BAB III
PEMBAHASAN
A. Pendidikan
Bahasa Jepang di Surabaya
Pada
bab-bab sebelumnya telah dijelaskan secara umum tentang latar belakang
pendidikan bahasa Jepang di Indonesia perkembangan pendidikan bahasa Jepang di
Indonesia. Di Jawa sendiri, baik Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat dan DKI Jakarta
banyak terdapat universitas yang mengadakan pendidikan bahasa Jepang di salah
satu fakultasnya. Hal tersebut untuk memfasilitasi peminat bahasa Jepang di
tiap daerah yang terus meningkat. Di Jawa Timur, sekitar pada tahun
1980-1990-an setidaknya ada tiga universitas yang menyelenggarakan pendidikan
bahasa Jepang, yaitu Unesa, sebagai universitas Negeri pertama tingkat sarjana
yang menyelenggarakan pendidikan bahasa Jepang di Jatim awal tahun ’80-an,
disusul Unitomo pada tahun 1992 dan kemudian Untag pada tahun 1994[1].
Akan
tetapi, universitas tersebut masih belum mampu menampung besarnya peminat
pembelajar bahasa dan sastra Jepang. Hingga sampai kisaran tahun 2006, jumlah
universitas yang mengadakan pendidikan bahasa Jepang menjadi enam, diantaranya;
Universitas Pesantren Tinggi Darul Ulum, Unibraw, Unair, Unesa, Unitomo dan
Untag. Hal itu merupakan wujud antisipasi terhadap pengaruh budaya dan
teknologi Jepang yang terus berkembang dengan menampung para peminat akan bahasa
dan sastra Jepang yang nantinya mencetak lulusan yang menguasai akan bahasa dan
bidang kejepangan lain dengan baik agar bisa cepat terserap ke dalam dunia
kerja yang ada sebagai tenaga kerja profesional.
Surabaya
sebagai kawasan ibukota dan pusat dagang kawasan Jawa Timur dalam
perkembangannya hingga tahun 2013 ini, terdapat setidaknya empat universitas
yang mengadakan pendidikan bahasa Jepang, yaitu Unesa dan Unair, sebagai
universitas negeri yang mengadakan pendidikan bahasa Jepang dan Unitomo dan Untag
sebagai Universitas swasta yang mengadakan pendidikan bahasa Jepang di
Surabaya.
Bahasa
Jepang di Surabaya makin digemari setidaknya disebabkan karena beberapa faktor
seperti anime, manga, film dan lagu Jepang yang digandrungi oleh sebagian besar
masyarakat. Perkembangan pendidikan bahasa Jepang di Surabaya dimulai sejak
tahun ’80-an. Awalnya, bahasa Jepang diajarkan di Perguruan Tinggi saat
dibukanya jurusan pendidikan bahasa Jepang di Unesa, baru setelahnya berkembang
pada level Sekolah Menengah Atas.
Bahasa Jepang dinilai
penting untuk dimasukkan ke dalam pendidikan perguruan tinggi dikarenakan tidak
sedikit perusahaan Jepang yang berinvestasi di Indonesia [2]
dan juga di Surabaya. Jepang selain berkontribusi dalam pembangunan berbagai
bidang di Indonesia seperti pendidikan, kesehatan, dan infrastruktur, juga
menjadi investor dan mitra dagang terbesar bagi Indonesia[3].
Hal ini dinilai akan membuka peluang kerja baru bagi masyarakat terlebih di
Surabaya. Terlebih Surabaya juga merupakan salah satu kota perdagangan besar di
Indonesia.
Penguasaan terhadap
bahasa asing terutama bahasa Jepang memiliki prospek yang cukup menjanjikan di
Surabaya. Ketersediaan lapangan pekerjaan, jika menguasai bahasa Jepang tidak
lagi terbatas pada lapangan pekerjaan yang ada di Indonesia tetapi juga di
Jepang. Hal ini tercermin dari semakin bertambahnya jumlah permintaan pihak
Jepang terhadap tenaga kerja yang profesional melalui berbagai program sebagai
bentuk kerjasama kedua negara.
Berdasar
dari hal itulah tiap-tiap universitas yang mengadakan pendidikan bahasa Jepang di
Surabaya terus berupaya meningkatkan mutu pendidikan dan pengajaran bahasa
Jepang. Setiap tahunnya dibuka tes seleksi beasiswa yang diselenggarakan
pemerintah lokal bekerja sama dengan pemerintah Jepang berdasarkan perjanjian
kerjasama yang telah dibuat[4].
Namun juga mahasiswa bisa dengan cara mandiri untuk mencari beasiswa yang
sesuai dengan keinginannya, baik tempat maupun bidang yang akan didalami. Karena
memang kebanyakan pelajar yang mendapatkan beasiswa ke Jepang dari kalangan
mahasiswa, baik dari segi akademik maupun non akademik.
Tidak
hanya pengiriman atau pertukaran pelajar
antar universitas di Jepang dan Surabaya, pengiriman native speaker
di tiap universitas pun dilakukan, bekerjasama dengan The Japan Foundation,
Japan Club, Ashinaga dan Jica Jepang, dll tiap tahun guna membantu
mahasiswa dalam mendalami dan memahami Jepang (dari segi tata bahasa, budaya
dan kebiasaan) juga membantu para dosen dalam pengajaran bahasa Jepang.
