Chapter 3
2nd Phase, Step, and Movement
Semua teman-teman Noch sudah berada
di posisi masing-masing. Mereka makin girang setelah mendengar bahwa Noch
berhasil mengalahkan Mr. Mori. Ditambah lagi, Noch memiliki kekuatan baru, hal
ini makin membakar semangat mereka untuk membebaskan Akhaya. Akan tetapi,
perubahan yang terjadi di luar perkiraan mereka.
“Bagaimana kondisi dan posisi
kalian?” tanya Abed memalui snail-phone.
“Mungkin kalian akan terkejut jika
melihat ini. Zomc menjadi kota industri yang hebat. Tapi hanya sedikit manusia
yang aku jumpai disini. Selebihnya hanya zombie bersenjata lengkap di tubuh
mereka. Tapi aku akan menuju kota terdekat dimana disana masih terdapat
manusia.” Terang Bill mengenai Zomc.
“Disini juga tidak kalah
mengejutkan. Peternakan yang ada di Lepre sebagian besar kini adalah Chimera.
Ini jelas bukan kebijakan dari King Albus.” Terang Jhon
“Teman-teman, jika kalian melihat
apa yang aku lihat ini, kalian pasti akan menangis. Amire yang dulu tempat kita
mengambil apel, kini hanya menjadi ladang kaktus dan aloe vera.” kata Dough
kepada teman-temannya yang lain melalui snail-phone.
“Gorgon juga sudah berubah total.
Entah bagaimana aku harus bercerita pada kalian lewat snail-phone ini.” Jelas
Ralf menambahkan.
Mereka semua masih mengalami shock
therapy melihat kenyataan yang ada. Perasaan mereka campur aduk. Namun dengan
kebulatan tekad dan semnagat yang membara, mereka telah sepakat dan bersumpah
untuk membebaskan negeri mereka dari kuasa Don King.
ΩΩΩΩ
“[Dimana aku bisa menemukan manusia
di kawanan zombie ini]” gumam Bill saat coba mencari sebuah tempat yang berisi
manusia masih menyusuri pinggiran kota.
“Ah, disana ada aktivitas manusia.
Mungkin itu tempatnya. Baiklah, kesanalah tujuanku saat ini. Siapa tahu aku
bertemu dengan orang yang aku kenal dan bisa beristirahat.”
[Chum City]
“Chum City? Sepertinya tidak pernah
ada nama kota seperti itu di Akhaya. Benar kan Bill?” tanya Zee.
“Memang dan kau bisa lihat sendiri
keadaan disini. Ini bukan bagian dari Zomc.” Jawab Bill.
“Ah, lihat disana terdapat kedai.
Mungkin disana kita bisa mencari informasi dan beristirahat.”
Sesampainya di kedai tersebut,
rombongan Bill masih terkejut dengan keadaan orang-yang ada disitu. Mereka yang
ada disitu seperti gembel, lusuh dan kotor juga penuh luka. Yah, orangh-orang
itu merupakan sisa orang-orang yang memutuskan untuk tinggal di Zomc dan
menjadi pekerja paksa untuk membuat senjata. Jika ada yang mati, akan dijadikan
zombie bersenjata oleh Molokh, salah satu anak buah Don King.
Tapi orang-orang tersebut tidak
terkejut dengan kedatangan rombongan Bill. Mereka hanya bisa berkata “Ah,
rombongan pemberontak lagi. Pasti nantinya akan ada banyak zombie lagi di
tempat ini.”
“Apa maksudmu berkata seperti itu
pak tua?!” tanya Zee dengan penuh emosi.
“Bukan hanya penduduk yang dijadikan
zombie, tapi juga para pemberontak dan juga perompak yang datang kemari diubah
menjadi zombie oleh Molokh.” Tambah pak tua itu.
“Jika kalian sayang nyawa kalian,
lebih baik kalian pulanglah. Jika kalian berniat mencuri senjata yang ada
disini, lebih baik urungkan niat kalian dan pulanglah. Semua tidak ada gunanya.
Cepat atau lambat, kami yang tersissa disini pun juga nantinya akan mati dan
dijadikan zombie.” Sahut yang lain.
“Apa kalian tidak ingin melakukan
tindakan perubahan terhadap keadaan ini?” tanya Bill meminta penjelasan.
