Jepang dengan menggunakan
kapal. “Suka Duka Pelajar Indonesia...”, loc.cit. hal. 263-264.
[36] Karena pada saat itu (1943) Indonesia sedang
dijajah oleh Jepang. Doktrin yang diberikan oleh Jepang tertera dalam semboyan
3A. Dalam perjalanannya, Jepang makin memperjelas maksudnya agar rakyat
Indonesia mau memberikan dukungan (SDA dan SDM yang ada) kepada Jepang dalam
memenangkan perang. Ikysuzaku, “Pengaruh Jepang Dalam Bidang Pendidikan,
Penggunaan Bahasa dan Budaya Indonesia ” Catatan Deskripsi Sejarah
Indonesia.
[37] Karena diajarkan di lembaga-lembaga non
formal
[38] Mulai masuk menjadi mata pelajaran wajib di
sekolah dan mulai banyak muncul tempat kursus bahasa jepang. Hal itu
dikarenakan bahasa Jepang milai dirasa penting untuk dipelajari untuk
menghadapi persaingan dunia kerja yang mana perusahaan Jepang banyak yang masuk
ke Indonesia.
[39] Ikysuzaku, loc.cit
[40] Ikusuzaku, Ibid.
[41] Secara literal: Sekolah bahasa Jepang yaitu
sebuah sekolah yang dibentuk pemerintah Jepang untuk melatih ketrampilan
berbahasa Jepang pelajar asing yang belum mendapatkan bekal berbahasa Jepang
saat tiba di Jepang, dan mereka ditempatkan di Kokusai Gakuyukai
(International Student Institute) di Meguro, Tokyo. Nantinya mereka akan dibagi
kedalam kelompok-kelompok yang akan dikirim ke daerah-daerah untuk melanjutkan
belajar bahasa Jepang keahlian menurut bidang mereka masingh-masing dalam
tingkat pendidikan Senmon Gakko (pendidikan pra-kuliah), sebahai
persiapan masuk universitas. “Suka duka Pelajar Indonesia”, loc.cit.
hal. 258
[42] Ikusuzaku, loc.cit
[43] Akuntansi Kejepangan, “Hubungan Pendidika
Indonesia dan Jepang”, http://sejarah_hubungan_indonesia_jepang/wordpress.com
diakses pada 30 Oktober 2013
[44] Akuntansi Kejepangan, Ibid.
[45] “Pengaruh
Budaya Jepang di Indonesia”, http://biunbor.blogspot.com/2011/05/pengaruh-budaya-jepang-di-indonesia.html
diakses pada 20 maret 2012
[46]Marsudi Budi Utomo, “Memaknai 50 Tahun Hubungan Jepang Indonesia“ http://marsudibudiutomo.multiply.com/journal/item/71/Memaknai_50_Tahun_Hubungan_Jepang_Indonesia
diakses pada tanggal 29 Agustus 2012.
[47] Ibid.
Jepang memberikan ganti rugi kepada RI sebesar USD 223.08 juta,
setara dengan 80.3 milyar Yen kurs saat itu yang dengan penggantian 1 juta Yen
per penduduk Indonesia ditaksir berjumlah sekitar 80 juta jiwa. Angka ini
mendekati prediksi R. Murray Thomas di Asian Survey, Vol. 9, No. 7 (July,
1969), bahwa jumlah penduduk Indonesia tahun 1958 adalah 90 Juta jiwa. Ganti rugi
ini dilakukan secara bertahap selama 12 tahun dalam bentuk bantuan barang
produksi dan asistensi pembangunan.
[48] kemampuan mencapai tujuan dengan tindakan
atraktif dan menjauhi tindakan koersif (Joseph S. Nye dari Harvard's Kennedy
School of Government: Soft Power- The Means to Success in World
Politics dalam Marsudi, “Memaknai 50
Tahun Hubungan Jepang Indonesia”. jurnal)
[49] Marsudi, loc.cit
[50] “Pengaruh
Budaya Jepang di Indonesia”, loc.cit
[52] http://www.fib.ui.ac.id/sejarah_fib
diakses pada 30 Oktober 2013.
[53] Ibid.
[54] http://www.jakarta.go.id/web/encyclopedia/detail/999/Indonesia-Universitas
diakses pada 30 Oktober 2013.
[55] http://www.unpad.ac.id/fakultas/ilmu-budaya/
diakses pada 30 Oktober 2013.