Selain
itu, bermunculan juga tempat kursus bahasa Jepang di Surabaya seperti Jasmin,
Imc, Shinju dan Pusat bahasa ITS sebagai penunjang dalam pemahaman bahasa
Jepang yang diajarkan baik di sekolah maupun perguruan tinggi. Tempat tersebut
pun tidak luput dari perhatian masyarakat, terutama yang memeiliki ketertarikan
akan Jepang. Yang mengikuti kursus tidak hanya berasal dari kalangan mahasiswa
atau pelajar dan pengajar, tetapi juga dari kalangan umum yang ingin bekerja di
perusahaan Jepang namun belum memiliki sertifikat JLPT yang merupakan syarat
utama untuk bekerja disana.
B. Universitas
Penyelenggara Pendidikan Bahasa Jepang di Surabaya.
Berikut
akan dijelaskan mengenai Universitas yang memiliki prodi sastra Jepang yang ada
di Surabaya mulai sejak berdiri hingga perkembangannya sampai dengan tahun 2013.
1. Universitas Negeri Surabaya
Program Studi Pendidikan Bahasa
Jepang Unesa didirikan pada tahun 1981. Dan merupakan Universitas tertua yang
memiliki Prodi Pendidikan Bahasa Jepang di surabaya dan Jawa Timur. Hal
ini dikarenakan banyaknya PMA Jepang yang masuk di Jawa Timur, khususnya daerah
Surabaya yang banyak membutuhkan banyak pegawai yang terampil dalam berbahasa
Jepang. Bekerjasama dengan Japan Foundation dan Konjen Jepang Surabaya
dan langsung mendapatkan bantuan tenaga pengajar. Seketika Prodi Bahasa Jepang
ini menjadi favorit dan terkenal.
Sampai
kisaran tahun 1999 jumlah mahasiswa tiap angkatan berjumlah 35-40 orang.
Sekitar tahun 2000-an jumlah mahasiswa yang diterima mengalami peningkatan. Sejak
pertama kali dibuka hingga sekarang, Prodi Bahasa Jepang ini langsung
mendapatkan posisi, baik di dalam kampus maupun di masyarakat. Hal itu
disebabkan karena ada keterlibatan langsung dari pihak Jepang dari sejak awal
berdiri dan masyarakat menilai bahwa hal tersebut merupakan sesuatu yang jarang
ada orang asing yang mengajar langsung dalam skala universitas. Selain
mendapatkan bantuan pengajar berupa native speaker, juga mendapatkan
bantuan fasilitas lain berupa laboratorium bahasa Jepang.
Rata-rata
native speaker yang didapat berjumlah dua orang. Satu sebagai pengajar,
namun bukan pengajar reguler, seperti benkyokai dan juga kegiatan yang
langsung terlibat dengan mahasiswa. Dengan bantuan native speaker
tersebut, keaktifan mahasiswa terlihat jelas dengan mereka yang sering mencari
orang yang bersangkutan. Dan satu lagi ditempatkan dalam program sertifikasi
guru. Para native speaker itu didapat dari bantuan Japan Foundation.
Tetapi tidak setiap tahun mendapatkan dua orang, terkadang hanya satu orang
saja.
Para
dosen yang ada minimal bergelar S2.
Total keseluruhan dosen ada 16 orang. Ada tiga dosen yang sedang mengambil S3
dan enam dosen S3 yang sedang mengajar. Untuk lulusannya hanya sedikit yang
langsung melanjutkan S2, kebanyakan mereka akan bekerja dulu baru kemudian jika
ada kesempatan akan melanjutkan kuliah S2. Prodi Bahasa Jepang Unesa sebagai
yang pertama dan yang tertua di Jatim dan Surabaya mendapatkan kepercayaan
sebagai tempat diselenggarakannya tes kemampuan bahasa Jepang atau Nouryouku
Shiken yang diadakan Konjen Jepang Surabaya untuk wilayah Jatim.
Gelar
yang didapat dari prodi ini setelah lulus adalah Sarjana Pendidikan[5].
Kurikulum yang diterapkan adalah yang mengarah untuk mencetak lulusan yang
memiliki kompetensi sebagai pengajar/guru. Sekitar 80% guru-guru SMA se-Jatim
merupakan lulusan dari Prodi Bahasa Jepang Unesa. Namun tidak hanya itu,
dosen-dosen prodi/jurusan yang sama di beberapa universitas negeri ternama pun
juga ada yang berasal dari Unesa. Berkenaan dengan kurikulum yang diajarkan,
bidang utama pengajaran di Prodi ini adalah bidang linguistik dan tata bahasa,yang
berkaitan dengan hal pengajaran, untuk bidang sastra sedikit yang diajarkan. Meskipun
demikian tidak semua lulusan bekerja sebagai guru/tenaga pengajar, disesuaikan
dengan ketersediaan lapangan pekerjaan sebagai guru yang ada. Tidak sedikit
dari mereka yang akhirnya bekerja di perusahaan.
Banyak
prestasi yang telah diraih Prodi Bahasa Jepang Unesa baik regional maupun
nasional dalam lomba yang sering diadakan oleh Konjen Jepang Surabaya ataupun
lembaga Jepang yang lain. Salah satunya adalah Mombusho, yang sering
diraih mahasiswa Prodi Bahas Jepang Unesa, tidak hanya beasiswa S1, S2 dan S3
pun juga melakui tes yang diadakan tiap tahun. Unesa melakukan kerjasama dengan beberapa
perguruan tinggi di Jepang di antaranya dengan Nagoya University (pada
awal tahun ’90-an), Aichi University (sekitar akhir tahun ’90-an), dan Tsukuba
University[6].