“Dengar anak muda, masa kami untuk
memberontak sudah habis. Kami hanya tinggal menunggu waktu kami untuk mati.
Sedah banyak pemberontak maupun perompak yang datang kemari melalui jalur
tebing berkedok ingin menyelamatkan kami atau atas nama negara yang mati
sia-sia, pulang kembali ataupun menjadi zombie. Jadi, kami ingin berbaik hati
dan tidak ingin orang lain ikut menderita dengan mengingatkan mereka. Jadi,
kalian dari pihak mana? Negara mana? Atas dasar apa tindakan kalian ini?”
terang pak tua.
“Maaf jika kami tidak menghiraukan
peringatanmu pak tua. Namaku Bill dan dia Zee. Kami adalah Akhaya no Dokuritsu
Aikokusha. Kami berasal dari Ghar-Ing. Arkill sudah kami kuasai. Sekarang kami
menyabar untuk menduduki kota. Kami akan berjuang hingga Akhaya bisa kembali
seperti yang dulu.” Jelas Bill bersemangat.
“Ah, pemberontak ya.
Hahahahaha...!!!”
“Apa yang lucu pak tua!” tiba-tiba
muncul suara keras dari luar. Itu Pell
“Ah, dua orang tolol dari kerajaan.
Dimana anak si Albus? Apa kalian sudah dipecat?! Hahahahaha!”
“Dia kabur ke Gorgon setelah
memberikan kami obat tidur untuk mencari Edward.” Tambah Pell sambil membopong
Taka yang masih lemas.
“Taka! Pell! Ternyata selama ini
Yoch dan kalian berdua disini?” sahut Bill senang.
“Tidak, kami berpindah pindah dari
Kiel, Sinai, Dios, Amire, Karmel dan terakhir kemari.” Jawab Taka yang mulai
siuman.
“Baguslah jika kalian sudah mulai
melakukan pemberontakan yang sesungguhnya. Bisa meringankan beban kami.”
Tambahnya.
“Tapi kenapa kalian tidak mencegah
Yoch dan malah kalian menjadi seperti ini?” tambah Bill heran.
“Hahahaha. Buah jatuh tidak jauh
dari pohonnya. Seperti itulah sikap tua bangka Albus waktu kecil. Dan itu
menurun ke anaknya. Dan yang ku dengar, bocah tengik itu belajar tentang
obat-obatan sebelum si Don King ini datang. Tidak heran jika dua orang bodoh
seperti kalian ini bakal tidak berdaya menghadapi obat racikannya meski punya
kemampuan khusus. Hahahahah!” ejek si pak tua.
“Begitukah pak tua? Tapi, kalian
tidak perlu khawatir, karena di Gorgon sudah ada Ralf.” Terang Bill.
Setelah pembicaraan panjang,
ternyata pak tua yang sedari tadi bicara panjang lebar merupakan teman bermain
King Albus sewaktu muda dan menjadi bapak asuh Yoch sewaktu bayi. Dari
pembicaraan itu, Taka, Pell dan Bill bersedia bekerjasama untuk melawan Don
King dan anak buahnya.
ΩΩΩΩ
Gorgon tempat mereka semua menuntut
ilmu, kota pendidikan yang termasyur berubah menjadi kota bobrok. Bangunan
sekolah hanya tinggal puing. Hanya beberapa yang berubah fungsi menjadi tempat
lokalisasi atau markas geng. Namun tidak hanya Ralf yang tiba di Gorgon, sang
puteri Yoana pun juga. Setibanya di Gorgon, puteri Yoana tersentuh saat melihat
kodisi Gorgon yang berubah total. Bangunan sekolah tempatnya menuntut ilmu dulu
berubah menjadi tempat mangkal para geng-geng penjahat. Dengan perasaan yang campur
aduk, ia masuk ke sebuah tempat yang dirasanya masih terlihat normal untuk
mencari informasi mengenai paman Edward.
“Permisi, apa anda kenal dengan
orang yang bernama Edward von Helsk?” tanyanya pada seseorang.
“Kelihatannya nona bukan dari daerah
sini. Maaf nona, aku tidak kenal dengan orang itu. Yang aku tahu, si King Kong
brengsek itu yang membuat kotaku menjadi seperti ini” jawabnya.
