Chapter 2
The Trigger
Noch dkk bertolak dari Long Bay
pagi-pagi buta dengan lima kapal kecil menuju Port Kuyt; pintu masuk utama Akhaya
yang ada di kota Arkill. Mereka menyamar sebagai saudagar yang singgah beberapa
hari untuk berdagang. Sesampainya disana, mereka menyusun ulang rencana
sebelumnya sambil melihat dan mencari informasi tentang Don King di kota itu
“Baiklah teman teman, sesuai dengan
rencana, sebentar lagi kita akan menyebar sesuai grup. Aku tetap di kota ini.
Bill dan Ralf berangkat bersama menuju Zomc kemudian Ralf melanjutkan ke
Gorgon. Setelah dua kota itu berhasil kalian kuasai, Bill bergerak menuju
Karmel dan Ralf menuju Sauri bersama pasukan tambahan kalian.
Jhon dan Dough, kalian juga
berangkat bersama menuju Lepre, setelah itu Dough lanjutkan ke Amire. Jhon,
setelah selesai di Lepre, susul Dough di Amire. Lalu kalian berangkat bersama
lagi menuju Sinai dan Dios. Cari informasi sebanyak banyaknya tentang Suna,
Albus Castle dan Don King. Sementara aku memantau kalian dari Arkill sambil memboikot
barang barang yang akan dikirim ke Suna. Setelah itu, aku akan bergabung dengan
Bill di Karmel. Aku mengharapkan kalian, temanku.” atur Noch.
“Baik, aku mengerti.” Kata Bill.
“Siap..!!” sahut Jhon.
“Kami tunggu kau di Suna” kata Ralf.
“Kawan, kita pasti menang. Kita
bebaskan Arabasta. Inilah undangan kebebasan kita. Dan selama masih ada kau,
Noch sein Hoffnung, selalu masih ada harapan buat negeri ini sesuai dengan arti
namamu.” Tegas Dough.
“Untuk kita. Untuk Akhaya. Inilah
panggilan kebebasan kita!!” sorak bersama.
Saat pagi buta, di tengah kota
Arkill, mereka mempersiapkan semua yang diperlukan dan mulai bergerak sesuai
dengan rencana semalam. Perjalanan yang tak mudah, namun harus mereka tempuh
demi satu tujuan; bebasnya Akhaya. Meskipun tangan dan kaki mereka gemetaran,
namun karena kebulatan tekad, mereka tetap menghunus mata pedang mereka ke arah
depan. belumlah sampai di tujuan, berbagai hambatan mereka temui. Badai gurun,
lembah curam dan pasukar patroli harus mereka hadapi. Tidak jarang pertumpahan
darah harus terjadi saat berhadapan dengan pasukan pasukan itu. Biarpun begitu,
mereka tetap maju.
“Akhirnya kami sampai di perbatasan Zomc,
ganti.” Kata Bill ke Noch dan yang lain.
“Baiklah, kalian istirahat satu hari
untuk mulai serangan.” Jawab Noch lewat snail-phone.
“Baiklah teman-teman, kita istirahat
dahulu 500 meter dari pos penjagaan. Besok kita lanjutkan. Cepat berikan
perawatan lanjutan pada yang terluka. Untukmu Ralf, kita akan berpisah besok
pagi.” Komando Bill.
“Jujur saja, dari sejak kita tiba di
Arkill sampai sekarang kakiku tak berhenti gemetaran.Serasa mimpi, kita
memberontak terang-terangan. Biasanya kita hanya bergerilya di Amber Desert.
Tapi sekarang kita terjun langsung tanpa ada perlindungan dari alam. Namun
seperti kata Dough, selama Noch masih ada, kita pasti menang.” Ungkap Ralf
“Apa yang kau rasakan itu bukan
karena kita sedang melakukan pemberontakan ini, tapi karena kau bersamaku lebih
lama dari biasanya. Pesonaku mengalihkan duniamu. Hahahahaha!” canda Bill
sembari menyiapkan tenda.
“Ah sialan! Bisa-bisanya kau
mengeluarkan jurus pamungkasmu itu! Jangan-jangan kau berhalusinasi?!” ucap
Ralf kaget dan sinis.
“Akuilah Ralf sayang bahwa aku
memang mempesona.”
Mendadak Bill makin mengacau
kata-katanya. Dan Ralf serasa geli dan ingin menghajarnya namun dihentikan yang
lain. Ternyata Bill terkena nyamuk beracun yang menyebabkan Bill mengigau.