Kerjasama
dengan Nagoya dan Aichi merupakan jalinan kerjasama yang selama
ini lancar. Dalam skala Universitas, ada kerjasama bidang teknik dengan JICA
sejak tahun 2000-an hingga sekarang. Salah satu bidang kerjasamanya berkenaan
dengan air dan Unesa punya sebuah produk air kemasan sendiri hasil dari
kerjasama tersebut. Berkenaan dengan hal pendidikan, kerjasama antara Unesa
dengan Jepang berupa pelatihan terhadap guru mengenai penerapan adaptasi lesson
study yang berhasil dilakukan oleh Makoto Yoshida di Jepang, sebagai
pelengkap perkembangan penelitian tindakan kelas[7].
Belum ada kerjasama spesifik
dengan perusahaan Jepang, namun tidak sedikit permintaan dari berbagai
perusahaan Jepang akan lulusan Prodi Bahasa Jepang Unesa.
Meskipun
bertujuan utama untuk mencetak guru, namun prodi ini juga memasukkan mata
kuliah yang sekiranya dibutuhkan di masyarakat sebagai mata kuliah tambahan. Hal
tersebut terus disesuaikan dengan melihat perkembangan kebutuhan masyarakat. Sehingga
nantinya para lulusan tersebut bisa mencoba peluang kerja selain bidang
keguruan yang telah diajarkan, seperti menjadi interpreter, manajemen bisnis
dan lain-lain. Dan mungkin sekiranya mereka sudah masuk ke perusahaan yang sama
sekali berbeda dengan bidang mereka, mau tidak mau mereka akan mempelajari dari
awal/learning by doing di perusahaan tersebut.
2. Universitas Dr. Soetomo Surabaya
Jurusan sastra Jepang Unitomo
Surabaya didirikan sejak tahun 1992. Hal tersebut didasarkan atas pandangan
ketua yayasan Unitomo yang melihat bahwa banyaknya perusahaan Jepang yang
berkembang di Surabaya, khususnya sektor industri pastinya membutuhkan tenaga
kerja yang trampil akan bahasa Jepang. Guna memfasilitasi hal tersebut maka
didirikan jurusan Sastra Jepang Unitomo dalam naungan Fakultas Sastra Unitomo
Surabaya. Jurusan ini terdaftar di Dikti pada tahun 1993. Sejak diberdirikan program yang dibuka adalah program
strata satu atau S1.
Pada
awal pembukaan, animo masyarakat belum terlalu banyak, hanya sekitar 40 orang
dan hanya dijadikan satu kelas pada sore hari. Namun dengan seiring berjalannya waktu, peminat akan
jurusan Sastra Jepang semakin banyak, maka dibuka juga kelas pagi.
Setelah kelas pagi ini dibuka, kelas pagi ini dirasa lebih berkembang daripada
kelas sore. Hal tersebut dikarenakan mahasiswa yang
mengambil kelas sore kurang fokus dalam
kuliah karena lelah bekerja.
Jadi kelas sore sedikit demi sedikit mulai berguguran. Seiring dengan
berjalannya waktu jumlah mahasiswa yang diterima di Sastra
Jepang Unitomo mengalami pasang surut. Hal tersebut dikarenakan bermunculan universitas yang mengadakan jurusan sastra jepang.
Di Sastra Jepang Unitomo membuka tiga macam kelas, yaitu kelas reguler yang
berisi mahasiswa Sastra Jepang reguler baik kelas pagi ataupun sore.
Kelas berikutnya adalah kelas mahasiswa asing yaitu kelas yang dikhusukan untuk
mahasiswa Jepang yang melakukan program kuliah satu tahun di Unitomo. Kelas yang terakhir adalah kelas khusus, yakni kelas yang menerima transfer program
diploma dari universitas lain.
Kurikulum yang dipakai disesuaikan dengan kebutuhan yang
ada di sekitar. Selain pemberian mata kuliah yang
berkenaan dengan bidang sastra dan linguistik – pengklasifikasian bidang yang
ada di Unitomo, juga diberikan mata kuliah tambahan sesuai dengan apa yang
sedang dibutuhkan masyarakat saat ini. Prospek lulusan ini diharapkan bisa menjadi guide, tenaga pengajar,
interpreter ataupun bekerja di perusahaan Jepang, seperti terdapat mata kuliah pilihan yang berhubungan
dengan minat minat yang dimiliki oleh setiap mahasiswa. Dalam kurun waktu tiga
sampai lima tahun, selalu ada
peninjauan kembali kurikulum yang dipakai pada tiap tahunnya. Kurikulum juga
bersifat fleksibel, yang mana bisa disesuaikan dengan keadaan dan kebutuhan lingkungan.
Prestasi yang di dapat prodi ini sangatlah banyak, namun
lebih menonjol dalam bidang pidato bahasa Jepang yang
diadakan oleh Konjen Jepang Surabaya.
Dari sejak pendiriannya sampai saat ini, Sastra Jepang Unitomo tetap
mendapatkan predikat juara dalam lomba pidato. Selain itu, Unitomo juga berprestasi dalam program
monbushou satu tahun dan program Genesis (program dua bulan ke jepang). Unitomo punya jalinan kerjasama dengan salah satu
universitas ternama di Jepang, yaitu dengan Setsunan University Osaka
Jepang. Program tersebut berupa pertukaran pelajar dan sudah dilakukan untuk
yang ke lima kalinya[8].
Kerjasama
dengan Setsunan tersebut sudah berlangsung sejak tahun 1990-an. hingga tahun ajaran 2013/2014 ini.
Hal ini dikarenakan masih adanya kepercayaan dari Setsunan University terhadap
Unitomo.
Enam mahasiswa Jepang yang menjalani
pertukaran pelajar di Unitomo[9]
akan diarahkan untuk belajar tentang pendalaman bahasa Indonesia dan pengenalan
akan budaya Indonesia. Disamping itu mereka juga harus melakukan kuliah
lapangan dan membuat karya tulis ilmiah. Total mahasiswa Osaka yang ada di
Unitomo berjumlah delapan orang[10],
karena sebelumnya sudah ada dua orang yang lebih dulu ada di Unitomo.