“Oh baik, terima kasih.”
Sambil berjalan keluar, Puteri terus
bertanya dalam hati dimana keberadaan Edward von Helsk sambil merenungkan
tentang perkataan orang yang dia tanyai. Ternyata memang masih ada orang yang tidak
suka dengan Don King. Tiba-tiba dia terkejut saat melihat sebuah poster wajah
yang bertuliskan [Edward the Snipper – ξ 800.000 – dead or life]. Sebuah shock
terapi kedua setelah ia sampai di Gorgon. Ternyata rumor bahwa paman Edward
adalah orang yang paling dicari di Gorgon oleh Don King memang benar. Dan yang
paling mengejutkan yaitu harga yang terpampang. Yoana bingung; tentang nasib
negaranya, ayahnya, pamannya dan keselamatan rakyatnya.
Setelah berjalan kembali, ia masuk
ke sebuah kedai. Kembali ia menanyakan tentang paman Edward. Namun kali ini dia
mendapat jawaban yang lebih mengejutkan.
“Ttt..tolong jangan sebut nama itu
lagi. Gara gara dia Gorgon sekarang berubah seperti ini.” Jawab seorang pelayan
memecah siang di kedai.
“Benar..!! sekarang dia pergi tanpa
pertanggung jawaban sama sekali. Malah hanya membuat Don King makin marah dan
geram. Itu membuat keeradaan kami disini makin terancam.” Celetuk yang lain.
“Memang apa yang dia telah lakukan?”
tanya Yoana.
“Dari dahulu, Akhaya terkenal karena
sistem pendidikan yang dimiliki Gorgon, sehingga banyak menarik pelajar dari
luar dan mencetak orang-orang yang sangat bermutu. Edward adalah lulusan
Institut Persenjataan dan Pertahanan Gorgon yang jenius. Ia direkrut dinas
pertahanan dan keamanan negara karena berhasil menemukan sebuah senjata
mutakhir. Ia bisa mengkombinasikan mekanisme beberapa senjata canggih menjadi
senjata super canggih. Ia sudah menuangkannya ke dalam blue print. Karenanya ia
menjadi lulusan yang paling muda waktu itu.” Kata seseorang.
“Lalu, apa yang terjadi
selanjutnya?”
“Penemuan itu didengar oleh pihak
pertahanan dan keamanan Akhaya. Dan mereka meminta arsip blue print milik
Edward dari pihak sekolah dan Edward sendiri. Meskipun diminta oleh negara,
tapi Edward tetap tidak mau memberikannya. Ia takut terjadi penyalahgunaan
senjata itu. Hingga sampai akhirnya negara ini diambil alih Don King dan kabar
mengenai penemuan senjata canggih oleh Edward pun tercium. Don King sudah
mengacak acak arsip sekolah Edward, tapi tidak menemukan blue print itu.
Ternyata dia sudah mengambilnya lebih dulu. Dan menghilang sampai sekarang. Apa
yang terjadi pada Gorgon sekarang itu adalah ulahnya yang menemukan senjata.”
lanjut orang itu.
“Bukan salahnya sepenuhnya kan? Buka
maksudnya menjadikan Gorgon menjadi seperti ini. Sebelumnya dia juga sudah
menyadari kalau bakal ada penyalahgunaan jika blue print itu dia berikan. Tapi
nyatanya tidak dia berikan. Yang salah itu Don King. PAMANKU TIDAK
BERSALAH..!!” bantah sang puteri.
“Tunggu… kau bilang pamanmu? Siapa?
Edward? Yang aku tahu, Edward itu memang punya keponakan, tapi tidak mungkin
perempuan.”
“Yah, dia memang pamanku. Perkenalkan,
aku Yoana. Aku datang kemari kerena mendengar kalau paman Edward sangat dicari
Don King. Aku ingin paman ikut membantuku bersama Taka dan Pell melawan Don
King dan membebaskan ayahku.” Terang Puteri.
“Tunggu sebentar… Yoana, Taka, Pell,
ayahmu… King Albus?? Kk..au puteri Yoana? Maafkan hamba puteri…”
“Bukan salah kalian, aku juga minta
maaf karena secara tidak langsung pamanku menyebabkan hancurnya Gorgon.”