[56] http://www.unpad.ac.id/?fakultas=sastra-jepang
diakses pada 30 Oktober 2013.
[57] Terdiri dari mata-mata kuliah yang menjadi
kekhasan Program Studi Sastra Jepang
[58] Berorientasi pada tujuan pendidikan nasional
serta memperhatikan kemampuan mahasiswa dari sisi soft skill (kewirausahaan, kepariwisataan, diplomasi
dan kajian budaya)
[59] http://www.upi.edu/profil/fakultas/fakultas-pendidikan-bahasa-dan-sastra
diakses pada 30 Oktober 2013.
[60] Ibid.
[61] Berdasar wawancara dengan bapak Dr. Roni,
selaku Ketua Prodi Pendidikan Bahasa Jepang Universitas Negeri Surabaya pada 25
November 2013.
[62] http://pemafibusu.blogspot.com/2013/06/sejarah-fib-usu.html
diakses pada 30 Oktober 2013.
[63] Ibid.
[64] http://fib.ugm.ac.id/home/organisasi-mahasiswa/lembaga-otonom/himpunan-mahasiswa-jepang
diakses pada 30 Oktober 2013.
[65] http://fib.ugm.ac.id/home/program-studi/program-sarjana/sastra-jepang
diakses pada 30 Oktober 2013.
[66] http://fib.ugm.ac.id/home/kerjasama/luar-negeri
diakses pada 30 Oktober 2013.
[68] Berdasar wawancara dengan ibu Dra.
Listyaningsih M.id selaku Kaprodi Sastra Jepang Unitomo pada 27 November 2013.
[69] Berdasar wawancara dengan ibu Umul Khasanah,
M.Lit., selaku Kaprodi Bahasa Jepang Universitas 17 Agustus Surabaya pada 9
Desember 2013.
[70] http://uai.ac.id/fakultas/fakultas-sastra/sastra-jepang/
diakses pada 30 Oktober 2013
[71] http://www.fib.undip.ac.id/index.php/tentangfib-2
diakses pada 30 Oktober 2013
[72] “Peluncuran Program Pendidikan Sarjana S1
Sastra Jepang Fakultasd Ilmu Budaya Universitas Diponegoro”, http://edukasi.kompasiana.com/2010/04/26/peluncuran-program-pendidikan-sarjana-s1-sastra-jepang-fakultas-ilmu-budaya-universitas-diponegoro-126701.html
diakses pada 30 Oktober 2013
[74] “Peluncuran Program Pendidikan Sarjana S1
Sastra Jepang Fakultasd Ilmu Budaya Universitas Diponegoro”, loc.cit
[75] Ibid.
[76] “Sastra Jepang S1 UBH Terakreditasi”,
http://nishisumatora-gakkai.blogspot.com/2008/09/sastra-jepang-s-1-ubh-terakreditasi.html
diakses pada 2 November 2013
[77] “Fakultas Ilmu Budaya”, http://bahasasastra.wordpress.com/
diakses pada 2 November 2013
[78] “Sastra Jepang S1 UBH Terakreditasi”,
loc.cit.
[79] “Sastra Jepang”, http://bahasasastra.wordpress.com/sastra-jepang/
diakses pada 2 November 2013
[80] http://fib.unand.ac.id/in/profil/sejarah
diakses pada 2 November 2013
[81] Ibid.
[82] www.unj.ac.id/sastra-jepang diakses pada 30 Oktober 2013
[83] http://bhsjep.fkip.unri.ac.id/sejarah/
diakses pada 3 November 2013
[84] Ibid.
[85] http://www.fs.unud.ac.id/ind/fakultas-sastra/sastra-jepang
diases pada 1 November 2013
[86] http://unnes.ac.id/prodi/pendidikan-bahasa-jepang-s1/
diakses pada 30 Oktober 2013
[87] http://www.pendidikanbahasajepang-unnes.com/p/profil.html
diakses pada 30 Oktober 2013
[88] www.ub.ac.id/Selayang_pandang_bahasa_dan_sastra/Sastra_Jepang
diakses pada 30 Oktober 2013.
[89] Berdasar waawancara dengan bapak Efrizal, M.