Namun sempat terhenti pada saat masa reformasi di Indonesia karena pemerintah Jepang
menilai kondisi politik Indonesia sedang tidak stabil. Setelah ketegangan
mereda, hubungan kerjasama tersebut dimulai lagi.
Selain
itu juga ada kerjasama dengan Kouchi university. Kerjasama tersebut dalam
pengadaan native speaker. Keberadaan
native speaker di Sastra Jepang Unitomo sangat membantu sekali.
Interaksi mahasiswa dengan para native speaker sangatlah intens. Dimana
para native tersebut selain mengajar mahasiswa di dalam kelas, juga berperan
sebagai tempat sharing bagi mahasiswa tentang kurabu yang berhubungan
dengan kejepangan. Dalam bidang akademik, mahasiswa yang berangkat ke jepang
lebih mengandalkan program Mombusho ataupun hadiah lomba pidato. Karena
memang, sastra Jepang Unitomo hampir di setiap tahun selalu mendapatkan juara
satu ataupun juara dua. Dan sekarang perjanjian yang sedang dirundingkan dengan
pihak Ugekage yang berada di Osaka mengenai study lanjut S2 ke jepang. Kerjasama
yang lain yaitu dengan IIP, IFCA, Departemen Pariwisata Jepang dll.
Kerjasama dengan IIP dan IFCA dalam pengadaan native speaker.
Sedang dengan Departemen Pariwisata Jepang melalui Konjen Jepang Surabaya yaitu
mengadakan workshop mengenai shodo, musik tradisional Jepang, dll.
Dosen
yang ada di Sastra Jepang Unitomo sejak awal berdirinya berjumlah tujuh orang,
yang kebanyakan lulusan Universitas Padjajaran dan minimal harus S2. Hingga
saat ini berjumlah 12 orang dengan tiga orang native speaker dan lima
orang merupakan alumni unitomo sendiri. Sedangkan tenaga pengajar yang masih
melanjutkan study S2 sebanyak empat orang. Ada yang melanjutkan di Jepang, UNS,
Universitas Padjajaran dan Unesa. Kendala yang dihadapi dalam tenaga pengajar
dan juga dalam hal mahasiswa. Dimana tenaga pengajar di Unitomo masih bisa
dibilang sangatlah minim, sementara permintaan dari pihak luar sangatlah besar.
Seperti pengajaran dalam bidang perhotelan, budaya Jepang maupun untuk
perusahaan ataupun diminta membantu mengajar di kampus lain. Hal tersebut
sangatlah menjadi kendala, dikarenakan tenaga pengajar yang sebagian ada yang
masih melanjutkan S2, jadi tenaga pengajar yang tinggal sangatlah sedikit.
Dalam
hal mahasiswa kendala yang dihadapi adalah keberagaman kemampuan dalam menerima
pelajaran. Dimana mahasiswa yang berkemampuan lebih tinggi harus menunggu
mahasiswa lainnya yang kemampuan menangkap pelajarannya rendah. Hal tersebut
juga akan berdampak pada psikologis mahasiswa yang kemmpuannya lemah yang
kemungkinan dia mempunyai perasaan rendah diri dan yang kemampuannya sudah
diatas akan merasa jenuh untuk menunggu. Ditambah lagi, native speaker
yang sama sekali tidak bisa berbahasa Indonesia, juga kadang menimbulkan
permasalahan tersendiri bagi mahasiswa, terutama yang penyerapan materi agak
lambat.
Untuk
mensiasati perbedaan kemampuan tersebut, dosen mengadakan bimbingan atau
semacam kelas tambahan di luar jam kuliah bagi mahasiswa berminat, diutamakan
untuk mahasiswa yang kemampuan bahasa jepangnya masih lemah. Kegiatan ini
merupakan kegiatan sukarela yang dilakukan oleh dosen, untuk menanggulangi
perasalahan dalam pihak mahasiswa. Agar tercipta keseimbangan kualitas
mahasiswa baik yang masih belajar ataupun lulusannya nanti. Untuk syarat
kelulusan di Sastra Jepang Unitomo, pada sistem awal mahasiswanya harus lulus
Noryouku Shiken level dua. Bagi mahasiswa yang belum bisa lulus level dua, pihak
jurusan mengadakan ujian kesetaraan yang diadakan dalam lingkup universitas
yang levelnya sama dengan level dua Noryoku Shiken. Namun dengan sistem baru Noryouku
Shiken, saat ini minimal harus lulus N3, karena ada perbedaan yang cukup besar
antara N2 dengan N3.
Bagi
yang belum lulus N3 ini, sudah tidak ada lagi ujian kesetaraan yang diadakan
universitas seperti sebelumnya, sehingga mereka diharuskan untul lulus N3.
Mahasiswa yang akan mengambil metode penelitian pada semester tujuh, sebelumnya
haruslah lulus noryouku shiken N3 terlebih dulu. Sehingga untuk mensiasatinya, mahasiswa
pada tingkat pertama pun diwajibkan untuk mengikuti noryouku shiken N5. Hal
tersebut bertujuan agar nantinya pada saat tingkat tiga sudah bisa mengambil N3.
Unitomo memiliki kegiatan rutin
setiap tiga bulan sekali yang dinamakan kondankai[11]
(ramah tamah). Dalam acara ini dihadiri beberapa Expat
Jepang Jawa Timur yang tergabung dalam East Java Japan Club (EJJC).
