Kamis, 21 Agustus 2014

jiyuu e no shoutai chapter 3 - second phase, step an movement


Chapter 3
2nd Phase, Step, and Movement

Semua teman-teman Noch sudah berada di posisi masing-masing. Mereka makin girang setelah mendengar bahwa Noch berhasil mengalahkan Mr. Mori. Ditambah lagi, Noch memiliki kekuatan baru, hal ini makin membakar semangat mereka untuk membebaskan Akhaya. Akan tetapi, perubahan yang terjadi di luar perkiraan mereka.
“Bagaimana kondisi dan posisi kalian?” tanya Abed memalui snail-phone.
“Mungkin kalian akan terkejut jika melihat ini. Zomc menjadi kota industri yang hebat. Tapi hanya sedikit manusia yang aku jumpai disini. Selebihnya hanya zombie bersenjata lengkap di tubuh mereka. Tapi aku akan menuju kota terdekat dimana disana masih terdapat manusia.” Terang Bill mengenai Zomc.
“Disini juga tidak kalah mengejutkan. Peternakan yang ada di Lepre sebagian besar kini adalah Chimera. Ini jelas bukan kebijakan dari King Albus.” Terang Jhon
“Teman-teman, jika kalian melihat apa yang aku lihat ini, kalian pasti akan menangis. Amire yang dulu tempat kita mengambil apel, kini hanya menjadi ladang kaktus dan aloe vera.” kata Dough kepada teman-temannya yang lain melalui snail-phone.
“Gorgon juga sudah berubah total. Entah bagaimana aku harus bercerita pada kalian lewat snail-phone ini.” Jelas Ralf menambahkan.
Mereka semua masih mengalami shock therapy melihat kenyataan yang ada. Perasaan mereka campur aduk. Namun dengan kebulatan tekad dan semnagat yang membara, mereka telah sepakat dan bersumpah untuk membebaskan negeri mereka dari kuasa Don King.
ΩΩΩΩ
“[Dimana aku bisa menemukan manusia di kawanan zombie ini]” gumam Bill saat coba mencari sebuah tempat yang berisi manusia masih menyusuri pinggiran kota.
“Ah, disana ada aktivitas manusia. Mungkin itu tempatnya. Baiklah, kesanalah tujuanku saat ini. Siapa tahu aku bertemu dengan orang yang aku kenal dan bisa beristirahat.”
[Chum City]
“Chum City? Sepertinya tidak pernah ada nama kota seperti itu di Akhaya. Benar kan Bill?” tanya Zee.
“Memang dan kau bisa lihat sendiri keadaan disini. Ini bukan bagian dari Zomc.” Jawab Bill.
“Ah, lihat disana terdapat kedai. Mungkin disana kita bisa mencari informasi dan beristirahat.”
Sesampainya di kedai tersebut, rombongan Bill masih terkejut dengan keadaan orang-yang ada disitu. Mereka yang ada disitu seperti gembel, lusuh dan kotor juga penuh luka. Yah, orangh-orang itu merupakan sisa orang-orang yang memutuskan untuk tinggal di Zomc dan menjadi pekerja paksa untuk membuat senjata. Jika ada yang mati, akan dijadikan zombie bersenjata oleh Molokh, salah satu anak buah Don King.
Tapi orang-orang tersebut tidak terkejut dengan kedatangan rombongan Bill. Mereka hanya bisa berkata “Ah, rombongan pemberontak lagi. Pasti nantinya akan ada banyak zombie lagi di tempat ini.”
“Apa maksudmu berkata seperti itu pak tua?!” tanya Zee dengan penuh emosi.
“Bukan hanya penduduk yang dijadikan zombie, tapi juga para pemberontak dan juga perompak yang datang kemari diubah menjadi zombie oleh Molokh.” Tambah pak tua itu.
“Jika kalian sayang nyawa kalian, lebih baik kalian pulanglah. Jika kalian berniat mencuri senjata yang ada disini, lebih baik urungkan niat kalian dan pulanglah. Semua tidak ada gunanya. Cepat atau lambat, kami yang tersissa disini pun juga nantinya akan mati dan dijadikan zombie.” Sahut yang lain.