A., selaku dosen sastra Jepang Universitas Brawijaya pada 18 Oktober 2013
[91]
Pemerintah Indonesia dengan pemerintah Jepang
[93] “Prodi Pendidikan Bahasa Jepang”, http://english.unp.ac.id/?page_id=512,
diakses pada 19 November 2013
[94] http://sastra.unas.ac.id/index.php/profil/bahasa-sastra-jepang/
diakses pada 19 November 2013
[95] Membekali kemampuan penggunaan bahasa jepang
secara ilmiah dan praktis
[96] Membekali pengetahuan kesusastraan Jepang
klasik dan modern
[97] Membekali pemahaman kebudayaan Jepang baik
tradisional maupun populer
[98] Universitas Muhammadiyah Prof. DR. HAMKA
yang sering disingkat UHAMKA adalah hasil pengembangan dari Institut Keguruan
dan Ilmu Pendidikan (IKIP) Muhammadiyah Jakarta dengan nama awal Perguruan
Tinggi Pendidikan Guru (PTPG) yang diresmikan pada tanggal 18 November 1957.
Pada tahun 1958 PTPG berubah menjadi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
(FKIP) yang menginduk kepada Universitas Muhammadiyah Jakarta (UMJ).
Tahun 1965, FKIP UMJ berdiri sendiri dengan nama IKIP Muhammadiyah Jakarta. “Informasi UHAMKA”, http://storyofbyology.wordpress.com/2011/06/29/informasi-uhamka/ diakses pada 15 November 2013.
Tahun 1965, FKIP UMJ berdiri sendiri dengan nama IKIP Muhammadiyah Jakarta. “Informasi UHAMKA”, http://storyofbyology.wordpress.com/2011/06/29/informasi-uhamka/ diakses pada 15 November 2013.
[99] Dra. Rina Sukmara, M.Pd., “Keguruan dan
Ilmu Pendidikan Bahsa Jepang”, http://amelidyas.weebly.com/9/post/2012/4/first-post.html
diakses pada 15 November 2013
[100] http://www.unsada.ac.id/profil
diakses pada 5 November 2013
[101] Ibid.
[102] Ibid.
Monozukuri merupakan kata dalam bahasa Jepang asli, yamato kotoba, yang terdiri dari mono yang berarti produk dan zukuri yang berarti proses
pembuatan atau penciptaan. Namun konsep tersebut mengandung makna yang jauh
lebih luas dari arti harfiahnya, yang menggambarkan teknologi dan proses dari
pengembangan, produksi dan pembelian secara terintegrasi. Monozukuri juga mengandung makna
“intangible qualities”
seperti craftsmanship, dan
dedikasi untuk melakukan penyempurnaan secara terus menerus. Lebih dalam lagi,
dia juga mengandung nada keunggulan (excellence),
keahlian dan ketrampilan (skills),
jiwa/ roh pendorong (spirit),
semangat (zest) dan kebanggaan
(pride) dalam
kemampuan untuk menciptakan dan memproduksi barang dengan sangat baik. Monozukuri bukan sekedar
pengulangan tanpa pemikiran (mindless
repetition), dia memerlukan pemikiran kreatif. Professor Takahiro
Fujimoto, seorang ahli teori monozukuri
terkemuka Jepang dari Tokyo University mengatakan monozukuri adalah suatu art, science dan craft
membuat barang.
[104] http://www.stiba-bali.ac.id/sejarah.html
diakses pada 15 November 2013
[105] “Manual Mutu Universitas Kristen
Maranatha”, Badan Perencanaan, Pemantauan dan Jaminan Mutu Universitas
Kristen Maranatha.
[106] http://www.muridoke.com/index.php/school/course/10033-009/ukm/sastra-jepang
diakses pada 2 Desember 2013
[107] “Sejarah Program Studi Pendidikan Bahasa
Jepang UMY”, http://pbj.umy.ac.id/sejarah-program-studi-pendidikan-bahasa-jepang-umy/
diakses pada 5 November 2013
[108] Ibid.
[109] Berdasarkan wawancara dengan saudara Rahmat
Ariyanto, mahasiswa sastra Jepang tingkat akhir Universitas Airlangga pada 28
Mei 2013
[110] Observasi terhadap siswa SMA dari beberapa
sekolah yang ada di Surabaya pada 20 September 2012.
[111] Saat berdirinya prodi Pendidikan Bahasa
Jepang di Unesa.
[112] Ibid.