Mereka adalah orang Jepang yang bekerja di Indonesia. Dalam acara ini
masing-masing peserta hanya membicarakan sesuatu yang sama antara negara
Indonesia dan Jepang, sambil melatih keterampilan berbahasa. Namun pada saat
kondankai yang ke-50 diadakan berbagai perlombaan untuk mempererat jalinan
antar sesama, diantaranya Lomba Janken (Suit Jepang), Lomba Shodo
(menulis Kanji), serta demo membuat ketupat sebagai peringatan dan suasana baru[12].
Dari acara ini sangat memotivasi mahasiswa untuk bisa berkomunikasi dengan
orang Jepang menggunakan bahasa Jepang yang baik. Pelaksanaan acara ini panitianya
diambil dari mahasiswa Unitomo sendiri. Setiap acara pasti dengan panitia yang
berbeda. Dimana mahasiswa yang sebagai pelaksana juga belajar bagaimana
berbicara di depan banyak orang menggunakan bahasa Jepang baik sebagai
moderator ataupun sebagai peserta.
Pada
awalnya kodankai dilaksanakan setiap satu bulan sekali. Namun karena
dirasa dalam jangka waktu itu terlalu cepat, maka pelaksanaanya sekarang
menjadi 2-3 bulan sekali. Jika pihak orang Jepang sedang sibuk, kegiatan ini
bisa diundur, menyesuaikan jadwal dari para orang Jepang tersebut. Tema diskusi
dalam setiap pertemuannya berbeda-beda. Tergantung panitia pelaksana yang menentukan.
Dari diskusi ini juga menjadi sarana berbagi informasi tentang kebudayaan
Indonesia dan Jepang. Memang penggunaan bahasa Indonesia tidak dipakai saat kondankai,
namun kira-kira pada 15 menit terakhir, diskusi menggunakan bahasa Indonesia.
Hal tersebut dengan tujuan agar orang Jepang pun juga bisa berbahasa Indonesia
dan bisa saling mengenal dan memahami.
Bantuan-bantuan
dari pihak Jepang tidak hanya berupa native speaker, dari Japan Club dengan diadakannya acara kondankai juga
memberikan bantuan seperti buku-buku, majalah maupun permainan–permainan yang
pada saat mereka mau kembali ke Jepang diberikan kepada pihak unitomo. Sampai saat
ini, kerjasama antara Unitomo dan
Japan Club masih terjalin dengan baik. Dan diharapkan kepercayaan yang sudah
dibangun tersebut dapat berangsung sampai nanti. Sastra Jepang Unitomo Surabaya pada 11 Februari 2009
mendapat dosen tamu dari Jepang yang bernama Rie Kojima sebagai native
speaker untuk prodi sastra Jepang Unitomo sekitar selama 10 bulan.
Kedatangan dosen tamu itu merupakan program genesis[13]
dari Japan Foundation. Selama menjadi
asisten dosen, akan mengevaluasi perkembangan program genesis tersebut. Jika
memuaskan, Japan Foundation berencana melanjutkan program tersebut.
Unitomo dipercaya sebagai perguruan
tinggi yang mendapatkan dosen tamu program genesis untuk kawasan Jatim.
Sebab, jurusan sastra Jepang di Unitomo memungkinkan untuk menerima
transformasi sistem pembelajaran sesuai kurikulum di Jepang. Demikian halnya
nanti Kojima juga belajar sistem pembelajaran di Indonesia sebagai timbal
balik. Menurut Pembantu Dekan I Fakultas Sastra Unitomo Cicilia Tantri
kedatangan dosen tamu tersebut dirasa sangat membantu perkembangan pembelajaran
sastra Jepang di Unitomo.
Pada
27 Juli 2010 Konjen Jepang di Surabaya Masaaki Takano meresmikan Laboratorium
Bahasa Jepang Unitomo Surabaya yang merupakan hibah dari Pemerintah Jepang
kepada Fakultas Sastra Unitomo berupa peralatan laboratorium bahasa senilai
64,978 dolar AS atau Rp. 598 juta.[14].
Hal tersebut merupakan sebuah apresiasi khusus dari pemerintah Jepang, karena
Unitomo adalah salah satu pusat berkembangnya pendidikan Bahasa Jepang di Jawa
Timur dan yang telah banyak memberikan kontribusi dalam pengembangan
pembelajaran Sastra Jepang dan lulusannya sudah banyak yang berperan dalam
dunia usaha dan investasi Jepang di Jawa Timur. Juga cukup banyaknya masyarakat
di Surabaya yang memiliki minat akan bahasa Jepang yang jumlahnya tiap tahun
meningkat merupakan kinerja Unitomo.
Kepercayaan dunia usaha terhadap
kualitas lulusan FS Unitomo jurusan Sastra Jepang terus saja meningkat. Sebuah
perusahaan PMA asal Jepang, PT Fukusuke Kogyo Indonesia, melakukan
rekrutmen terhadap para lulusan dan calon lulusan salah satu program studi
favorit di Unitomo ini pada 28 Mei 2012. Direktur Utama, Sigit Widodo, dan
bahkan Presiden Direktur, Mr. Hideki Miyazaki, untuk melakukan wawancara
terhadap 5 kandidat terpilih[15].
Nantinya mereka akan mendapatkan On The Job Training selama setahun di
Jepang agar terbiasa dengan cara kerja dan budaya perusahaan[16].
Pada 26
September 2012 Fakultas Sastra Unitomo menerima kunjungan mahasiswa sastra
Jepang Universitas Pendidikan Ganesha (UNDIKSHA) Singaraja Bali. Kunjungan ini
dalam rangka study banding antar prodi sastra Jepang di kawasan Jatim dan
Unitomo dianggap sebagai salah satu universitas yang diperhitungkan di kancah
sastra Jepang di Jawa Timur karena prestasi akademiknya cukup tinggi. Sehingga
tidak sedikit pengakuan PMA untuk Fakultas Sastra sehingga banyak dari mereka
langsung merekrut pegawainya di Fakultas Sastra Unitomo[17].