Perdebatan mereka akhirnya mereda.
Mereka mulai berbagi info tentang
kondisi dan kabar terkini yang terjadi di berbagai kota. Memang Gorgon menjadi
sarang geng penjahat dan tentara bayaran. Namun tidak seluruhnya mau mnegikuti
Don King. Yoana berencana untuk mengumpulkan sebanyak mungkin orang untuk
melakukan perlawanan terhadap Don King. Samapai kemudian Yoana bertemu dengan
Ralf.
“Tunggu Ralf, sepertinya aku
mengenali suara ini.” Kata Will saat hendak memasuki kedai yang sama yang
dimasuki Yoana.
“Benar, suaranya tidak asing lagi.
Cara dia tertawa tidak mungkin kalau bukan.....” sahut Ralf yang terpotong
“Ralf! Will! Apa yang kalian lakukan
disini? Dimana yang lain? Noch?” sapa Yoana memotong perkataan Ralf.
“Yoch! Apa yang kau lakukan disini?
Dimana Taka dan Pell?” tanya Ralf heran.
“Aku sudah lelah dengan keadaan ini semua. Aku ingin membebaskan
ayahku bagaimanapun cara dan apapun resikonya. Dan kalian?”
“Kami sedang melakukan
pemberontakan. Noch yang mengatur ini semua. Sekarang dia masih di Arkill. Dia
masih terluka dan hampir mati akibat pertarungan dengan Mr. Mori. Dia akan
segera ke Karmel.” Terang Will.
“Apa aku bisa bergabung dengan
kalian?”
“Jangan! Kami tidak mau nyawa puteri
terancam. Apa yang akan kami katakan kepada King Albus jika terjadi sesuatu
terhadapmu?”
“Persetan dengan itu semua! Kalian
sama saja dengan Taka dan Pell!”
“Lakukanlah sesukamu, Yoch. Asal
tidak menghambat kami.”
Sedikit terjadi perdebatan antara
Ralf dengan Yoana. Namun dengan sendirinya mereda dan kembali menyusun rencana
dan mengatur strategi pemberontakan. Tidak sedikit yang mau bergabung dengan
usaha pemberontakan mereka lepas dari apa motif mereka untuk bergabung.
ΩΩΩΩ
Di Amire, Dough masih belum bisa
menerima perubahan keadaan kota perkebunan faforitnya. Ia menyisir sudut-sudut
kota sembari mencocokan dengan kenangan yang ada di kepalanya. Saat menengok ke
kanan dan ke kiri, hanya ada ladang kaktus dan aloe vera. Dia bertanya kepada
beberapa orang pekerja disana.
“Permisi, apa benar ini Amire?”
“Ya benar. Ini Amire.” Kata pak
Bandon; nama pekerja itu.
“Tapi kenapa keadaannya sekarang
jadi seperti ini?”
“Sejak Don King datang ke negara
ini, dia menetapkan satu orang penguasa di tiap kota dengan kekuatan yang
bereda-beda. Yang menduduki kota ini bernama Asyera. Dia memiliki kekuatan mengubah
suhu dan temperatur. Dia juga bisa megubah iklim di kota ini saja menjadi
panas. Akibatnya berpengaruh sampai Ghar-Ing karena kadar hijau dan basah di
Amire dan Ghar-ing hampir sama. Mau tidak mau kami mengganti produk perkebunan
kami.” Tambahnya.
“Sialan kau Don King..!! tidak akan
aku maafkan..!! Negaraku.. kota faforitku.. kau hancurkan semuanya. Tapi paman,
bagaimana air bisa didapat di tempat ini?” geram Dough.
“Mau tidak mau kami harus membeli
dan membayar mahal air dari Suna.”
“Baiklah teman teman, sekarang kita
bantu paman ini buatkan sumur di tiap sepuluh meter di ladang ini. Karena aku
yakin, masih ada air di tanah ini..” perintah Dough.
“Baiiikk..!!”
Mereka menggali dan menggali namun
air belum keluar. Hari yang panas membuat mereka cepat lelah. Selama tiga hari
disana mereka terus menggali untuk satu perubahan. Sehingga perawatan kebun
kaktus dan aloe vera terabaikan. Pada hari yang ketiga itu, tidak disangka
mereka semua kedatangan tamu.