“Apa kalian tidak ingin melakukan tindakan perubahan terhadap keadaan ini?” tanya Bill meminta penjelasan.
“Dengar anak muda, masa kami untuk memberontak sudah habis. Kami hanya tinggal menunggu waktu kami untuk mati. Sedah banyak pemberontak maupun perompak yang datang kemari melalui jalur tebing berkedok ingin menyelamatkan kami atau atas nama negara yang mati sia-sia, pulang kembali ataupun menjadi zombie. Jadi, kami ingin berbaik hati dan tidak ingin orang lain ikut menderita dengan mengingatkan mereka. Jadi, kalian dari pihak mana? Negara mana? Atas dasar apa tindakan kalian ini?” terang pak tua.
“Maaf jika kami tidak menghiraukan peringatanmu pak tua. Namaku Bill dan dia Zee. Kami adalah Akhaya no Dokuritsu Aikokusha. Kami berasal dari Ghar-Ing. Arkill sudah kami kuasai. Sekarang kami menyabar untuk menduduki kota. Kami akan berjuang hingga Akhaya bisa kembali seperti yang dulu.” Jelas Bill bersemangat.
“Ah, pemberontak ya. Hahahahaha...!!!”
“Apa yang lucu pak tua!” tiba-tiba muncul suara keras dari luar. Itu Pell
“Ah, dua orang tolol dari kerajaan. Dimana anak si Albus? Apa kalian sudah dipecat?! Hahahahaha!”
“Dia kabur ke Gorgon setelah memberikan kami obat tidur untuk mencari Edward.” Tambah Pell sambil membopong Taka yang masih lemas.
“Taka! Pell! Ternyata selama ini Yoch dan kalian berdua disini?” sahut Bill senang.
“Tidak, kami berpindah pindah dari Kiel, Sinai, Dios, Amire, Karmel dan terakhir kemari.” Jawab Taka yang mulai siuman.
“Baguslah jika kalian sudah mulai melakukan pemberontakan yang sesungguhnya. Bisa meringankan beban kami.” Tambahnya.
“Tapi kenapa kalian tidak mencegah Yoch dan malah kalian menjadi seperti ini?” tambah Bill heran.
“Hahahaha. Buah jatuh tidak jauh dari pohonnya. Seperti itulah sikap tua bangka Albus waktu kecil. Dan itu menurun ke anaknya. Dan yang ku dengar, bocah tengik itu belajar tentang obat-obatan sebelum si Don King ini datang. Tidak heran jika dua orang bodoh seperti kalian ini bakal tidak berdaya menghadapi obat racikannya meski punya kemampuan khusus. Hahahahah!” ejek si pak tua.
“Begitukah pak tua? Tapi, kalian tidak perlu khawatir, karena di Gorgon sudah ada Ralf.” Terang Bill.
Setelah pembicaraan panjang, ternyata pak tua yang sedari tadi bicara panjang lebar merupakan teman bermain King Albus sewaktu muda dan menjadi bapak asuh Yoch sewaktu bayi. Dari pembicaraan itu, Taka, Pell dan Bill bersedia bekerjasama untuk melawan Don King dan anak buahnya.
ΩΩΩΩ
Gorgon tempat mereka semua menuntut ilmu, kota pendidikan yang termasyur berubah menjadi kota bobrok. Bangunan sekolah hanya tinggal puing. Hanya beberapa yang berubah fungsi menjadi tempat lokalisasi atau markas geng. Namun tidak hanya Ralf yang tiba di Gorgon, sang puteri Yoana pun juga. Setibanya di Gorgon, puteri Yoana tersentuh saat melihat kodisi Gorgon yang berubah total. Bangunan sekolah tempatnya menuntut ilmu dulu berubah menjadi tempat mangkal para geng-geng penjahat. Dengan perasaan yang campur aduk, ia masuk ke sebuah tempat yang dirasanya masih terlihat normal untuk mencari informasi mengenai paman Edward.
“Permisi, apa anda kenal dengan orang yang bernama Edward von Helsk?” tanyanya pada seseorang.
“Kelihatannya nona bukan dari daerah sini. Maaf nona, aku tidak kenal dengan orang itu. Yang aku tahu, si King Kong brengsek itu yang membuat kotaku menjadi seperti ini” jawabnya.