3. Universitas 17 Agustus Surabaya
Sastra
Jepang Universitas 17 Agustus Surabaya didirikan pada tahun 1994 dengan
dukungan dari pihak Sastra Jepang Unpad dan Konjen Jepang Surabaya[18].
Dilatar-belakangi akan meningkatnya kebutuhan sarjana yang menguasai bahasa
Jepang dan ilmu kejepangan. Dan di Surabaya, Jatim masih ada dua universtas
yang memiliki jurusan serupa, yaitu Unesa dan Unitomo. Saat pengajuan nama,
diusulkan dengan nama Jurusan Bahasa dan Satra Jepang, tapi SK Kementrian Pendidikan
yang keluar adalah Jurusan Bahasa Jepang di bawah naungan Fakultas Sastra. Pada
saat awal pendirian pihak fakultas kurang memperhatikan apakah Jurusan ini
bergerak bidang bahasa dan sastra atau bahasa saja atau sastra saja, namun
dalam perjalanannya tetap dikenal sebagai Jurusan Sastra Jepang Untag.
Saat
dilakukan peninjauan ulang pada tahun 2009 tentang SK Kementrian yang didapat,
baru disadari bahwa nama yang didapat adalah Jurusan Bahasa Jepang dan beberapa
mata kuliah yang mengkaji sastra agak dikurangi[19].
Pada tahun yang sama terakreditasi
B berdasarkan Surat Keputusan Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi
(BAN-PT) Nomor 011/BAN-PT/AK-XII/S1/V/2009[20].
Fokus
dari pengajaran di Untag adalah bidang linguistik namun juga masih memberikan
materi mengenai budaya Jepang karena budaya dinilai masih ada hubungannya
dengan bahasa.
Pada
saat pertama kali dibuka, pendaftar yang berminat akan bahasa Jepang sangat
tinggi sekitar 80 orang. Tetapi pada tahun kedua merosot tajam sampai hanya
sekitar 20 orang mahasiswa. Masih menjadi sebuah pertanyaan mengapa sampai terjadi
animo yang seperti itu di masyarakat. Untuk tahun-tahun berikutnya tidak ada
kecenderungan naik terus ataupun turun terus. Bisa dikatakan bahwa tahun-tahun
berikutnya mengalami variasi jumlah orang yang mendaftar.
Namun
pada tahun 2007-2008 kecenderungannya adalah menurun seiring dengan adanya
kebijakan pemerintah yang mempersilahkan perguruan tinggi negeri untuk menerima
mahasiswa dengan jalur mandiri. Hal tersebut menyebabkan masyarakat cenderung
untuk memilih masuk ke PTN. Dan dampaknya amat terasa terhadap perguruan tinggi
swasta, terutama jurusan Bahasa Jepang Untag yang jumlah mahasiswanya sangat
menurun. Pada 2011-2013 ada peningkatan jumlah mahasiswa yang masuk. Berkenaan
dengan pembagian kelas, ada kalanya bisa dijadikan 2 kelas, namun juga ada
kalanya hanya bisa dijadikan satu kelas. Hal tersebut melihat jumlah mahasiswa
yang ada tiap tahun, apakah memungkinkan untuk dibagi menjadi 2 kelas atau
hanya satu kelas. Yaitu kelas pagi ataupun malam.
Lulusan
dari prodi Bahasa Jepang Untag ini menurut data yang ada kebanyakan dari mereka
melakukan wirausaha dan yang bekerja di bidang pendidikan jumlahnya minim.
Namun ada juga mereka bekerja di perusahaan baik yang sesuai dengan jurusan
ataupun tidak juga ada. Jika dipersentase, bisa dikatakan 50% dari mereka
melakukan wirausaha dan 50% sisanya bekerja di bidang pendidikan dan di
perusahaan. Tidak banyak prestasi yang diperoleh karena fokus dari pengajaran
di Prodi ini bukan melulu mengejar prestasi per-individu, melainkan menyiapkan
lulusan yang mandiri. Agar mereka tidak terlalu mengandalkan lapangan pekerjaan
yang tersedia, karena melihat jaman sekarang yang mengharuskan generasi muda
untuk mandiri. Juga, melihat jumlah lulusan mahasiwa Prodi Bahasa dan Sastra
Jepang di seluruh Jatim dan Indonesia yang banyak sekali yang terkadang tidak
sebanding dengan jumlah lapangan pekerjaan yang tersedia sesuai dengan bidang
mereka.
Bahasa
Jepang tetap merupakan kemampuan pokok yang harus dikuasai mahasiswa Bahasa
Jepang Untag, tetapi bukan berarti menjadi modal utama untuk mencari pekerjaan,
karena pada saat terjun dalam masyarakat harus bisa jeli apa yang sedang
dibutuhkan masyarakat namun yang belum tersedia oleh lapangan pekerjaan yang
banyak ditawarkan. Sehingga saat mereka berwirausaha bisa memanfaatkan
kemampuan berbahasa Jepang mereka dengan berkolaborasi dengan orang Jepang
langsung dengan menciptakan sesuatu yang baru.
Kolaborasi
yang dilakukan para lulusan biasanya dilakukan secara mandiri, yaitu dengan
mereka secara aktif mencari orang Jepang yang bisa diajak kerjasama. Tidak
hanya untuk urusan wirausaha, untuk studi lanjutan pun dilakukan secara mandiri
dengan mencari beasiswa secara aktif langsung ke universitas yang ingin dituju.