Hari itu adalah kunjungan rutin yang
dilakukan Asyera. Saat melihat kebun yang tidak terawat itu, dia marah.
“Apa apaan ini..?! Dimana para
pekerja? Aku membayar mereka untuk merawat kebunku, bukan malah
menelantarkannya. Dan lubang apa ini..?” tanya Asyera heran dan geram.
“Cepat cari mereka!!” tambahnya.
“Baik..!!”
Tidak berapa lama, “Mr. Asyera para
pekerja sedang bersantai santai di bawah pohon zaitun di bagian barat kota. Tidak
hanya itu, ada segerobolan orang yang tidak dikenal bersama mereka.”
“Oh, begitu, kita kedatangan tamu
yang tak dikenal rupanya. Apa keperluan mereka datang kemari? Apa mereka
termasuk para pemberontak seperti halnya yang terjadi di Arkill? Cepat selidiki
lagi dan jangan sampai mereka tahu. Aku akan memberi mereka kejutan menarik.” Perintah
Asyera.
Dough dan para pekerja itu tidak
tahu kalo sedang diawasi oleh Asyera. Tapi, tiba-tiba insting Dough merasakan
sesuatu bakal terjadi di Amire. Dan tentu saja insting Dough langsung terjadi. Mendadak
salah satu pekerja ambruk dan pucat pasi, terlihat ada seperti sengatan seekor
lebah di leher pekerja itu dan kemudian pekerja itu akhirnya tewas. Peristiwa
itu sungguh megejutkan semua orang yang ada disana. Dough bingung, mana ada
lebah yang bisa menancapkan sengatnya tanpa menampakkan wujudnya dan
mengeluarkan suara dengungan. Tidak hanya itu, sengatnya berisi racun yang
sangat mematikan hanya dalam waktu 2 menit. Insting Dough makin merasakan hal
yang tidak mengenakkan.
Esoknya, di tempat yang sama, Dough
masih merasakan kegundahan di hatinya dan mencoba menelaah tentang kejadian
kemarin.
“[Sepertinya ada yang janggal dari
sengatan itu? Entah kenapa di pangkal sengat itu tidak terlihat seperti lepas
dari tubuh lebah, melainkan seperti sebuah jarum beracun…]” gumam Dough.
Hampir tengah hari dia berada di
bawah pohon Zaitun untuk menelaah semua. Akhirnya dia mengambil tindakan. Dia
ingin memeriksa mayat pekerja beserta sengat yang aneh itu. Akhirnya
kecurigaannya terbukti.
Bersama para dokter disana, Dough
membedah luka sengatan itu. Dan ternyata sengatan itu menyuntikkan racun urat
syaraf dengan dosis yang lumayan banyak untuk ukuran seekor lebah. Racun yang
masuk ke dalm tubuh sebanyak 6,5 mililiter dan langsung masuk ke pembuluh
darah. Dan yang mencurigakan, terdapat sebuah tanda lingkaran ungu berdiameter
3 cm. Luka sengat/luka gigit ular berbisa paling besar Cuma 1,5 cm. setelah
membedah, Dough meneliti sengat yang mencurigakan itu. Dan kecurigaannya
terbukti lagi, ternyata benda kecil itu bukan sengat lebah, melainkan seperti
jarum suntik berkapasitas 7 mililiter. Dough menyimpulkan kalau mereka sedang
kedatangan tamu yang tidak pernah dia duga sebelumnya.
Dough langsung mngumpulkan orang
orang untuk berjaga jaga dan waspada. Karena mereka harus bersiap untuk melawan
Asyera. Kondisi Amire sekarang sangat menguntungkan bagi Asyera. Cuaca yang
panas dan suhu yang kering sangat mendukung kekuatan yang dimilikinya.
“Teman-teman, aku mengumpulkan
kalian disini bukan tanpa maksud, tapi aku rasa ini adalah saat dimana kita
harus meperjuangkan dan mengembalikan kota ini seperti semula, karena ini
tanggung jawab kita.” Jelas Dough dalam suatu pertemuan.