“Oh baik, terima kasih.”
Sambil berjalan keluar, Puteri terus bertanya dalam hati dimana keberadaan Edward von Helsk sambil merenungkan tentang perkataan orang yang dia tanyai. Ternyata memang masih ada orang yang tidak suka dengan Don King. Tiba-tiba dia terkejut saat melihat sebuah poster wajah yang bertuliskan [Edward the Snipper – ξ 800.000 – dead or life]. Sebuah shock terapi kedua setelah ia sampai di Gorgon. Ternyata rumor bahwa paman Edward adalah orang yang paling dicari di Gorgon oleh Don King memang benar. Dan yang paling mengejutkan yaitu harga yang terpampang. Yoana bingung; tentang nasib negaranya, ayahnya, pamannya dan keselamatan rakyatnya.
Setelah berjalan kembali, ia masuk ke sebuah kedai. Kembali ia menanyakan tentang paman Edward. Namun kali ini dia mendapat jawaban yang lebih mengejutkan.
“Ttt..tolong jangan sebut nama itu lagi. Gara gara dia Gorgon sekarang berubah seperti ini.” Jawab seorang pelayan memecah siang di kedai.
“Benar..!! sekarang dia pergi tanpa pertanggung jawaban sama sekali. Malah hanya membuat Don King makin marah dan geram. Itu membuat keeradaan kami disini makin terancam.” Celetuk yang lain.
“Memang apa yang dia telah lakukan?” tanya Yoana.
“Dari dahulu, Akhaya terkenal karena sistem pendidikan yang dimiliki Gorgon, sehingga banyak menarik pelajar dari luar dan mencetak orang-orang yang sangat bermutu. Edward adalah lulusan Institut Persenjataan dan Pertahanan Gorgon yang jenius. Ia direkrut dinas pertahanan dan keamanan negara karena berhasil menemukan sebuah senjata mutakhir. Ia bisa mengkombinasikan mekanisme beberapa senjata canggih menjadi senjata super canggih. Ia sudah menuangkannya ke dalam blue print. Karenanya ia menjadi lulusan yang paling muda waktu itu.” Kata seseorang.
“Lalu, apa yang terjadi selanjutnya?”
“Penemuan itu didengar oleh pihak pertahanan dan keamanan Akhaya. Dan mereka meminta arsip blue print milik Edward dari pihak sekolah dan Edward sendiri. Meskipun diminta oleh negara, tapi Edward tetap tidak mau memberikannya. Ia takut terjadi penyalahgunaan senjata itu. Hingga sampai akhirnya negara ini diambil alih Don King dan kabar mengenai penemuan senjata canggih oleh Edward pun tercium. Don King sudah mengacak acak arsip sekolah Edward, tapi tidak menemukan blue print itu. Ternyata dia sudah mengambilnya lebih dulu. Dan menghilang sampai sekarang. Apa yang terjadi pada Gorgon sekarang itu adalah ulahnya yang menemukan senjata.” lanjut orang itu.
“Bukan salahnya sepenuhnya kan? Buka maksudnya menjadikan Gorgon menjadi seperti ini. Sebelumnya dia juga sudah menyadari kalau bakal ada penyalahgunaan jika blue print itu dia berikan. Tapi nyatanya tidak dia berikan. Yang salah itu Don King. PAMANKU TIDAK BERSALAH..!!” bantah sang puteri.
“Tunggu… kau bilang pamanmu? Siapa? Edward? Yang aku tahu, Edward itu memang punya keponakan, tapi tidak mungkin perempuan.”
“Yah, dia memang pamanku. Perkenalkan, aku Yoana. Aku datang kemari kerena mendengar kalau paman Edward sangat dicari Don King. Aku ingin paman ikut membantuku bersama Taka dan Pell melawan Don King dan membebaskan ayahku.” Terang Puteri.
“Tunggu sebentar… Yoana, Taka, Pell, ayahmu… King Albus?? Kk..au puteri Yoana? Maafkan hamba puteri…”
“Bukan salah kalian, aku juga minta maaf karena secara tidak langsung pamanku menyebabkan hancurnya Gorgon.” Perdebatan mereka akhirnya mereda.