[113] Berdasarkan wawancara dengan saudari Elok
Santoso, mahasiswa bahasa dan Sastra Inggirs tingkat 3 Universitas Negeri
Surabaya pada 20 September 2012.
[114] Rahmat, wawancara... loc.cit.
[115] Berdasarkan wawancara dengan saudari Venti,
mahasiswa tingkat 3 sastra Jepang Universitas 17 Agustus Surabaya pada 26 Mei
2013
[116] Bahasa Jepang sebagai alat
komunikasi dalam berbagai bidang mengingat bahasa Jepang sebagai bahasa asing
ketiga di dunia Internasional, Nurul Laili, “Bahasa Jepang pilihan Menuju
Enterpreneur”, Prodi Bahasa Jepang Fakultas bahasa dan Sastra Universitas
Pesantren Tinggu Darul Ulum (UNIPDU) Jombang. Jurnal.
[117] Ibid.
[118] Ahmad Agung, “Soerabaja Tempo Doeloe,
Sebuah Sejarah”. Jurnal.
[119] Heri, Kuswara. 2010. Ngapain
Kuliah Kalau Nggak Bisa Sukses?, 9 Jurus Cerdas Meraih Karir Gemilang.
Jakarta: Kaifa dalam Nurul Laili, “Bahasa Jepang pilihan Menuju
Enterpreneur”, Prodi Bahasa Jepang Fakultas bahasa dan Sastra Universitas
Pesantren Tinggi Darul Ulum (UNIPDU) Jombang. Jurnal. Loc.cit
[120] Yohana R, Yuyu. 2005. The First
Step to be an Entrepreneur. Unpublished. Bandung: UPT. Pusat Studi
Bahasa Jepang Unpad, Jatinangor, dalam Nurul Laili,.... jurnal, ibid.
[121] Wawan Danasasmita, “Guru Bahasa Jepang di
Indonesia: Peluang dan Tantangan”, artikel Jurnal, Universitas Pendidikan
Indonesia. Loc.cit
[122] Perjanjian atau kerjasama yang dilakukan
baik antar negara dengan kota yang ada di Indonesia (Jakarta-Tokyo,
Yogyakarta-Kyoto, Surabaya-Kochi, Medan-Ichikawa, Jawa Timur-Osaka Prefektur,
Irian Jaya-Yamagata Prefektur), pemerintah dengan pemerintah (G to G), serta
keberadaan asosiasi-asosiasi persahabatan Indonesia-Jepang di berbagai
prefektur di Jepang, dalam Nurul Laili,.... jurnal, ibid.
http://rajaagam.wordpress.com/2009/01/13/surabaya-sister-city/,
diakses pada 28 agustus 2013
[124] Berdasar wawancara dengan bapak Dr. Roni,
selaku Ketua Prodi Pendidikan Bahasa Jepang Universitas Negeri Surabaya pada 25
November 2013. Loc.cit.
[125] “Kerjasama Unesa Dengan Jepang dan Cina”,
Media Infomasi dan Komunikasi Unesa, Majalah Unesa Nomor 32
Tahun X Januari - Februari 2009 - ISSN 1411 - 397X
[126] Program pertukaran mahasiswa ini telah
berlangsung mulai tahun 1997. Tetapi sempat terhenti ketika Indonesia mengalami
“krismon”. Setelah tahun 2000 program pertukaran ini kembali bergulir dengan
masa studi 6 bulan dan paling lama 1 tahun. Selama belajar di Unitomo mereka di
titipkan tinggal di keluarga dosen dan karyawan Unitomo. http://www.unitomo.ac.id/kampus/kegiatan/hiroe_dan_nanaho_tertarik_budaya_indonesia.htm
diakses pada 17 November 2013.
[127] “Unitomo Terima Enam Mahasiswa Osaka”,
http://surya.co.id/Unitomo_Terima_Enam_Mahasiswa_Osaka.htm
diakses pada 17 November 2013.
[128] Ibid.
[129] Kondankai
merupakan sarana untuk melatih keterampilan berbahasa Jepang khususnya
Mahasiswa Fakultas Sastra Program Studi Sastra Jepang. Untuk memulai Kondankai, syaratnya terlebih
dahulu harus membuat Sakubun atau semacam resume singkat sesuai tema yang kan
diperbincangkan. Para Expat Jepang tersebut sekaligus sebagai native speaker. Sakubun yang dibuat
tersebut akan menjadi penilaian apakah mahasiswa tersebut layak untuk mengikuti
kondankai atau tidak, juga agar pembahasan lebih terarah. “Fakultas Sastra Jepang Unitomo Gelar
Perayaan kondankai ke-50”, http://panjisuroboyo.com/Fakultas_sastra_jepang_unitomo_gelar_perayaan
_kondankai_ke_50.htm diakses pada 17 November 2013.