“Memang benar Dough, tapi apa yang
harus kita lakukan? Kita baru tiga hari disini dan belum mempersiapkan apa-apa,
apa lagi kalau harus bertempur. Dan, lawan yang seperti apa yang akan kita
hadapi saja kita belum tahu.” Sahut Slum
“Seperti yang mendiang Pak Bandon
katakan, lawan kita ini bernama Asyera, dia memiliki kekuatan panas sehingga
menyebabkan kota ini seperti ini.”
“Panas? Nah, bagaimana cara melawan
panas sedangkan disini sangat mendukung panas itu. Air… tapi dari mana kita
mendapatkan air? Sedang kita belum mendapatkan air”
“Aku tahu kalau kali ini lawan kita
bukan lawan yang biasa. Dia punya kekuatan khusus. Tapi, aku sudah memikirkan
hal itu semalaman hingga sekarang aku mengumpulkan kalian. Tiga hari sudah kita
disini, kita pasti bisa merasakan perbedaan mendasar yang ada di kota ini.
Yaitu, kalau siang sangatlah panas dan kalau malam amatlah dingin. Kita bisa
memanfaatkan keadaan ini.”
“Apakah ini berarti kita melakukan
gerilya?”
“Ya, semacam itu. Karena aku mengira
kekuatanya tidak seberapa kalau di malam hari.”
“Baik, akan kami coba”
“Kita tanggung bersama segala
konsekuensinya. Demi Pak Bandon, demi kota ini, demi negara ini…!!!”
Dough menyiapkan keperluan, termasuk
melatih orang-orang bagaimana cara berperang dan bertahan, karena mereka akan
melakukan hal yang belum pernah mereka lakukan sebelumnya dan akan melawan orang
yang belum diketahui. Namun, Dough melakukan hal itu tidak dengan terang-terangan
agar Asyera tidak curiga. Dough dan teman-temannya membaur dengan warga lain
sebagai pengalih sementara.
ΩΩΩΩ
Di Lepre Jhon masih mengintai dari jarak
aman dan terus masuk pelan-pelan agar tidak membuat kekacauan. Sepanjang mata
memandang hanya ada pemandangan sekumpulan Chimera yang berkeliaran, sedikit
dijumpai hewan ternak yang biasanya. Dia berusaha mencari tanda-tanda kehidupan
manusia sampai akhirnya dia sampai di Sodom.
Dari pengamatannya, dia melihat ada
perlakuan kanibalisme dan tidak manusiawi. Terdapat pertarungan chimera melawan
penduduk lokal. Jika bisa menang, akan dianggap pahlawan, jika kalah habislah
sudah menjadi makanan chimera-chimera itu. Geram melihat hal itu, Jhon mencoba
menyusup dan membaur ke gerombolan warga.
“Pertandingan yang seru ya!” kata
Jhon mencoba memulai pembicaraan.
“Betul. Chimera itu sampai
kuwalahan.”
“Memangnya siapa dia? Badan tidak
terlalu besar dan berotot tapi bisa membuat Chimera itu kuwalahan?” sambung
Jhon.
“Dia anak dari pemberontak kota ini.
Hanya seorang gembala biasa. Ayahnya memberontak dan tertangkap. Tapi sang anak
memohon agar ayahnya tidak dijadikan lawan chimera yang lapar ini. Maka dari
itu dia menggantikannya. Mengharukan tapi hiburan harus tetap berlangsung.
Benar bukan? Hahahaha.”
“Dimana dia tinggal?”
“Dari sini ke timur dekat lembah ada
sebuah pondok kecil. Tapi, siapa kau tiba-tiba bertanya seperti itu?”
Sekejap Jhon menuju arah yang telah
ditunjukkan dan tidak menghiraukan pertanyaan itu. Dia berniat untuk menunggu
anak pemberontak itu di rumahnya. Dalam perjalanannya, Jhon menemukan keanehan
lain, terdapat banyak gua dan lubang di tanah yang sepanjang dia ingat tidak
pernah ada di Lepre. Ditambah lagi, dia merasa sedang diikuti dan diamati
sepanjang gerak geriknya. Karena tidak ingin terlihat mencurigakan, dia
bersikap biasa sampai akhirnya tiba di sebuah rumah sesuai deskripsi tadi.
“Rumah yang sederhana namun terlihat
nyaman. Sebaiknya aku tunggu di luar saja.” Ucap Jhon sambil merebahkan diri di
tumpukan jerami dan tertidur.
[KLOTHAK! KLOTHAK!]
