Kamis, 21 Agustus 2014

jiyuu e no shoutai chapter 2 - the trigger


Chapter 2
The Trigger

Noch dkk bertolak dari Long Bay pagi-pagi buta dengan lima kapal kecil menuju Port Kuyt; pintu masuk utama Akhaya yang ada di kota Arkill. Mereka menyamar sebagai saudagar yang singgah beberapa hari untuk berdagang. Sesampainya disana, mereka menyusun ulang rencana sebelumnya sambil melihat dan mencari informasi tentang Don King di kota itu
“Baiklah teman teman, sesuai dengan rencana, sebentar lagi kita akan menyebar sesuai grup. Aku tetap di kota ini. Bill dan Ralf berangkat bersama menuju Zomc kemudian Ralf melanjutkan ke Gorgon. Setelah dua kota itu berhasil kalian kuasai, Bill bergerak menuju Karmel dan Ralf menuju Sauri bersama pasukan tambahan kalian.
Jhon dan Dough, kalian juga berangkat bersama menuju Lepre, setelah itu Dough lanjutkan ke Amire. Jhon, setelah selesai di Lepre, susul Dough di Amire. Lalu kalian berangkat bersama lagi menuju Sinai dan Dios. Cari informasi sebanyak banyaknya tentang Suna, Albus Castle dan Don King. Sementara aku memantau kalian dari Arkill sambil memboikot barang barang yang akan dikirim ke Suna. Setelah itu, aku akan bergabung dengan Bill di Karmel. Aku mengharapkan kalian, temanku.” atur Noch.
“Baik, aku mengerti.” Kata Bill.
“Siap..!!” sahut Jhon.
“Kami tunggu kau di Suna” kata Ralf.
“Kawan, kita pasti menang. Kita bebaskan Arabasta. Inilah undangan kebebasan kita. Dan selama masih ada kau, Noch sein Hoffnung, selalu masih ada harapan buat negeri ini sesuai dengan arti namamu.” Tegas Dough.
“Untuk kita. Untuk Akhaya. Inilah panggilan kebebasan kita!!” sorak bersama.
Saat pagi buta, di tengah kota Arkill, mereka mempersiapkan semua yang diperlukan dan mulai bergerak sesuai dengan rencana semalam. Perjalanan yang tak mudah, namun harus mereka tempuh demi satu tujuan; bebasnya Akhaya. Meskipun tangan dan kaki mereka gemetaran, namun karena kebulatan tekad, mereka tetap menghunus mata pedang mereka ke arah depan. belumlah sampai di tujuan, berbagai hambatan mereka temui. Badai gurun, lembah curam dan pasukar patroli harus mereka hadapi. Tidak jarang pertumpahan darah harus terjadi saat berhadapan dengan pasukan pasukan itu. Biarpun begitu, mereka tetap maju.
“Akhirnya kami sampai di perbatasan Zomc, ganti.” Kata Bill ke Noch dan yang lain.
“Baiklah, kalian istirahat satu hari untuk mulai serangan.” Jawab Noch lewat snail-phone.
“Baiklah teman-teman, kita istirahat dahulu 500 meter dari pos penjagaan. Besok kita lanjutkan. Cepat berikan perawatan lanjutan pada yang terluka. Untukmu Ralf, kita akan berpisah besok pagi.” Komando Bill.
“Jujur saja, dari sejak kita tiba di Arkill sampai sekarang kakiku tak berhenti gemetaran.Serasa mimpi, kita memberontak terang-terangan. Biasanya kita hanya bergerilya di Amber Desert. Tapi sekarang kita terjun langsung tanpa ada perlindungan dari alam. Namun seperti kata Dough, selama Noch masih ada, kita pasti menang.” Ungkap Ralf
“Apa yang kau rasakan itu bukan karena kita sedang melakukan pemberontakan ini, tapi karena kau bersamaku lebih lama dari biasanya. Pesonaku mengalihkan duniamu. Hahahahaha!” canda Bill sembari menyiapkan tenda.
“Ah sialan! Bisa-bisanya kau mengeluarkan jurus pamungkasmu itu! Jangan-jangan kau berhalusinasi?!” ucap Ralf kaget dan sinis.
“Akuilah Ralf sayang bahwa aku memang mempesona.”