[130] Ibid.
[131] Merupakan program pemerintah Jepang untuk
pertukaran pemuda-pemuda berbakat. Baik dosen, mahasiswa, pelajar, dan
orang-orang intelektual di wilayah Asia Tenggara. 'Program ini dirancang selama
lima tahun. Dan setiap 10 bulan akan menjalani evaluasi, menurut Asisten
Direktur The Japan Foundation Hashimoto Ayumi saat mendampingi Rie Kojima saat datang
di Unitomo 12 februari 2009. Program pertama yang diluncurkan Japan Foundation
dalam program genesis ini adalah menerjunkan sepuluh dosen tamu di Indonesia.
Mereka disebar di wilayah Jabodetabek, satu di Jabar, satu di Jateng, satu di
Jatim, dan satu di Bali. Selain itu, Riau, Sumut, dan Sumbar masing-masing satu
orang. Dikutip dari koran Jawa Pos 12 Feb 2009 dalam http://hiruban.blogspot.com/Unitomo_Terima_Dosen_Jepang.htm
diakses pada 17 November 2013.
[132] http://beritasore.com/Konsul_Jepang_Resmikan_Laboratorium_Bahasa_Unitomo_Surabaya.htm
dikases pada 17 November 2013
[133] Mereka adalah Abdurrahman, Fatma, Michiko,
Feri dan Mega. Sebagian dari mereka sudah lulus, tapi ada juga yang masih
sedang menyelesaikan skripsi atau tinggal menunggu wisuda. “Perusahaan
Jepang Rekrut Langsung Mahasiswa Fakultas Sastra Jepang Unitomo”, http://www.unitomo.ac.id/kampus/kegiatan/perusahaan_jepang_rekrut_langsung_mahasiswa_fs_unitomo.htm
diakses pada 17 November 2013
[134] Ibid.
[135] “Fakultas Sastra Unitomo Terima Kunjungan
Studi Banding Undiksha Singaraja”, http://www.unitomo.ac.id/kampus/kegiatan/Fakultas_Sastra_Unitomo_Terima_Kunjungan_Studi_Banding
Undiksha_Singaraja.htm diakses pada 17 November 2013
[136] Berdasar wawancara dengan ibu Umul Khasanah
M.Lit selaku Kaprodi Bahasa Jpeang Universitas 17 Agustus Surabaya pada 9
Desember 2013.
[137] Ibid.
[138] http://www.untag-sby.ac.id/index.php/program/sarjana-s1/sastra/sbj2.html
diakses pada 30 Oktober 2013
[139] Kunjungan Dari Kansai University
http://www.untag-sby.ac.id/index.php/component/content/article/1-terbaru/1013-kunjungan-dari-kansai-university.htmldiakses
pada tanggal 12 oktober 2012. Op.cit
[140]ibid.
[141] Ibid.
[142] “Peminat Bahasa Jepang di Jatim Tinggi”, http://surabayapagi.com/Untag-akan-Buka-Jurusan-Bahasa-Jepang/,
diakses pada 6 Oktober 2013.
[143] Ibid.
[144] Kunjungan Dari Kansai University, loc.cit
[146] http://japan-unair.tripod.com/
diakses pada 15 November 2013.
[147] Berdasar wawancara dengan Anik… S.s selaku
pengajar bahasa Jepang di UPT ITS
[148] Dikelola oleh Dra. Endang Poerbowati, M,pd.,
lulusan dari Universitas Tokyo
[149] Dimiliki oleh Mizuta Josaku
[150] Examination for Japanese University Admission
for International Students merupakan ujian untuk mengukur tingkat kemampuan
berbahasa Jepang dan kemampuan akademik dasar bagi mereka yang ingin
melanjutkan pendidikan ke tingkat yang lebih tinggi di Jepang. EJU dilaksanakan
di 13 Negara di dunia termasuk Indonesia. Sedangkan di Indonesia, EJU hanya
diadakan di dua tempat yaitu UI Jakarta dan I’Mc Center Surabaya