Mereka mulai berbagi info tentang kondisi dan kabar terkini yang terjadi di berbagai kota. Memang Gorgon menjadi sarang geng penjahat dan tentara bayaran. Namun tidak seluruhnya mau mnegikuti Don King. Yoana berencana untuk mengumpulkan sebanyak mungkin orang untuk melakukan perlawanan terhadap Don King. Samapai kemudian Yoana bertemu dengan Ralf.
“Tunggu Ralf, sepertinya aku mengenali suara ini.” Kata Will saat hendak memasuki kedai yang sama yang dimasuki Yoana.
“Benar, suaranya tidak asing lagi. Cara dia tertawa tidak mungkin kalau bukan.....” sahut Ralf yang terpotong
“Ralf! Will! Apa yang kalian lakukan disini? Dimana yang lain? Noch?” sapa Yoana memotong perkataan Ralf.
“Yoch! Apa yang kau lakukan disini? Dimana Taka dan Pell?” tanya Ralf heran.
“Aku sudah lelah dengan  keadaan ini semua. Aku ingin membebaskan ayahku bagaimanapun cara dan apapun resikonya. Dan kalian?”
“Kami sedang melakukan pemberontakan. Noch yang mengatur ini semua. Sekarang dia masih di Arkill. Dia masih terluka dan hampir mati akibat pertarungan dengan Mr. Mori. Dia akan segera ke Karmel.” Terang Will.
“Apa aku bisa bergabung dengan kalian?”
“Jangan! Kami tidak mau nyawa puteri terancam. Apa yang akan kami katakan kepada King Albus jika terjadi sesuatu terhadapmu?”
“Persetan dengan itu semua! Kalian sama saja dengan Taka dan Pell!”
“Lakukanlah sesukamu, Yoch. Asal tidak menghambat kami.”
Sedikit terjadi perdebatan antara Ralf dengan Yoana. Namun dengan sendirinya mereda dan kembali menyusun rencana dan mengatur strategi pemberontakan. Tidak sedikit yang mau bergabung dengan usaha pemberontakan mereka lepas dari apa motif mereka untuk bergabung.
ΩΩΩΩ
Di Amire, Dough masih belum bisa menerima perubahan keadaan kota perkebunan faforitnya. Ia menyisir sudut-sudut kota sembari mencocokan dengan kenangan yang ada di kepalanya. Saat menengok ke kanan dan ke kiri, hanya ada ladang kaktus dan aloe vera. Dia bertanya kepada beberapa orang pekerja disana.
“Permisi, apa benar ini Amire?”
“Ya benar. Ini Amire.” Kata pak Bandon; nama pekerja itu.
“Tapi kenapa keadaannya sekarang jadi seperti ini?”
“Sejak Don King datang ke negara ini, dia menetapkan satu orang penguasa di tiap kota dengan kekuatan yang bereda-beda. Yang menduduki kota ini bernama Asyera. Dia memiliki kekuatan mengubah suhu dan temperatur. Dia juga bisa megubah iklim di kota ini saja menjadi panas. Akibatnya berpengaruh sampai Ghar-Ing karena kadar hijau dan basah di Amire dan Ghar-ing hampir sama. Mau tidak mau kami mengganti produk perkebunan kami.” Tambahnya.
“Sialan kau Don King..!! tidak akan aku maafkan..!! Negaraku.. kota faforitku.. kau hancurkan semuanya. Tapi paman, bagaimana air bisa didapat di tempat ini?” geram Dough.
“Mau tidak mau kami harus membeli dan membayar mahal air dari Suna.”
“Baiklah teman teman, sekarang kita bantu paman ini buatkan sumur di tiap sepuluh meter di ladang ini. Karena aku yakin, masih ada air di tanah ini..” perintah Dough.
“Baiiikk..!!”
Mereka menggali dan menggali namun air belum keluar. Hari yang panas membuat mereka cepat lelah. Selama tiga hari disana mereka terus menggali untuk satu perubahan. Sehingga perawatan kebun kaktus dan aloe vera terabaikan. Pada hari yang ketiga itu, tidak disangka mereka semua kedatangan tamu.