Mendadak Bill makin mengacau kata-katanya. Dan Ralf serasa geli dan ingin menghajarnya namun dihentikan yang lain. Ternyata Bill terkena nyamuk beracun yang menyebabkan Bill mengigau.
“Untung saja aku tidak jadi memukulmu kalau kau sengaja melakukan hal seperti itu.” Kata Ralf setelah memukul tengkuk dan meliohat bekas gigitan nyamuk yang ada di leher Bill. Suasana berubah menjadi riang di depan api unggun, di dinginnya malam.
“Tidurlah yang nyaman di tumpukan batu ini kawan.” Lanjutnya sambil menyandarkan Bill di bebatuan.
Tak berapa lama, “Disini Jhon. Kami sudah sampai di Lepre. Penjagaannya ketat, kami tidak bisa menerobos. Kami akan beristirahat di dekat pos penjagaan kota untuk meyusun strategi. Ganti.” Lapor Jhon kepada Noch dan yang lain.
“Baiklah, simpan tenaga kalian. Kita lakukan serangan fajar seperti biasa.” Jelas Noch.
“Oke, siap..!!”
Namun setelah menerima kabar dari mata-mata yang telah disebar, terdapat jalan yang bisa menghindarkan mereka dari kontak langsung dengan penjaga, yaitu menyusuri tebing dan jurang. Setelah banyak pertimbangan, akhirnya mereka memilih jalan itu.

ΩΩΩΩ

Dan di tempat lain, di tempat Yoana…
“Taka, Pell, maafkan aku. aku tidak bisa terus berdiam diri seperti ini. Aku tidak mau melihat negaraku hancur dan rakyatku sengsara. Aku akan pergi ke Gorgon untuk bertemu paman Edward untuk minta bantuannya. Kabarnya, paman Edward adalah orang yang paling dicari Don King di Gorgon. Sekali lagi maafkan aku, Taka, Pell. Aku sengaja memberi kalian obat tidur dalam makanan kemarin. Yoana..”
Sepucuk surat itu tertempel di atas meja. Surat yang ditulis Puteri Yoana.
“Sial..!! Aku lengah..!! sekarang Puteri pergi sendirian menantang bahaya. Aku merasa tidak berguna..” ungkap Chakka.
“Bukan salahmu saja. Aku juga. Aku lengah. Ternyata kemampuanku telah menurun. Baiklah, sekarang juga kita terbang ke Gorgon.” Sahut Pell.
Namun, efek obat yang diberikan Yoana terlalu kuat, sehingga menyebabkan mereka tidak berdaya untuk segera menyusulnya. Sampai kemudian Taka dan Pell bertemu dengan Bill.
ΩΩΩ
Sementara itu di Arkill, Noch berusaha untuk menyabotase pengiriman barang untuk istana yang baru saja diturunkan di Port Kuyt. Noch tidak hanya membuat Don King kesal, tapi Don King jadi kalap karena persediaan di Albus Castle sudah menipis tapi kiriman tak kunjung datang. Akhirnya Don King mengirim satu anak buahnya; Mr. Mori dengan beberapa pasukan untuk mengecek apa yang terjadi di Port Kuyt.
“Ada apa ini?! Kenapa barang barang pesanan Don King tidak kunjung datang?! Ini sudah hari ke tujuh sejak kami memesan, tapi barangnya NIHIL..!! Kau mau curang? Mau melawan Don King?!” kata seorang prajurit.
“Bukan begitu, kami sudah mengirimnya tujuh hari yang lalu, dan hari ini adalah pengiriman yang ke tiga. Karena kami juga belum dapat laporan terkirim tidaknya barang tersebut.” Jelas salah seorang pegawai pengiriman pelabuhan.
“Lalu kenapa pengiriman itu bisa macet selama tujuh hari..!! Ini namanya kalian tidak profesional dalam pelayanan kalian. Jika Don King tahu akan hal ini, aku yakin tempat ini akan menjadi setumpuk pasir dalam sekejap..!!” tegas Mr. Mori.
“Bb.. bb.. baik Mr. Mori, kami mengerti. Kami juga tidak berani menentang Don King.” Kata kepala kantor pengiriman.
“Aku akan mengawasi kerja kalian selama tiga hari ke depan. aku ingin semuanya beres. Kalian mengerti?!”
“Siap, pak..!!”