Karena memang Jepang banyak menawarkan program beasiswa bagi pelajar asing yang
ingin belajar di Jepang. Sebagian besar masih berada di Jepang, untuk bekerja
di perusahaan dan lain-lain. Kecenderungan
jalinan kerjasama yang dilakukan adalah dengan lembaga yang bisa
membantu menyalurkan lulusan lulusan Bahasa Jepang Untag untuk belajar ke
Jepang.
Juga,
Untag punya jalinan kerjasama dengan Kansai University, Shizuoka
International School, dan salah satu perguruan tinggi di Osaka. Hal
tersebut bisa dijadikan sebagai batu loncatan mahasiswa yang masih aktif
ataupun para lulusan untuk bersekolah di Jepang ataupun bekerja disana. Dengan
harapan bahwa nanti setelah lulus dari Jepang baik dari segi akademik ataupun
perusahaan Jepang bisa berwirausaha saat kembali ke Indonesia.
Kegiatan
kerjasama tersebut tidak serta merta terjalin dalam waktu singkat, melainkan
dari hasil kepercayaan yang terjalin setelah beberapa kali melakukan kegiatan
bersama sampai akhirnya tercipta jalinan kerjasama secara resmi. Contoh
kerjasamanya biasanya mengadakan Language School Education Fair, jadi
ada pameran pendidikan yang diadatangi oleh oleh lembaga-lembaga dari Jepang.
Lalu, ada juga kuliah umum yang diberikan oleh universitas dari Jepang. Kemudian juga, program student
exchange ke beberapa universitas di Jepang. Selain itu juga, pihak dari universitas di Jepang
juga membantu mahasiswa yang berangkat ke Jepang dalam hal tempat tinggal atau
jika ingin ber-arubaito, dan mungkin menginginkan untuk sekolah lanjut
di Jepang.
Praktek
kegiatan bersama tersebut sudah dilakukan kira-kira sejak tahun 2002 dan ikatan
resmi melalui penanda-tanganan MOU masih baru beberapa tahun terakhir. Sebagai
contoh jalinan kerjasama dengan Kansai University yang baru terjalin
pada tahun 2012[21] lalu.
Tindak lanjutnya adalah dengan datangnya dua orang utusan dari Kansai, mereka
adalah Kimura Masaki (International Plaza Group Division of International
Affairs) dan Furukawa Tomoki PhD (Pengajar Bahasa Jepang)[22].
Latar belakang terjalinnya kerjasama ini adalah karena dua universitas ini
punya kesamaan visi tentang pendidikan terutama yang berkaitan dengan budaya.
Dan dari pihak Kansai University akan mengolah dengan matang rencana kerjasama
ini dengan tujuan agar mahasiswa Indonesia, khususnya Untag Surabaya bisa
melanjutkan pendidikan di Kansai University dengan program beasiswa[23].
Maret 2011, diadakan lomba Kanji Cup di Untag
bekerjasama dengan Konjen Jepang Surabaya. Acara tersebut berhasil menyedot
animo peserta dari berbagai sekolah dan kampus di Jawa Timur[24].
Pada tahun 2012 Untag akan membuka Japanese Language and Cultural Center di
bawah Fakultas Sastra dan setiap tahun Untag akan mengadakan pameran pendidikan
di kampus karena Untag sudah beberapa kali bertukar mahasiswa dengan pemerintah
Jepang[25].
Untuk pengiriman mahasiswa ke Jepang, Untag tidak mengikuti program Monbushou. Memang
merupakan beasiswa yang bergengsi, tapi bagi pihak Untag sendiri tidak terlalu
mengandalkan Monbusho saja. Dikarenakan,
program tersebut diperuntukkan untuk mahasiswa yang mempunyai nilai edukasi
tinggi dan diperebutkan oleh banyak mahasiswa di seluruh Indonesia. Untuk
menghindari hal tersebut, pihak Untag mengadakan kerjasama dengan universitas di Jepang
untuk dapat mengirimkan mahasiswanya ke Jepang tanpa melalui program Monbushou.
Program pengiriman mahasiswa ke Jepang ini biasanya
menggunakan biaya sendiri. Namun, biasanya biaya yang dikeluarkan oleh
mahasiswa itu hanya di awal saja. Karena tidak menutup kemungkinan untuk
mencari beasiswa yang ada di universitas setelah datang ke Jepang. Dengan
kata lain, sebagai gambaran kasarnya adalah pada tahun pertama mahasiswa yang
belajar ke Jepang menggunakan biaya sendiri, selama di sana mereka bisa
mengajukan untuk beasiswa lanjutan. Selain
itu, mahasiswa yang ada di Jepang juga bisa ber-arubaito untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya selama di Jepang. Hal itulah yang bisa
membuat mahasiswa belajar mandiri selama di Jepang.
Persentasi
mahasiswa Inodonesia yang belajar ke Jepang dibanding Korea, Cina dan Vietnam
masih kalah. Hal tersebut dikarenakan mereka tidak terklalu mengandalkan Monbusho,
melainkan secara intens mencari beasiswa yang banyak tersebar di
universitas-universitas di Jepang. Hal tersebut yang diterapkan di Sastra
Jepang Untag. Sejak tahun 2002,
mahasiswa untang yang sudah pergi ke jepang melaui jalur alternatif/mandiri itu sebanyak 15 orang. Salah satu diantara yang kembali
ke Indonesia itu menjadi dosen di Untag dan salah satu lagi sudah bekerja di
perusahaan Jepang sebagai manager yang gajinya disetarakan dengan orang Jepang.