“Untung saja aku tidak jadi
memukulmu kalau kau sengaja melakukan hal seperti itu.” Kata Ralf setelah
memukul tengkuk dan meliohat bekas gigitan nyamuk yang ada di leher Bill. Suasana
berubah menjadi riang di depan api unggun, di dinginnya malam.
“Tidurlah yang nyaman di tumpukan
batu ini kawan.” Lanjutnya sambil menyandarkan Bill di bebatuan.
Tak berapa lama, “Disini Jhon. Kami
sudah sampai di Lepre. Penjagaannya ketat, kami tidak bisa menerobos. Kami akan
beristirahat di dekat pos penjagaan kota untuk meyusun strategi. Ganti.” Lapor
Jhon kepada Noch dan yang lain.
“Baiklah, simpan tenaga kalian. Kita
lakukan serangan fajar seperti biasa.” Jelas Noch.
“Oke, siap..!!”
Namun setelah menerima kabar dari
mata-mata yang telah disebar, terdapat jalan yang bisa menghindarkan mereka
dari kontak langsung dengan penjaga, yaitu menyusuri tebing dan jurang. Setelah
banyak pertimbangan, akhirnya mereka memilih jalan itu.
ΩΩΩΩ
Dan di tempat lain, di tempat Yoana…
“Taka, Pell, maafkan aku. aku tidak
bisa terus berdiam diri seperti ini. Aku tidak mau melihat negaraku hancur dan
rakyatku sengsara. Aku akan pergi ke Gorgon untuk bertemu paman Edward untuk
minta bantuannya. Kabarnya, paman Edward adalah orang yang paling dicari Don
King di Gorgon. Sekali lagi maafkan aku, Taka, Pell. Aku sengaja memberi kalian
obat tidur dalam makanan kemarin. Yoana..”
Sepucuk surat itu tertempel di atas
meja. Surat yang ditulis Puteri Yoana.
“Sial..!! Aku lengah..!! sekarang
Puteri pergi sendirian menantang bahaya. Aku merasa tidak berguna..” ungkap
Chakka.
“Bukan salahmu saja. Aku juga. Aku
lengah. Ternyata kemampuanku telah menurun. Baiklah, sekarang juga kita terbang
ke Gorgon.” Sahut Pell.
Namun, efek obat yang diberikan
Yoana terlalu kuat, sehingga menyebabkan mereka tidak berdaya untuk segera
menyusulnya. Sampai kemudian Taka dan Pell bertemu dengan Bill.
ΩΩΩ
Sementara itu di Arkill, Noch
berusaha untuk menyabotase pengiriman barang untuk istana yang baru saja
diturunkan di Port Kuyt. Noch tidak hanya membuat Don King kesal, tapi Don King
jadi kalap karena persediaan di Albus Castle sudah menipis tapi kiriman tak
kunjung datang. Akhirnya Don King mengirim satu anak buahnya; Mr. Mori dengan beberapa
pasukan untuk mengecek apa yang terjadi di Port Kuyt.
“Ada apa ini?! Kenapa barang barang
pesanan Don King tidak kunjung datang?! Ini sudah hari ke tujuh sejak kami
memesan, tapi barangnya NIHIL..!! Kau mau curang? Mau melawan Don King?!” kata
seorang prajurit.
“Bukan begitu, kami sudah
mengirimnya tujuh hari yang lalu, dan hari ini adalah pengiriman yang ke tiga.
Karena kami juga belum dapat laporan terkirim tidaknya barang tersebut.” Jelas
salah seorang pegawai pengiriman pelabuhan.
“Lalu kenapa pengiriman itu bisa
macet selama tujuh hari..!! Ini namanya kalian tidak profesional dalam
pelayanan kalian. Jika Don King tahu akan hal ini, aku yakin tempat ini akan
menjadi setumpuk pasir dalam sekejap..!!” tegas Mr. Mori.
“Bb.. bb.. baik Mr. Mori, kami
mengerti. Kami juga tidak berani menentang Don King.” Kata kepala kantor
pengiriman.
“Aku akan mengawasi kerja kalian
selama tiga hari ke depan. aku ingin semuanya beres. Kalian mengerti?!”
“Siap, pak..!!”