Noch mulai kelihatan gelisah. Gerak geriknya akan segera terbongkar. Jika hal itu terjadi, dia harus berhadapan dengan Mr. Mori; yang bisa membuat pasukan pohon. Tidak hanya itu, nyawa teman-temannya juga dalam bahaya. Maka akan sia-sialah nanti usaha mereka. Noch berpikir, berpikir dan terus berpikir bagaimana cara mengelabui si manusia pohon itu. Tapi makin dipikir, makin dia gila.
“Aaargh..!! sial..!! Kenapa harus sekarang si Pohon tua bodoh itu kemari..?? ini tidak masuk dalam rencanaku. Siaaal…!!!” teriak Noch.
Sehari setelah kedatangan Mr. Baum, pengiriman lancar kembali karena Noch masih belum tahu apa yang harus ia lakukan. Karena taruhannya jelas sekali tidak menguntungkan. Namun, sampai akhirnya ia menemukan satu cara.
Hari ke dua setelah kedatangan Mr. Mori, Noch mulai bergerak sesuai dengan apa yang ia rencanakan. Pengiriman barang hari ke dua telah diberangkatkan. Noch mengintai dari tempat persembunyiannya. Ia berniat merampok pengiriman itudan mengincar paket Buah Iblis yang kabarnya turut disertakan disana. Namun, satu kendala, Mr. Mori turut mengawal.
“Sial..!! kenapa si pohon brengsek itu ada disana sih..!!” keluh Noch.
Mau tidak mau Noch harus tetap melaksanakannya. Tiba tiba,
[BLAAMZz..!!]
Terjadi sebuah ledakan besar dan menghancurkan rombongan itu. Termasuk kendaraan yang ditumpangi Mr. Mori. Untungnya ledakan ini terjadi di tenpat yang terbuka dekat pintu keluar kota Arkill, sehingga tidak ada korban dari pihak sipil.
“Yuuuuhhuuuuuuu..!! mampus kau pohon jelek. Ternyata anak buah Don King hanya segitu saja . hahaha…!! Sekarang, akan aku ambil harta ini.” Tawa Noch lantang.
“Hahaha… apa maksud perkataanmu itu tikus kecil? Ini tidak adaa apa apanya bagiku. Aku sering menerima yang lebih dari ini. Dasar bodoh..!!” kata Mr. Mori yang sedang terbakar api.
“Ah… keren… kau terbakar tapi masih bisa begerak. Bisa ngomong pula. Pemilik kemampuan Buah Iblis memang keren.” Kata Noch kagum.
“Hei..!! kau tikus kecil.!! Jangan remehkan kemampuan Mr. Mori..!!” kata salah seorang prajurit yang selamat dari ledakan.
“Kau benar tikus kecil. Pemlik kemampuan Buah Iblis memang habat. Dan aku memang hebat. Hahahahahaha….!!!” Tawa Mr. Mori senang.
Memang, dari semua anak buah Don King, Mr. Mori orang gila hormat. Sekali dapat pujian, dia jadi besar kepala. Tidak hanya itu, Mr. Mori dan Noch malah tertawa bersama dan suasana menjadi aneh untuk sementara.
“Hey Noch, ini bukan saatnya untuk terkagum kagum. Cepat ambil kotak buah itu terus kita lari. Kita tak usah meladeni pohon berjalan itu…” teriak anak buah Noch.
“Tapi tunggu dulu, lihat, dia masih terbakar api, tapi dia seperti tidak merasakan apa-apa. Ini pemandangan yang jarang dilihat di Ghar-Ing.” Jelas Noch.
Noch memang cerdik dalam mengatur strategi, tapi ia gampang kagum akan sesuatu yang menurutnya itu menarik. Sehingga terkadang rasa kagumnya itu membuat teman temannya kesal, karena dia terlihat jadi tolol.
“Sudah cukup kau kagum padaku. Jadi ternyata kau, tikus kecil, yang sering merampok pengiriman barang dari Arkill ke Suna belakangan ini, siapakah kau bocah?!”
“Oh, iya, maaf aku belum memperkenalkan diriku. Aku Noch Sein Hoffnung.”
“Bwahahahaha…!!! Nama apa itu.. aneh sekali namamu.. hei bocah..!!”
“Kau jangan menghina nama pemberian ibuku..!! itu sama saja kau menghina ibuku..!! dan aku tidak suka akan hal itu..!! dasar pohon tua jelek..!!” Noch dan Mr. Mori malah berdebat. Hal ini membuat bingung pasukan kedua belah pihak.