“Hei! Hei! Siapa kau?!”
“Ah, ternyata kau sudah pulang. Apa
kau yang melempariku dengan tulang-tulang ini? Maaf aku tertidur. Aku Jhon,
dari Ghar-Ing.”
“Lalu?!”
“Aku akan melakukan pemberontakan.
200 orang pasukanku menunggu di perbatasan.”
“Apa hubungannya denganku?!”
“Aku telah mendengar kisahmu dan
melihat kemampuanmu di pertarungan dengan chimera tadi. Aku bisa memahami
perasaanmu. Apa kau tidak ingin ayahmu bebas? Lebih lagi negara ini bebas
seperti yang dulu?”
“Lupakan itu. Aku sudah membuang
niatku untuk memberontak. Jika tidak, ayahku akan mati sekalipun aku bisa
mengalahkan Arkhelaus. Hanya ayahku keluargaku sekarang, jika ayahku mati, akan
terasa percuma aku susah payah berjuang. Dengan terus memenangkan pertarungan
itu aku mendapatkan uang yang nantinya bisa menebus ayahku yang dipenjara di
Sinai. Jadi, omong kosong kau paham dengan perasaan dan situasi yang aku alami!
Lebih baik pulanglah!” Jhon mendapat kecaman.
“Baiklah, maafkan aku yang sok paham
akan perasaan dan situasimu sekarang. Tapi,.. sebelum aku melanjutkan, boleh
aku tahu siapa namamu?”
“Nathan. Nathanael bin Lot.”
“Baiklah Nathan, pemberontakan yang
ku jalankan sudah terorganisir. Mungkin kau sudah mendengar kabar bahwa Mr.
Mori sudah kalah oleh penmberontak. Itu ketua kami. Yah, kami, aku tidak
sendiri. Ada lima kelompok yang sudah menyebar.
Di Arkill ada Noch, ketua kami. Zomc
ada Bill, Gorgon ada Ralf, Amire ada Dough. Dan aku disini. Jika Arkill, Lepre,
Amire, Zomc dan Gorgon sudah berhasil kami kuasai, tidak mungkin tidak kita
bisa mengalahkan Don King beserta anak buahnya.” Jabar Jhon.
“Mr. Mori memang lemah. Beda dengan
Arkhelaus the chimera dan kembar Asyera-Asyitoret yang ada di Amire.”
“Arkhelaus? Kembar Asyera-Asyitoret?
Siapa mereka? Dan apa kemampuan mereka?”
“Yang aku dengar dari pembicaraan
para petaruh pertarungan chimera itu, seluruh anak buah Don King adalah
penjahat kelas dunia yang diloloskan dari penjara Rhodes Island. Dan yang
dijebloskan di penjara itu bukan orang sembarangan. Kebanyakan dari mereka
pemilik kemampuan khusus buah iblis. Para penjaga disana pun juga memiliki
kemampuan buah iblis. Apa kalian bisa mengalahkan mereka?”
“Hmmm....” Jhon sedikit mengkerutkan
dahinya.
“Dan oh ya, Arkhelaus the chimera,
pemilik kemampuan buah iblis tipe zoan. Dia itu monster. Dia menyimpan empat
chimera dalam tubuhnya. Belum ada yang melihat bagaimana rupa dan kekuatan
chimera-chimera itu. Mungkin pernah ada, tapi pasti tidak bisa menceritakannya
karena pasti sudah mati. Dia masuk Rhodes Island setelah berhasil dikalahkan
salah satu God Father dari klan Inuzuka. Jika kau tadi merasa seperti ada yang
memperhatikan dan membuntutimu, itu salah satu kekuatan Arkhelaus.
Kembar Asyera dan Asyitoret, mereka
sedikit aneh. Mereka satu tubuh tapi berkepala dua. Yang sering berbicara dan
berinteraksi adalah si Asyera. Sepanjang yang aku tahu, sosok Asyitoret belum
pernah menampakkan diri. Kemampuan dari Asyera adalah mengubah iklim hanya
dengan energi Ki-nya. Mungkin dampaknya sudah kalian rasakan di Ghar-Ing. Belum
ada yang tahu tentang kemampuan Asyitoret. Dulu mereka berhasil dikalahkan God
father yang lain, sepupu dari klan Inuzuka; klan Nekozuka.” Jelas Nathan
panjang lebar.