Noch mulai kelihatan gelisah. Gerak
geriknya akan segera terbongkar. Jika hal itu terjadi, dia harus berhadapan
dengan Mr. Mori; yang bisa membuat pasukan pohon. Tidak hanya itu, nyawa teman-temannya
juga dalam bahaya. Maka akan sia-sialah nanti usaha mereka. Noch berpikir,
berpikir dan terus berpikir bagaimana cara mengelabui si manusia pohon itu.
Tapi makin dipikir, makin dia gila.
“Aaargh..!! sial..!! Kenapa harus
sekarang si Pohon tua bodoh itu kemari..?? ini tidak masuk dalam rencanaku.
Siaaal…!!!” teriak Noch.
Sehari setelah kedatangan Mr. Baum,
pengiriman lancar kembali karena Noch masih belum tahu apa yang harus ia
lakukan. Karena taruhannya jelas sekali tidak menguntungkan. Namun, sampai
akhirnya ia menemukan satu cara.
Hari ke dua setelah kedatangan Mr. Mori,
Noch mulai bergerak sesuai dengan apa yang ia rencanakan. Pengiriman barang
hari ke dua telah diberangkatkan. Noch mengintai dari tempat persembunyiannya.
Ia berniat merampok pengiriman itudan mengincar paket Buah Iblis yang kabarnya
turut disertakan disana. Namun, satu kendala, Mr. Mori turut mengawal.
“Sial..!! kenapa si pohon brengsek
itu ada disana sih..!!” keluh Noch.
Mau tidak mau Noch harus tetap
melaksanakannya. Tiba tiba,
[BLAAMZz..!!]
Terjadi sebuah ledakan besar dan
menghancurkan rombongan itu. Termasuk kendaraan yang ditumpangi Mr. Mori.
Untungnya ledakan ini terjadi di tenpat yang terbuka dekat pintu keluar kota
Arkill, sehingga tidak ada korban dari pihak sipil.
“Yuuuuhhuuuuuuu..!! mampus kau pohon
jelek. Ternyata anak buah Don King hanya segitu saja . hahaha…!! Sekarang, akan
aku ambil harta ini.” Tawa Noch lantang.
“Hahaha… apa maksud perkataanmu itu
tikus kecil? Ini tidak adaa apa apanya bagiku. Aku sering menerima yang lebih
dari ini. Dasar bodoh..!!” kata Mr. Mori yang sedang terbakar api.
“Ah… keren… kau terbakar tapi masih bisa
begerak. Bisa ngomong pula. Pemilik kemampuan Buah Iblis memang keren.” Kata
Noch kagum.
“Hei..!! kau tikus kecil.!! Jangan
remehkan kemampuan Mr. Mori..!!” kata salah seorang prajurit yang selamat dari
ledakan.
“Kau benar tikus kecil. Pemlik
kemampuan Buah Iblis memang habat. Dan aku memang hebat. Hahahahahaha….!!!”
Tawa Mr. Mori senang.
Memang, dari semua anak buah Don
King, Mr. Mori orang gila hormat. Sekali dapat pujian, dia jadi besar kepala.
Tidak hanya itu, Mr. Mori dan Noch malah tertawa bersama dan suasana menjadi
aneh untuk sementara.
“Hey Noch, ini bukan saatnya untuk
terkagum kagum. Cepat ambil kotak buah itu terus kita lari. Kita tak usah
meladeni pohon berjalan itu…” teriak anak buah Noch.
“Tapi tunggu dulu, lihat, dia masih
terbakar api, tapi dia seperti tidak merasakan apa-apa. Ini pemandangan yang
jarang dilihat di Ghar-Ing.” Jelas Noch.
Noch memang cerdik dalam mengatur
strategi, tapi ia gampang kagum akan sesuatu yang menurutnya itu menarik.
Sehingga terkadang rasa kagumnya itu membuat teman temannya kesal, karena dia
terlihat jadi tolol.
“Sudah cukup kau kagum padaku. Jadi
ternyata kau, tikus kecil, yang sering merampok pengiriman barang dari Arkill
ke Suna belakangan ini, siapakah kau bocah?!”
“Oh, iya, maaf aku belum
memperkenalkan diriku. Aku Noch Sein Hoffnung.”
“Bwahahahaha…!!! Nama apa itu.. aneh
sekali namamu.. hei bocah..!!”
“Kau jangan menghina nama pemberian
ibuku..!! itu sama saja kau menghina ibuku..!! dan aku tidak suka akan hal
itu..!! dasar pohon tua jelek..!!” Noch dan Mr. Mori malah berdebat. Hal ini
membuat bingung pasukan kedua belah pihak.