Hari itu adalah kunjungan rutin yang dilakukan Asyera. Saat melihat kebun yang tidak terawat itu, dia marah.
“Apa apaan ini..?! Dimana para pekerja? Aku membayar mereka untuk merawat kebunku, bukan malah menelantarkannya. Dan lubang apa ini..?” tanya Asyera heran dan geram.
“Cepat cari mereka!!” tambahnya.
“Baik..!!”
Tidak berapa lama, “Mr. Asyera para pekerja sedang bersantai santai di bawah pohon zaitun di bagian barat kota. Tidak hanya itu, ada segerobolan orang yang tidak dikenal bersama mereka.”
“Oh, begitu, kita kedatangan tamu yang tak dikenal rupanya. Apa keperluan mereka datang kemari? Apa mereka termasuk para pemberontak seperti halnya yang terjadi di Arkill? Cepat selidiki lagi dan jangan sampai mereka tahu. Aku akan memberi mereka kejutan menarik.” Perintah Asyera.
Dough dan para pekerja itu tidak tahu kalo sedang diawasi oleh Asyera. Tapi, tiba-tiba insting Dough merasakan sesuatu bakal terjadi di Amire. Dan tentu saja insting Dough langsung terjadi. Mendadak salah satu pekerja ambruk dan pucat pasi, terlihat ada seperti sengatan seekor lebah di leher pekerja itu dan kemudian pekerja itu akhirnya tewas. Peristiwa itu sungguh megejutkan semua orang yang ada disana. Dough bingung, mana ada lebah yang bisa menancapkan sengatnya tanpa menampakkan wujudnya dan mengeluarkan suara dengungan. Tidak hanya itu, sengatnya berisi racun yang sangat mematikan hanya dalam waktu 2 menit. Insting Dough makin merasakan hal yang tidak mengenakkan.
Esoknya, di tempat yang sama, Dough masih merasakan kegundahan di hatinya dan mencoba menelaah tentang kejadian kemarin.
“[Sepertinya ada yang janggal dari sengatan itu? Entah kenapa di pangkal sengat itu tidak terlihat seperti lepas dari tubuh lebah, melainkan seperti sebuah jarum beracun…]” gumam Dough.
Hampir tengah hari dia berada di bawah pohon Zaitun untuk menelaah semua. Akhirnya dia mengambil tindakan. Dia ingin memeriksa mayat pekerja beserta sengat yang aneh itu. Akhirnya kecurigaannya terbukti.
Bersama para dokter disana, Dough membedah luka sengatan itu. Dan ternyata sengatan itu menyuntikkan racun urat syaraf dengan dosis yang lumayan banyak untuk ukuran seekor lebah. Racun yang masuk ke dalm tubuh sebanyak 6,5 mililiter dan langsung masuk ke pembuluh darah. Dan yang mencurigakan, terdapat sebuah tanda lingkaran ungu berdiameter 3 cm. Luka sengat/luka gigit ular berbisa paling besar Cuma 1,5 cm. setelah membedah, Dough meneliti sengat yang mencurigakan itu. Dan kecurigaannya terbukti lagi, ternyata benda kecil itu bukan sengat lebah, melainkan seperti jarum suntik berkapasitas 7 mililiter. Dough menyimpulkan kalau mereka sedang kedatangan tamu yang tidak pernah dia duga sebelumnya.
Dough langsung mngumpulkan orang orang untuk berjaga jaga dan waspada. Karena mereka harus bersiap untuk melawan Asyera. Kondisi Amire sekarang sangat menguntungkan bagi Asyera. Cuaca yang panas dan suhu yang kering sangat mendukung kekuatan yang dimilikinya.
“Teman-teman, aku mengumpulkan kalian disini bukan tanpa maksud, tapi aku rasa ini adalah saat dimana kita harus meperjuangkan dan mengembalikan kota ini seperti semula, karena ini tanggung jawab kita.” Jelas Dough dalam suatu pertemuan.
“Memang benar Dough, tapi apa yang harus kita lakukan? Kita baru tiga hari disini dan belum mempersiapkan apa-apa, apa lagi kalau harus bertempur. Dan, lawan yang seperti apa yang akan kita hadapi saja kita belum tahu.” Sahut Slum
“Seperti yang mendiang Pak Bandon katakan, lawan kita ini bernama Asyera, dia memiliki kekuatan panas sehingga menyebabkan kota ini seperti ini.”