“Mr. Mori.. bukan saatnya berdebat. Hancurkan dia..!!”
“Oh, maaf.. aku terbawa suasana..” Selain gila hormat, Mr. Baum adalah orang gampang larut dalam suasana. Juga sensitif.
“Noch, ayo kabur.. kotaknya sudah ada pada kami..!!”
“Tidak..!! sebelum aku menyarangkan tinjuku ini padanya, aku tak akan pergi.. kalian duluan saja..!!”
“Hei bocah, kau berani menantangku..!! baik, rasakan in i… CAMBUK AKAR … !!”
“Eits, tidak kena … meleset … upz … hahaha… Waktu aku kecil, aku juara lomba lompat tali se-Akhaya … dasar pohon tua bodoh. Hahaha…!!!”
“Huh, dasar bocah sial..!! kau membuatku geram.. rasakan ini … CAMBUK DURI …!!! ”
“Eh, sakit dasar brengsek..!! curang pula…!!”
“Biar kau tahu rasa… sekarang aku percepat gerakanku… hyaaat… [SLAAASH..!!]”
“Aa.. aku tidak bisa bergerak… aduh sakit… aaaaaaaaargh…!!!”
“Hahaha… sekarang kau tertangkap. Sudah cukup buatmu main mainnya. Sekarang, sebutkan permintaan terakhirmu sebekum kau mati. Hahaha.. Mayatmu akan aku gantung di tengah kota. Biar seluruh warga kota tahu bahwa tak ada seekor tikus sepertimu yang lolos setelah berani melawan aku; Mori the Treeman. Hahaha..!!”
Noch tertangkap cambuk duri Mr. Mori dan sekarang nyawanya dipertaruhkan. Tapi, semakin Noch meronta, semakin kencang lilitan cambuk itu. Ditambah lagi darah Noch yang terus menetes dari sekujur tubuhnya membuatnya makin lemas. Semua teman teman yang dibelakang melihatnya dengan rasa hopeless.
Namun tiba tiba “DUAR..!! DUAR..!! DUAR..!!”
Ada tiga tembakan dari atas sebuah menara dekat pertikaian itu dan terarah langsung pada cambuk yang melilit Noch.
Seketika Noch jatuh tergeletak tak berdaya. Dan perhatian Mr. Mori langsung teralih ke penembak misterius itu. Spontan teman teman Noch langsung membawanya bersembunyi. Dan seketika itu juga, sosok penembak misterius itu menghilang.
“SIAAA..LL..!!” teriak Mr. Mori geram memecah hening. Dia langsung kembali ke kantor pengirman dan memberitahu Don King kalau urusannya akan makan waktu lebih lama.
“Don King, ada sedikit masalah di Arkill. Ternyata selama ini ada pemberontak yang menyabotase pengiriman barang kita. Aku hampir saja menghabisi dia sampai seorang penembak misterius mengacaukan semua. Aku mohon ijin untuk lebih lama tinggal disini. Akan aku bereskan semuanya.” Jelas Mr. Mori kepada Don King lewat snail-phone.
“Baik, jangan kecewakan aku.” jawab Don.
“Baik.”
Karena Mr. Mori telah mendapat ijin dari Don King, dia lalu segera mengerahkan anak buahnya untuk mencari Noch beserta teman temannya dan si penembak misterius itu.
“Kalian semua, dengar…!!! Cepat buat perimeter seluas kota ini. Periksa semua orang yang masuk atau keluar dari kota. Periksa setiap sudut dan gang kota. Periksa semua tempat penginapan. Aku mau kalian cepat menemukan dua pengganggu itu dan serahkan padaku. Biar aku sendiri yang menghabisi mereka.” Perintah Mori.
“Baik pak!! Kami laksanakan..!!”
Mereka semua mulai bergerak sesuai yang diperintahkan Mori. Sudut demi sudut kota mereka telisik dengan teliti. Pintu perbatasan kota mereka jaga dengan ketat. Namun, tetap saja mereka tidak menemukan Noch dan si penembak misterius itu. Pencarian sudah berjalan tujuh hari sejak perintah diturunkan. Mereka seperti kehilangan jejak. Akhirnya pencarian ditunda tiga hari agar pasukan pencari tidak stres.