“Mr. Mori.. bukan saatnya berdebat.
Hancurkan dia..!!”
“Oh, maaf.. aku terbawa suasana..”
Selain gila hormat, Mr. Baum adalah orang gampang larut dalam suasana. Juga
sensitif.
“Noch, ayo kabur.. kotaknya sudah
ada pada kami..!!”
“Tidak..!! sebelum aku menyarangkan
tinjuku ini padanya, aku tak akan pergi.. kalian duluan saja..!!”
“Hei bocah, kau berani
menantangku..!! baik, rasakan in i… CAMBUK AKAR … !!”
“Eits, tidak kena … meleset … upz …
hahaha… Waktu aku kecil, aku juara lomba lompat tali se-Akhaya … dasar pohon
tua bodoh. Hahaha…!!!”
“Huh, dasar bocah sial..!! kau
membuatku geram.. rasakan ini … CAMBUK DURI …!!! ”
“Eh, sakit dasar brengsek..!! curang
pula…!!”
“Biar kau tahu rasa… sekarang aku
percepat gerakanku… hyaaat… [SLAAASH..!!]”
“Aa.. aku tidak bisa bergerak… aduh
sakit… aaaaaaaaargh…!!!”
“Hahaha… sekarang kau tertangkap.
Sudah cukup buatmu main mainnya. Sekarang, sebutkan permintaan terakhirmu
sebekum kau mati. Hahaha.. Mayatmu akan aku gantung di tengah kota. Biar
seluruh warga kota tahu bahwa tak ada seekor tikus sepertimu yang lolos setelah
berani melawan aku; Mori the Treeman. Hahaha..!!”
Noch tertangkap cambuk duri Mr. Mori
dan sekarang nyawanya dipertaruhkan. Tapi, semakin Noch meronta, semakin
kencang lilitan cambuk itu. Ditambah lagi darah Noch yang terus menetes dari
sekujur tubuhnya membuatnya makin lemas. Semua teman teman yang dibelakang
melihatnya dengan rasa hopeless.
Namun tiba tiba “DUAR..!! DUAR..!!
DUAR..!!”
Ada tiga tembakan dari atas sebuah
menara dekat pertikaian itu dan terarah langsung pada cambuk yang melilit Noch.
Seketika Noch jatuh tergeletak tak
berdaya. Dan perhatian Mr. Mori langsung teralih ke penembak misterius itu.
Spontan teman teman Noch langsung membawanya bersembunyi. Dan seketika itu
juga, sosok penembak misterius itu menghilang.
“SIAAA..LL..!!” teriak Mr. Mori
geram memecah hening. Dia langsung kembali ke kantor pengirman dan memberitahu
Don King kalau urusannya akan makan waktu lebih lama.
“Don King, ada sedikit masalah di
Arkill. Ternyata selama ini ada pemberontak yang menyabotase pengiriman barang
kita. Aku hampir saja menghabisi dia sampai seorang penembak misterius
mengacaukan semua. Aku mohon ijin untuk lebih lama tinggal disini. Akan aku
bereskan semuanya.” Jelas Mr. Mori kepada Don King lewat snail-phone.
“Baik, jangan kecewakan aku.” jawab
Don.
“Baik.”
Karena Mr. Mori telah mendapat ijin
dari Don King, dia lalu segera mengerahkan anak buahnya untuk mencari Noch
beserta teman temannya dan si penembak misterius itu.
“Kalian semua, dengar…!!! Cepat buat
perimeter seluas kota ini. Periksa semua orang yang masuk atau keluar dari
kota. Periksa setiap sudut dan gang kota. Periksa semua tempat penginapan. Aku
mau kalian cepat menemukan dua pengganggu itu dan serahkan padaku. Biar aku
sendiri yang menghabisi mereka.” Perintah Mori.
“Baik pak!! Kami laksanakan..!!”
Mereka semua mulai bergerak sesuai
yang diperintahkan Mori. Sudut demi sudut kota mereka telisik dengan teliti.
Pintu perbatasan kota mereka jaga dengan ketat. Namun, tetap saja mereka tidak
menemukan Noch dan si penembak misterius itu. Pencarian sudah berjalan tujuh
hari sejak perintah diturunkan. Mereka seperti kehilangan jejak. Akhirnya
pencarian ditunda tiga hari agar pasukan pencari tidak stres.