“Panas? Nah, bagaimana cara melawan panas sedangkan disini sangat mendukung panas itu. Air… tapi dari mana kita mendapatkan air? Sedang kita belum mendapatkan air”
“Aku tahu kalau kali ini lawan kita bukan lawan yang biasa. Dia punya kekuatan khusus. Tapi, aku sudah memikirkan hal itu semalaman hingga sekarang aku mengumpulkan kalian. Tiga hari sudah kita disini, kita pasti bisa merasakan perbedaan mendasar yang ada di kota ini. Yaitu, kalau siang sangatlah panas dan kalau malam amatlah dingin. Kita bisa memanfaatkan keadaan ini.”
“Apakah ini berarti kita melakukan gerilya?”
“Ya, semacam itu. Karena aku mengira kekuatanya tidak seberapa kalau di malam hari.”
“Baik, akan kami coba”
“Kita tanggung bersama segala konsekuensinya. Demi Pak Bandon, demi kota ini, demi negara ini…!!!”
Dough menyiapkan keperluan, termasuk melatih orang-orang bagaimana cara berperang dan bertahan, karena mereka akan melakukan hal yang belum pernah mereka lakukan sebelumnya dan akan melawan orang yang belum diketahui. Namun, Dough melakukan hal itu tidak dengan terang-terangan agar Asyera tidak curiga. Dough dan teman-temannya membaur dengan warga lain sebagai pengalih sementara.
ΩΩΩΩ
Di Lepre Jhon masih mengintai dari jarak aman dan terus masuk pelan-pelan agar tidak membuat kekacauan. Sepanjang mata memandang hanya ada pemandangan sekumpulan Chimera yang berkeliaran, sedikit dijumpai hewan ternak yang biasanya. Dia berusaha mencari tanda-tanda kehidupan manusia sampai akhirnya dia sampai di Sodom.
Dari pengamatannya, dia melihat ada perlakuan kanibalisme dan tidak manusiawi. Terdapat pertarungan chimera melawan penduduk lokal. Jika bisa menang, akan dianggap pahlawan, jika kalah habislah sudah menjadi makanan chimera-chimera itu. Geram melihat hal itu, Jhon mencoba menyusup dan membaur ke gerombolan warga.
“Pertandingan yang seru ya!” kata Jhon mencoba memulai pembicaraan.
“Betul. Chimera itu sampai kuwalahan.”
“Memangnya siapa dia? Badan tidak terlalu besar dan berotot tapi bisa membuat Chimera itu kuwalahan?” sambung Jhon.
“Dia anak dari pemberontak kota ini. Hanya seorang gembala biasa. Ayahnya memberontak dan tertangkap. Tapi sang anak memohon agar ayahnya tidak dijadikan lawan chimera yang lapar ini. Maka dari itu dia menggantikannya. Mengharukan tapi hiburan harus tetap berlangsung. Benar bukan? Hahahaha.”
“Dimana dia tinggal?”
“Dari sini ke timur dekat lembah ada sebuah pondok kecil. Tapi, siapa kau tiba-tiba bertanya seperti itu?”
Sekejap Jhon menuju arah yang telah ditunjukkan dan tidak menghiraukan pertanyaan itu. Dia berniat untuk menunggu anak pemberontak itu di rumahnya. Dalam perjalanannya, Jhon menemukan keanehan lain, terdapat banyak gua dan lubang di tanah yang sepanjang dia ingat tidak pernah ada di Lepre. Ditambah lagi, dia merasa sedang diikuti dan diamati sepanjang gerak geriknya. Karena tidak ingin terlihat mencurigakan, dia bersikap biasa sampai akhirnya tiba di sebuah rumah sesuai deskripsi tadi.
“Rumah yang sederhana namun terlihat nyaman. Sebaiknya aku tunggu di luar saja.” Ucap Jhon sambil merebahkan diri di tumpukan jerami dan tertidur.
[KLOTHAK! KLOTHAK!]