Noch masih belum pulih dari luka sejak pertarungan itu masih tergolek lemah di tempat persembunyian di geladak tua kota Arkill. Ternyata Noch terkena racun urat syaraf yang berasal dari cambuk duri Mr. Mori.
“Noch… Noch… Noch… kau baik baik saja? Kami semua mencemaskanmu. Kami tidak berani bergerak.” Kata Bill melalui snail-Phone.
“Sekarang ini kondisi Noch fluktuatif. Ia terkena racun.” Kata Abed; anak buah Noch.
“Apa kalian tidak mencarikannya obat? Jika dibiarkan, dia akan mati. Maka sia sialah tindakan kita.”
“Kami tidak tahu obat apa yang cocok. Sudah segala macam obat kami berikan, tapi dia tidak kunjung pulih. Namun, ada satu peluang yang akan kami ambil, memberikan Buah Iblis padanya. Karena kabarnya Buah Iblis itu bisa mengembalikan vitalitas dan memberikan kemampuan khusus. Tapi kami tidak tahu apa efek sampingnya. Jadi kami ragu.”
Pembcaraan antara Abed dengan Bill lalu didengar Noch yang tiba-tiba siuman dan langsung berdiri meskipun kakinya gemetaran.
“Bill.. aku baik-baik saja. Kau jangan cemas, aku akan segera pulih.” Jawab Noch terbata-bata.
“Abed, berikan saja Buah Iblis itu. Aku tidak peduli dengan efek sampingnya nanti. Asalkan aku pulih, sekuat tenaga akan aku tuntaskan ini.” Sahut Noch lalu pingsan lagi.
Sesuai dengan permintaan Noch, Abed memberikan buah itu pada Noch dengan memotongnya kecil kecil. Reaksi tidak langsung muncul. Hanya saja Noch pulih lebih cepat. Namun tiba_tiba Noch meraung, “Aaaaa..rgh..!!”
Mr. Moti frustasi karena tidak menemukan tempat persembunyian Noch. Sudah hampir tiga minggu dia melakukan pencarian, namun tetap nihil. Ia tidak tahu harus berkata apa pada Don King jika ia gagal. Namun tiba-tiba di tengah kota, ada keributan dan terdengar seseorang yang terus berteriak
“Mori...!!! dimana kau..!! aku akan menghajarmu..!!”
Ternyata itu Noch. Dia mengobrak abrik kota karena ingin balas dendam atas perlakuan Mr. Mori padanya. Ia merasa percaya diri sekali dengan kekuatan baru yang dimilikinya setelah memakan Buah Iblis itu.
“Mori…!! Aku tahu kau mencariku. Maaf karena aku menghilang sementara. Sekarang mari kita lanjutkan pertarungan kita kemarin.” Kata Noch.
“Kau benar bocah.. aku sangat ingin melumatmu dengan tangan ini sampai aku mendengar bunyi tulangmu yang hancur. Hahaha..!!” sahut Mori.
“Maaf pak tua, kali ini kau salah, kaulah yang akan hancur di tanganku ini.”
“Hahaha… Sombong sekali kau bocah. Kau masih tampak seperti bocah yang hampir mati kemarin, ah, bukan, bahkan lebih buruk dari itu. Kau bocah bodoh yang menyambut kematiannya sendiri. BWHAHAHAHAHAHAHA…!!!!”
“Banyak bacot kau pak tua..!! Ayo segera kita selesaikan masalah kita, biar aku bisa cepat menyusul teman-temanku..”
“Baik, ini akan cepat selesai. Tapi maaf, kau tidak akan melihat teman temanmu lagi, hey bocah, hahaha!!”
Mereka akhirnya memulai pertarungan. Mori mengeluarkan jurus-jurus yang sama saat menghadapi Noch sebelumnya. Namun dengan santai Noch bisa menghindari dan menepisnya. Bisa dibilang dia kelihatan seperti main main dan pemanasan.
“Hey hey hey… apa ini kekuatanmu yang sebenarnya, pak tua?” ejek Noch.
“Hey bocah, kau jangan sombong. Aku Cuma pemanasan. Kau baru bisa menghindar saja jangan sombong. Jangan pernah meremehkan lawanmu.” Sahut Mori.
”Oke oke, aku juga hanya pemanasan. Aku tidak pernah meremehkan semua lawan lawanku. Jadi, jangan kuatir kau akan melakukan hal yang sia-sia.”