Noch masih belum pulih dari luka
sejak pertarungan itu masih tergolek lemah di tempat persembunyian di geladak
tua kota Arkill. Ternyata Noch terkena racun urat syaraf yang berasal dari
cambuk duri Mr. Mori.
“Noch… Noch… Noch… kau baik baik
saja? Kami semua mencemaskanmu. Kami tidak berani bergerak.” Kata Bill melalui
snail-Phone.
“Sekarang ini kondisi Noch
fluktuatif. Ia terkena racun.” Kata Abed; anak buah Noch.
“Apa kalian tidak mencarikannya
obat? Jika dibiarkan, dia akan mati. Maka sia sialah tindakan kita.”
“Kami tidak tahu obat apa yang
cocok. Sudah segala macam obat kami berikan, tapi dia tidak kunjung pulih.
Namun, ada satu peluang yang akan kami ambil, memberikan Buah Iblis padanya.
Karena kabarnya Buah Iblis itu bisa mengembalikan vitalitas dan memberikan
kemampuan khusus. Tapi kami tidak tahu apa efek sampingnya. Jadi kami ragu.”
Pembcaraan antara Abed dengan Bill
lalu didengar Noch yang tiba-tiba siuman dan langsung berdiri meskipun kakinya
gemetaran.
“Bill.. aku baik-baik saja. Kau
jangan cemas, aku akan segera pulih.” Jawab Noch terbata-bata.
“Abed, berikan saja Buah Iblis itu.
Aku tidak peduli dengan efek sampingnya nanti. Asalkan aku pulih, sekuat tenaga
akan aku tuntaskan ini.” Sahut Noch lalu pingsan lagi.
Sesuai dengan permintaan Noch, Abed
memberikan buah itu pada Noch dengan memotongnya kecil kecil. Reaksi tidak
langsung muncul. Hanya saja Noch pulih lebih cepat. Namun tiba_tiba Noch
meraung, “Aaaaa..rgh..!!”
Mr. Moti frustasi karena tidak
menemukan tempat persembunyian Noch. Sudah hampir tiga minggu dia melakukan
pencarian, namun tetap nihil. Ia tidak tahu harus berkata apa pada Don King
jika ia gagal. Namun tiba-tiba di tengah kota, ada keributan dan terdengar
seseorang yang terus berteriak
“Mori...!!! dimana kau..!! aku akan
menghajarmu..!!”
Ternyata itu Noch. Dia mengobrak
abrik kota karena ingin balas dendam atas perlakuan Mr. Mori padanya. Ia merasa
percaya diri sekali dengan kekuatan baru yang dimilikinya setelah memakan Buah
Iblis itu.
“Mori…!! Aku tahu kau mencariku.
Maaf karena aku menghilang sementara. Sekarang mari kita lanjutkan pertarungan
kita kemarin.” Kata Noch.
“Kau benar bocah.. aku sangat ingin
melumatmu dengan tangan ini sampai aku mendengar bunyi tulangmu yang hancur.
Hahaha..!!” sahut Mori.
“Maaf pak tua, kali ini kau salah,
kaulah yang akan hancur di tanganku ini.”
“Hahaha… Sombong sekali kau bocah.
Kau masih tampak seperti bocah yang hampir mati kemarin, ah, bukan, bahkan
lebih buruk dari itu. Kau bocah bodoh yang menyambut kematiannya sendiri.
BWHAHAHAHAHAHAHA…!!!!”
“Banyak bacot kau pak tua..!! Ayo
segera kita selesaikan masalah kita, biar aku bisa cepat menyusul teman-temanku..”
“Baik, ini akan cepat selesai. Tapi
maaf, kau tidak akan melihat teman temanmu lagi, hey bocah, hahaha!!”
Mereka akhirnya memulai pertarungan.
Mori mengeluarkan jurus-jurus yang sama saat menghadapi Noch sebelumnya. Namun
dengan santai Noch bisa menghindari dan menepisnya. Bisa dibilang dia kelihatan
seperti main main dan pemanasan.
“Hey hey hey… apa ini kekuatanmu
yang sebenarnya, pak tua?” ejek Noch.
“Hey bocah, kau jangan sombong. Aku
Cuma pemanasan. Kau baru bisa menghindar saja jangan sombong. Jangan pernah
meremehkan lawanmu.” Sahut Mori.
”Oke oke, aku juga hanya pemanasan.