“Hei! Hei! Siapa kau?!”
“Ah, ternyata kau sudah pulang. Apa kau yang melempariku dengan tulang-tulang ini? Maaf aku tertidur. Aku Jhon, dari Ghar-Ing.”
“Lalu?!”
“Aku akan melakukan pemberontakan. 200 orang pasukanku menunggu di perbatasan.”
“Apa hubungannya denganku?!”
“Aku telah mendengar kisahmu dan melihat kemampuanmu di pertarungan dengan chimera tadi. Aku bisa memahami perasaanmu. Apa kau tidak ingin ayahmu bebas? Lebih lagi negara ini bebas seperti yang dulu?”
“Lupakan itu. Aku sudah membuang niatku untuk memberontak. Jika tidak, ayahku akan mati sekalipun aku bisa mengalahkan Arkhelaus. Hanya ayahku keluargaku sekarang, jika ayahku mati, akan terasa percuma aku susah payah berjuang. Dengan terus memenangkan pertarungan itu aku mendapatkan uang yang nantinya bisa menebus ayahku yang dipenjara di Sinai. Jadi, omong kosong kau paham dengan perasaan dan situasi yang aku alami! Lebih baik pulanglah!” Jhon mendapat kecaman.
“Baiklah, maafkan aku yang sok paham akan perasaan dan situasimu sekarang. Tapi,.. sebelum aku melanjutkan, boleh aku tahu siapa namamu?”
“Nathan. Nathanael bin Lot.”
“Baiklah Nathan, pemberontakan yang ku jalankan sudah terorganisir. Mungkin kau sudah mendengar kabar bahwa Mr. Mori sudah kalah oleh penmberontak. Itu ketua kami. Yah, kami, aku tidak sendiri. Ada lima kelompok yang sudah menyebar.
Di Arkill ada Noch, ketua kami. Zomc ada Bill, Gorgon ada Ralf, Amire ada Dough. Dan aku disini. Jika Arkill, Lepre, Amire, Zomc dan Gorgon sudah berhasil kami kuasai, tidak mungkin tidak kita bisa mengalahkan Don King beserta anak buahnya.” Jabar Jhon.
“Mr. Mori memang lemah. Beda dengan Arkhelaus the chimera dan kembar Asyera-Asyitoret yang ada di Amire.”
“Arkhelaus? Kembar Asyera-Asyitoret? Siapa mereka? Dan apa kemampuan mereka?”
“Yang aku dengar dari pembicaraan para petaruh pertarungan chimera itu, seluruh anak buah Don King adalah penjahat kelas dunia yang diloloskan dari penjara Rhodes Island. Dan yang dijebloskan di penjara itu bukan orang sembarangan. Kebanyakan dari mereka pemilik kemampuan khusus buah iblis. Para penjaga disana pun juga memiliki kemampuan buah iblis. Apa kalian bisa mengalahkan mereka?”
“Hmmm....” Jhon sedikit mengkerutkan dahinya.
“Dan oh ya, Arkhelaus the chimera, pemilik kemampuan buah iblis tipe zoan. Dia itu monster. Dia menyimpan empat chimera dalam tubuhnya. Belum ada yang melihat bagaimana rupa dan kekuatan chimera-chimera itu. Mungkin pernah ada, tapi pasti tidak bisa menceritakannya karena pasti sudah mati. Dia masuk Rhodes Island setelah berhasil dikalahkan salah satu God Father dari klan Inuzuka. Jika kau tadi merasa seperti ada yang memperhatikan dan membuntutimu, itu salah satu kekuatan Arkhelaus.
Kembar Asyera dan Asyitoret, mereka sedikit aneh. Mereka satu tubuh tapi berkepala dua. Yang sering berbicara dan berinteraksi adalah si Asyera. Sepanjang yang aku tahu, sosok Asyitoret belum pernah menampakkan diri. Kemampuan dari Asyera adalah mengubah iklim hanya dengan energi Ki-nya. Mungkin dampaknya sudah kalian rasakan di Ghar-Ing. Belum ada yang tahu tentang kemampuan Asyitoret. Dulu mereka berhasil dikalahkan God father yang lain, sepupu dari klan Inuzuka; klan Nekozuka.” Jelas Nathan panjang lebar.