“Kau memang bocah yang besar mulut. Baiklah, sekarang terima seranganku. Tapi kali ini dengan tempo yang berbeda, hyaaaaaaat…”
Mori kini mulai serius. Lain dari sebelumnya, dia kelihatan seperti mengeluarkan kekuatan sampai pancaran kekuatan itu terlihat oleh Noch. Jilatan-jilatan pancaran kekuatan itu menghancurkan sekeliling dalam radius lima ratus meter. Noch yang sudah memakan buah iblis, tidak sampai hancur terkena pancaran itu, namun tetap saja terasa.
“Hei.. hei.. hei.. pak tua, ternyata kau hebat juga, bisa mengahncurkan benda-benda yang ada di sekitar sini hanya dengan pancaran energimu saja. Keren..” puji Noch.
“Terima kasih. Tapi, kau tidak akan bisa melihatnya lagi, karena ini adalah saat terakhirmu hidup. BWAHAHAHAHAHA..!!”
“Aku juga akan memperlihatkan kekuatanku padamu. Hyaaaaaaaaaaaa……!!!”
Noch mengerahkan kekuatannya seperti yang dilakukan Baum. Tapi, ada perbedaan kekuatan disini. Pertarunganpun dimulai. Mereka saling pukul, tendang dan bertahan.
“Rasakan ini, Cambuk Akar Berduri..!!”
“Shield..!!”
“Sial… ternyata kau juga pemakan buah iblis… Ternyata aku mendapat lawan yang seimbang..”
“Yup, ini buah yang aku ambil waktu itu. Tapi aku tidak tahu buah apa ini dan bagaimana cara kerjanya…” Dengan polos Noch mengatakan hal yang tidak seharusnya dia katakan. Dia membuka sendiri rahasianya dan menunjukkan kebodohannya sendiri.
“Bwahahahah….!!! Hahahaha….!!! Hahahaha…!!!” Mori tertawa terpingkal.
“Hei hei hei pak tua… ada apa denganmu? Kita sedang bertarung, kenapa kau jadi tertawa senang seperti itu? Tidak ada yang lucu disini!” tanya Noch heran.
“Iya, memang lucu. Di depanku ada badut. Bwahahahaha…!!!”
“Badut? Mana? Jangan jangan…. Aaaaargh..!!” Noch baru sadar kalu dia membuat suatu kesalahan.
“Bwahahaha…. Ternyata kau baru sadar. Aku tidak menyangka ada orang yang sebodoh dan sepolos dirimu yang mengatakan kelemahannya sendiri di depan musuh saat bartarung. Bwahahaha…. Aduh, perutku jadi sakit…”
“Aaaaarg… masa bodoh!! Kita lanjutkan saja pertarungan ini!!” teriak Noch malu.
“Baik, kau yang minta sendiri bocah… rasakan ini, Poison Needle Fleur..!!”
“Shield… [Sial, aku hanya bisa mengeluarkan Shield saja]” gumam Noch sambil bertahan.
“Sampai kapan kau bertahan dan menghindar? Mana seranganmu? Bwahahaha….!!!”
“Siaaaaaaaaaaaalll…!!”
“Bwahahahaha…” sambil menghujani Noch dengan Poison Needle Fleur
“[Sial, kalau aku begini terus, aku bisa kalah tanpa melakukan perlawanan. Dan percuma aku memakan buah iblis dari Abed kalau aku tidak bisa menggunakannya. Dasar BODOH..!! kalau saja aku tadi memdengarkan denga seksama penjelasan tentang buah ini…]” gumam Noch.
Noch hanya bisa bertahan dan menghindar karena serangan dari Mr. Mori seperti tidak ada celah untuk langsung diterjang. Pasukan Noch mulai cemas melihat keadaan itu. Seakan tidak ada perubahan yang menguntungkan setelah memakan Buah Iblis itu. Tiba-tiba dari jauh terdengar suara teriakan Abed.
“Noch! Kekuatan buah itu adalah mengubah struktur molekul tubuh menjadi sekuat baja Adamantium namun terasa ringan seperti karbon. Kuncinya adalah konsentrasimu ingin kau jadikan apa tubuhmu! Konsentrasilah untuk membalas serangan Mori...!!”