Aku tidak pernah meremehkan semua lawan lawanku. Jadi, jangan kuatir kau akan
melakukan hal yang sia-sia.”
“Kau memang bocah yang besar mulut.
Baiklah, sekarang terima seranganku. Tapi kali ini dengan tempo yang berbeda,
hyaaaaaaat…”
Mori kini mulai serius. Lain dari
sebelumnya, dia kelihatan seperti mengeluarkan kekuatan sampai pancaran
kekuatan itu terlihat oleh Noch. Jilatan-jilatan pancaran kekuatan itu
menghancurkan sekeliling dalam radius lima ratus meter. Noch yang sudah memakan
buah iblis, tidak sampai hancur terkena pancaran itu, namun tetap saja terasa.
“Hei.. hei.. hei.. pak tua, ternyata
kau hebat juga, bisa mengahncurkan benda-benda yang ada di sekitar sini hanya
dengan pancaran energimu saja. Keren..” puji Noch.
“Terima kasih. Tapi, kau tidak akan
bisa melihatnya lagi, karena ini adalah saat terakhirmu hidup.
BWAHAHAHAHAHA..!!”
“Aku juga akan memperlihatkan
kekuatanku padamu. Hyaaaaaaaaaaaa……!!!”
Noch mengerahkan kekuatannya seperti
yang dilakukan Baum. Tapi, ada perbedaan kekuatan disini. Pertarunganpun
dimulai. Mereka saling pukul, tendang dan bertahan.
“Rasakan ini, Cambuk Akar
Berduri..!!”
“Shield..!!”
“Sial… ternyata kau juga pemakan
buah iblis… Ternyata aku mendapat lawan yang seimbang..”
“Yup, ini buah yang aku ambil waktu
itu. Tapi aku tidak tahu buah apa ini dan bagaimana cara kerjanya…” Dengan
polos Noch mengatakan hal yang tidak seharusnya dia katakan. Dia membuka
sendiri rahasianya dan menunjukkan kebodohannya sendiri.
“Bwahahahah….!!! Hahahaha….!!!
Hahahaha…!!!” Mori tertawa terpingkal.
“Hei hei hei pak tua… ada apa
denganmu? Kita sedang bertarung, kenapa kau jadi tertawa senang seperti itu? Tidak
ada yang lucu disini!” tanya Noch heran.
“Iya, memang lucu. Di depanku ada
badut. Bwahahahaha…!!!”
“Badut? Mana? Jangan jangan….
Aaaaargh..!!” Noch baru sadar kalu dia membuat suatu kesalahan.
“Bwahahaha…. Ternyata kau baru
sadar. Aku tidak menyangka ada orang yang sebodoh dan sepolos dirimu yang
mengatakan kelemahannya sendiri di depan musuh saat bartarung. Bwahahaha….
Aduh, perutku jadi sakit…”
“Aaaaarg… masa bodoh!! Kita
lanjutkan saja pertarungan ini!!” teriak Noch malu.
“Baik, kau yang minta sendiri bocah…
rasakan ini, Poison Needle Fleur..!!”
“Shield… [Sial, aku hanya bisa
mengeluarkan Shield saja]” gumam Noch sambil bertahan.
“Sampai kapan kau bertahan dan
menghindar? Mana seranganmu? Bwahahaha….!!!”
“Siaaaaaaaaaaaalll…!!”
“Bwahahahaha…” sambil menghujani
Noch dengan Poison Needle Fleur
“[Sial, kalau aku begini terus, aku
bisa kalah tanpa melakukan perlawanan. Dan percuma aku memakan buah iblis dari
Abed kalau aku tidak bisa menggunakannya. Dasar BODOH..!! kalau saja aku tadi
memdengarkan denga seksama penjelasan tentang buah ini…]” gumam Noch.
Noch hanya bisa bertahan dan
menghindar karena serangan dari Mr. Mori seperti tidak ada celah untuk langsung
diterjang. Pasukan Noch mulai cemas melihat keadaan itu. Seakan tidak ada
perubahan yang menguntungkan setelah memakan Buah Iblis itu. Tiba-tiba dari
jauh terdengar suara teriakan Abed.
“Noch! Kekuatan buah itu adalah
mengubah struktur molekul tubuh menjadi sekuat baja Adamantium namun terasa
ringan seperti karbon. Kuncinya adalah konsentrasimu ingin kau jadikan apa
tubuhmu! Konsentrasilah untuk membalas serangan Mori...!!”