“Begitu ya. Apa kau takut menghadapi
salah satu dari mereka?”
“Sudah lupakan saja. Aku tidak akan
bergabung dengan aksi pemberontakanmu. Pulanglah!” bentak Nathan menghentikan
pembicaraan dan meninggalkan Jhon di luar rumah.
Hari mulai gelap. Nathan masih tidak
mengubah keputusannya. Namun dia gelisah, hingga esok pagi saat dia hendak ke
tempat pertarungan, dia terkejut saat disapa Jhon.
“Jadi, kau setiap hari ke tempat
pembantaian itu? Hatimu sungguh kuat. Itu yang membuatku tetap ingin
mengajakmu.” Jhon tersenyum, sedang Nathan melengos meninggalkan Jhon tanpa
kata.
“Mari buat kesepakatan, jika aku
bisa memenangkan semua pertarunganmu, maka....” ucapan Jhon terpotong.
“Tunggu! Maksudmu semua
pertarunganku hari ini?”
“Yap. Semuanya. Berapapun. Jika aku
berhasil memenangkannya, kau bergabung denganku. Jika tidak,pastinya aku yang
mati, anggap kita tidak pernah bertemu dan lupakan pembicaraan kemarin dan hari
ini. Bagaimana? Kita sepakat?” sambil menyodorkan tangan.
“Kau gila!” Nathan pergi tergesa
meninggalkan Jhon.
“Aku anggap kita sepakat! Hahahaah!”
Nathan tidak sepenuhnya setuju,
hanya saja, dia ingin tahu apa yang diucapkan Jhon itu benar. Juga, dia mulai
berpikir untuk melakukan pemberontakan lagi. Hanya saja tidak ada yang
mendukungnya. Kehadiran Jhon seolah menyadarkannya. Setelah 25 pertarungan,
Jhon menang meski dengan sedikit bersusah payah dan mendapatkan hadiah uang.
“Aku menang dan kau harus ikut
denganku.” Kata Jhon bahagia.
Tanpa pikir panjang dan berkata-kata,
Nathan pulang dan sudah bersiap. Mereka berdua menuju base camp Jhon dekat
perbatasan. Dan mengatur ulang strateginya. Namun tanpa merekla ketahui.
Arkhelaus sudah mengetahui dengan jelas apa yang akan mereka lakukan.
Perjuangan mereka tidak akan semulus seperti yang mereka rencanakan.
ΩΩΩΩ
Sementara itu di Albus Castle,
berita kekalahan Mr. Mori cepat sampai ke telinga Don King. Don King hanya
diam, berpikir dan tiba-tiba tertawa.
“Hahaha..!!! Hahaha..!! hebat..hebat..
Absolutely great. Ada seekor tikus jalanan yang bisa mengalahkan kucing istana.
Hebat..!! walaupun si Mori itu paling lemah, tapi baru kali ini dia bisa
dikalahkan. Aku salut. Sepertinya hal ini akan menjadi pertunjukan yang
menarik, benarkan Callista?” Callista hanya terdiam dan memberikan senyum
tipis.
“Apakah anak buah kebangganku sudah
berada di posisinya?” tambah Don King.
“Sudah Master. Mereka sudah
berjaga-jaga sesuai dengan yang anda perintahkan.” Terang Callista
“Bagus.!” Don tersenyum senang dan
optimis.
“Apa ada yang perlu saya lakukan
Master?”
“Teruslah mencari kabar tentang
perkembangan pemberontakan ini.”
“Baik. Saya permisi dulu.”
Pergerakan pemberontakan yang
dilakukan Noch dkk sudah tercium oleh Don King. Seluruh anak buahnya sudah
disebar ke berbagai tempat untuk mencegah Noch mencapai istana. Dan membuktikan
bahwa perlawanan mereka akan sia-sia saja. Namun, sikap terlalu optimis Don
King akan menjadi boomerang baginya. Tekad bulat dan membara yang dimiliki Noch
dkk sudah menjadi harga mati demi kebebasan Akhaya. Ditambah lagi terdapat duri
dalam daging yang belum diketahui oleh Don King yang akan mengancam rencananya.
0 komentar:
Posting Komentar