“Begitu ya. Apa kau takut menghadapi salah satu dari mereka?”
“Sudah lupakan saja. Aku tidak akan bergabung dengan aksi pemberontakanmu. Pulanglah!” bentak Nathan menghentikan pembicaraan dan meninggalkan Jhon di luar rumah.
Hari mulai gelap. Nathan masih tidak mengubah keputusannya. Namun dia gelisah, hingga esok pagi saat dia hendak ke tempat pertarungan, dia terkejut saat disapa Jhon.
“Jadi, kau setiap hari ke tempat pembantaian itu? Hatimu sungguh kuat. Itu yang membuatku tetap ingin mengajakmu.” Jhon tersenyum, sedang Nathan melengos meninggalkan Jhon tanpa kata.
“Mari buat kesepakatan, jika aku bisa memenangkan semua pertarunganmu, maka....” ucapan Jhon terpotong.
“Tunggu! Maksudmu semua pertarunganku hari ini?”
“Yap. Semuanya. Berapapun. Jika aku berhasil memenangkannya, kau bergabung denganku. Jika tidak,pastinya aku yang mati, anggap kita tidak pernah bertemu dan lupakan pembicaraan kemarin dan hari ini. Bagaimana? Kita sepakat?” sambil menyodorkan tangan.
“Kau gila!” Nathan pergi tergesa meninggalkan Jhon.
“Aku anggap kita sepakat! Hahahaah!”
Nathan tidak sepenuhnya setuju, hanya saja, dia ingin tahu apa yang diucapkan Jhon itu benar. Juga, dia mulai berpikir untuk melakukan pemberontakan lagi. Hanya saja tidak ada yang mendukungnya. Kehadiran Jhon seolah menyadarkannya. Setelah 25 pertarungan, Jhon menang meski dengan sedikit bersusah payah dan mendapatkan hadiah uang.
“Aku menang dan kau harus ikut denganku.” Kata Jhon bahagia.
Tanpa pikir panjang dan berkata-kata, Nathan pulang dan sudah bersiap. Mereka berdua menuju base camp Jhon dekat perbatasan. Dan mengatur ulang strateginya. Namun tanpa merekla ketahui. Arkhelaus sudah mengetahui dengan jelas apa yang akan mereka lakukan. Perjuangan mereka tidak akan semulus seperti yang mereka rencanakan.
ΩΩΩΩ
Sementara itu di Albus Castle, berita kekalahan Mr. Mori cepat sampai ke telinga Don King. Don King hanya diam, berpikir dan tiba-tiba tertawa.
“Hahaha..!!! Hahaha..!! hebat..hebat.. Absolutely great. Ada seekor tikus jalanan yang bisa mengalahkan kucing istana. Hebat..!! walaupun si Mori itu paling lemah, tapi baru kali ini dia bisa dikalahkan. Aku salut. Sepertinya hal ini akan menjadi pertunjukan yang menarik, benarkan Callista?” Callista hanya terdiam dan memberikan senyum tipis.
“Apakah anak buah kebangganku sudah berada di posisinya?” tambah Don King.
“Sudah Master. Mereka sudah berjaga-jaga sesuai dengan yang anda perintahkan.” Terang Callista
“Bagus.!” Don tersenyum senang dan optimis.
“Apa ada yang perlu saya lakukan Master?”
“Teruslah mencari kabar tentang perkembangan pemberontakan ini.”
“Baik. Saya permisi dulu.”
Pergerakan pemberontakan yang dilakukan Noch dkk sudah tercium oleh Don King. Seluruh anak buahnya sudah disebar ke berbagai tempat untuk mencegah Noch mencapai istana. Dan membuktikan bahwa perlawanan mereka akan sia-sia saja. Namun, sikap terlalu optimis Don King akan menjadi boomerang baginya. Tekad bulat dan membara yang dimiliki Noch dkk sudah menjadi harga mati demi kebebasan Akhaya. Ditambah lagi terdapat duri dalam daging yang belum diketahui oleh Don King yang akan mengancam rencananya.

0 komentar:

Posting Komentar

 

iseng iseng © 2008. Design By: SkinCorner