“[Ah, jadi begitu rupanya rahasia
penggunaan kekuatan Buah Iblis ini]” gumam Noch.
Dengan melepaskan pertahanan dan menghindari
serangan Mori, Noch memikirkan apa yang ingin dia jadikan senjata dari tubuhnya.
Seketika tubuhnya menjadi hitam dan di kedua tangannya muncul cakar panjang dan
tajam.
“Hahahaha! Hanya seperti itu saja
kah yang bisa kau pikirkan?! Lucu sekali kau bocah!” ejek Mr. Mori.
“Bicaralah semaumu pohon tua!
Rasakan saja seranganku ini. Hyaaaaaaaaattttt!!” Noch memulai serangannya.
Benar saja, serangan jarum beracun
Mori terpental dan terlihat Mori mendapatkan beberapa sayatan di tubuhnya.
Tercekat melihat yang dialami, Mori mulai mengeluarkan seluruh kemampuannya.
“Dasar bocah brengsek! Kau akan
membayar luka ini dengan kematianmu.”
“Kita lihat saja siapa diantara kita
yang akan mati.”
Dalam sekejap tempat mereka
bertarung ditumbuhi pepohonan dan menjadi hutan dan muncul beberapa tebing. Tak
sedikit kerusakan yang ditimbulkan.
“Apa-apaan ini pohon tua?!” mendadak
Noch heran dan mencari keberadaan Mori yang seakan lenyap bersamaan dengan
munculnya hutan dan tebing-tebing itu.
“Disinilah tempat kematianmu bocah
tengik!” terdengar suara Mori menggema.
“Siaaaaaaaaaaaaaaaalllll!!!!!” Noch
mulai menyerang tanpa tujuan.
Berkali-kali menghancurkan pohon dan
tebing yang ada yang seakan tidak ada habisnya membuat Noch mulai lelah dan
kembali ke keadaan semula. Hat itu sangat dimanfaatkan oleh Mori untuk memulai
serangan.
“Akhirnya kau tertangkap bocah
tengik!” Mori menangkap Noch dengan lilitan akar, namun keberadaannya masih
belum terlihat.
“Dasar kau licik! Keluarlah dan
hadapi aku!”
“Apapun akan aku lakukan asalkan aku
menang! Sekarang rasakan ini!”
“Aaaaarrrrggghhh! Sial! Makin aku
mencoba meloloskan diri makin kencang dia melilitku. Tenagaku sudah hampir
habis.”
“Hahahahahaa!! Itu belum apa-apa.”
“Sekarang apa lagi! Duri?! Sial kau
Moriiii!!”
Dengan tenaga yang tersisa Noch
dengan sekali lagi mengubah tubuhnya mnejadi sekeras baja karbon. Akar duri
yang melilitnya kini bisa dilepaskan. Dengan kelelahan dan berusaha
mempertahankan keadaan tubuhnya, dia mencoba menemukan keberadaan Mori dengan memeriksa
aura seperti yang terlihat saat pertama Mori mengeluarkan kekuatannya. Meski
tidak semudah yang dia rencanakan, akhirnya Noch bisa menemukan keberadaan
Mori.
“[Ku temukan kau sekarang pohon tua.
Ternyata kau bersembunyi di dalam tanah. Jika kau tudak mau keluar, aku yang
akan masuk]” gumam Noch sambil menyiapkan serangan yang mengejutkan, dan....
[BLAAAAAAAAAMMMZZ.....!]
“Akhirnya aku menemukanmu pohon tua!
Ternyata kau tidak sehebat gayamu. Kau hanya pohon tua yang sombong.” Kata Noch
sinis sambil mencabut tangannya dari tubuh Mr. Mori.
“Sial! Aku terlalu meremehkanmu. Aku
kalah. Tapi ingatlah bocah tengik, keberuntunganmu dan teman-temanmu yang lain
akan segera berakhir sebelum kau bertemu Master Don.”
Dan akhirnya Mr. Mori tewas. Hutan dan
tebing buatan ciptaannya juga turut menghilang. Pasukan Noch bersorak atas
kemenangan itu dan pasukan Mr. Mori segera melarikan diri. Sementara itu Noch
jatuh terkapar penuh luka. Kota Arkill sudah berhasil dikuasai. Dengan cepat
kabar itu menyebak ke Bill dan yang lain. Hal tersebut memberikan semangat dan
percaya diri bagi mereka.
0 komentar:
Posting Komentar