“[Ah, jadi begitu rupanya rahasia penggunaan kekuatan Buah Iblis ini]” gumam Noch.
Dengan melepaskan pertahanan dan menghindari serangan Mori, Noch memikirkan apa yang ingin dia jadikan senjata dari tubuhnya. Seketika tubuhnya menjadi hitam dan di kedua tangannya muncul cakar panjang dan tajam.
“Hahahaha! Hanya seperti itu saja kah yang bisa kau pikirkan?! Lucu sekali kau bocah!” ejek Mr. Mori.
“Bicaralah semaumu pohon tua! Rasakan saja seranganku ini. Hyaaaaaaaaattttt!!” Noch memulai serangannya.
Benar saja, serangan jarum beracun Mori terpental dan terlihat Mori mendapatkan beberapa sayatan di tubuhnya. Tercekat melihat yang dialami, Mori mulai mengeluarkan seluruh kemampuannya.
“Dasar bocah brengsek! Kau akan membayar luka ini dengan kematianmu.”
“Kita lihat saja siapa diantara kita yang akan mati.”
Dalam sekejap tempat mereka bertarung ditumbuhi pepohonan dan menjadi hutan dan muncul beberapa tebing. Tak sedikit kerusakan yang ditimbulkan.
“Apa-apaan ini pohon tua?!” mendadak Noch heran dan mencari keberadaan Mori yang seakan lenyap bersamaan dengan munculnya hutan dan tebing-tebing itu.
“Disinilah tempat kematianmu bocah tengik!” terdengar suara Mori menggema.
“Siaaaaaaaaaaaaaaaalllll!!!!!” Noch mulai menyerang tanpa tujuan.
Berkali-kali menghancurkan pohon dan tebing yang ada yang seakan tidak ada habisnya membuat Noch mulai lelah dan kembali ke keadaan semula. Hat itu sangat dimanfaatkan oleh Mori untuk memulai serangan.
“Akhirnya kau tertangkap bocah tengik!” Mori menangkap Noch dengan lilitan akar, namun keberadaannya masih belum terlihat.
“Dasar kau licik! Keluarlah dan hadapi aku!”
“Apapun akan aku lakukan asalkan aku menang! Sekarang rasakan ini!”
“Aaaaarrrrggghhh! Sial! Makin aku mencoba meloloskan diri makin kencang dia melilitku. Tenagaku sudah hampir habis.”
“Hahahahahaa!! Itu belum apa-apa.”
“Sekarang apa lagi! Duri?! Sial kau Moriiii!!”
Dengan tenaga yang tersisa Noch dengan sekali lagi mengubah tubuhnya mnejadi sekeras baja karbon. Akar duri yang melilitnya kini bisa dilepaskan. Dengan kelelahan dan berusaha mempertahankan keadaan tubuhnya, dia mencoba menemukan keberadaan Mori dengan memeriksa aura seperti yang terlihat saat pertama Mori mengeluarkan kekuatannya. Meski tidak semudah yang dia rencanakan, akhirnya Noch bisa menemukan keberadaan Mori.
“[Ku temukan kau sekarang pohon tua. Ternyata kau bersembunyi di dalam tanah. Jika kau tudak mau keluar, aku yang akan masuk]” gumam Noch sambil menyiapkan serangan yang mengejutkan, dan....
[BLAAAAAAAAAMMMZZ.....!]
“Akhirnya aku menemukanmu pohon tua! Ternyata kau tidak sehebat gayamu. Kau hanya pohon tua yang sombong.” Kata Noch sinis sambil mencabut tangannya dari tubuh Mr. Mori.
“Sial! Aku terlalu meremehkanmu. Aku kalah. Tapi ingatlah bocah tengik, keberuntunganmu dan teman-temanmu yang lain akan segera berakhir sebelum kau bertemu Master Don.”
Dan akhirnya Mr. Mori tewas. Hutan dan tebing buatan ciptaannya juga turut menghilang. Pasukan Noch bersorak atas kemenangan itu dan pasukan Mr. Mori segera melarikan diri. Sementara itu Noch jatuh terkapar penuh luka. Kota Arkill sudah berhasil dikuasai. Dengan cepat kabar itu menyebak ke Bill dan yang lain. Hal tersebut memberikan semangat dan percaya diri bagi mereka.

0 komentar:

Posting Komentar

 

iseng iseng © 2008. Design By: SkinCorner