Hal tersebut dikarenakan, alumni tersebut sudah dianggap berpengalaman, setalah
tinggal dan bekerja di Jepang, dan selebihnya masih menetap di Jepang sampai
saat ini.
Untuk alumni yang berada di Jepang masih membantu jurusan
ini dalam hal memberikan informasi terkait tentang beasiswa atau lainnya yang
ada di
Jepang kepada mahasiswa maupun
dosen Untag. Tenaga pengajar saat ini berjumlah enam orang yang semuanya merupakan dosen orang Indonesia. Dosen
di Untag sendiri minimal harus sudah berpendidikan S2. Saat ini
tenaga pengajar tidak ada yang sedang melanjutkan study di Indonesia maupun di
Jepang. Tenaga pengajar saat ini masih dirasa kurang, dikarenakan tenaga
pengajar masih bisa dikatakan sangat minim.
Untuk bantuan native speaker saat ini masih belum ada native speaker
tetap, tetapi terdapat native LB (Luar Biasa atau tidak tetap). Dikarenakan native
speaker tetap sudah kembali ke Jepang pada bulan mei 2013
lalu. Untuk sementara masih menggunakan native LB
dan mungkin akan tetap menggunakan native LB. Untuk mendatangkan native
speaker Untag
menjalin kerjasama dengan Iska dan lembaga yang berada di Kobe. Untuk setiap
tahunnya, pengiriman native speaker ke Untag jumlahnya tidak tetap. Jika pihak lembaga di Jepang
menawarkan kandidat native, pihak Untag belum tentu menerima karena disesuaikan juga dengan kebutuhan yang
ada.
Interaksi native speaker dengan mahasiswa disini
dibatasi dengan profesi native yang sebagai dosen di Untag. Karena
memang native yang datang itu posisinya sebagai dosen dari berbagai kalangan
usia, ada yang fresh graduate
sampai yang berusia lanjut. Hal
tesebut dikarenakan, untag mencari native yang mau mengajar dengan sukarela
atau menjadi voulentir. Namun, tidak menutup kemungkinan mahasiswa berkomunikasi
dengan native speaker di luar jam perkuliahan. Kadang juga ada mahasiswa Jepang
yang belajar pendidikan bahasa Jepang di Jepang melakukan praktek kerja di Untag. Jadi, karena mereka juga masih mahasiswa selain
tugas mereka mengajar juga biasanya berinteraksi dengan mahasiswa untag
sendiri.
Kendala yang sampai saat ini masih dihadapi oleh sastra Jepang Untag adalah
tidak pahamnya terhadap animo masyarakat dalam mempelajari
bahasa Jepang yang masih tidak menentu jumlahnya yang mendaftar di Untag. Dimana Untag sendiri adalah universitas swasta yang tiap
tahunnya harus mengadakan promosi kepada masyarakat. Berbeda dengan universitas
negeri yang tanpa promosi pun masyarakat sudah mengetahui dan berminat untuk
msuk universitas tersebut. Kadang promosi yang diberikan kepada masyarakat
kurang tepat sasaran. Kendala ini menjadi salah satu penyebab ketidakstabilan
jumlah mahasiswa di Untag. Dari hal itu berakibat terhadap sulitnya menerapakan porsi atau
pembagian kelas kelas berdasarkan kemampuan.
Kompetensi mahasiswa di Untag sendiri sangatlah
bermacam-macam. Ada sebagian mahasiswa yang mempunyai kemampuan tinggi, sedang
maupun lemah. Ada juga sebagian mahasiswa yang kuliah sambil bekerja. Kendala
dalam hal ini biasanya ditanggulangi dengan diadakannya benkyoukai oleh
dosen yang diperuntukkan bagi mahasiswa yang kemampuan akademiknya lemah. Namun
dalam pelaksanaannya, yang lebih berminat mengikuti benkyoukai adalah
mahasiswa yang rajin dan kemampuan akademiknya tinggi. Sehingga
malah membuat kesenjangan. Di
universitas swasta ketertinggalan mahasiswa dalam bidang akademik sangatlah
menjadi perhatian dan tanggung jawab dosen. Berbeda dengan universitas negeri yang hampir tidak
pernah memperdulikan mahasiswa yang tertinggal dalam bidang akademik[26].
Saat ini hampir 50% mahasiswa Untag yang kuliah sambil bekerja.
Penerapan
kurikulum yang dipakai saat ini
disesuaikan dengan kebutuhan pasar dunia kerja saat ini. Dimana setiap tahunnya
pasti ada peninjauan ulang dan setiap dua tahun sekali bisa saja terjadi pergantian kurikulum yang
dipakai. Sistem
pendidikan yang digunakan menerapkan sistem SKS yang memberikan peluang kepada
mahasiswa untuk belajar sesuai dengan kemampuan. Muatan kurikulum inti
didasarkan atas ketentuan pemerintah, dan kurikulum lokal disesuaikan dengan
potensi dan kebutuhan tenaga kerja yang siap pakai. Proses belajar mengajar
menggunakan metode komunikatif, diskusi, tugas terstruktur, praktek laboratorium
dan praktek kerja lapangan[27].
Untuk penjurusan di jurusan ini adalah linguistik dan
budaya. Hal tersebut dilatar belakangi karena pada ijin pendiriannya merupakan
jurusah bahasa Jepang, bukan bahasa dan sastra. Lalu budaya dimasukkan sebagai
penjurusan dillatar belakangi karena budaya dianggap sebagai bagian dari
bahasa. Jadi dianggap budaya merupakan unsur yang melekat dalam bahasa yang
tidak dapat dipisahkan. Selain itu, dua jurusan ini merupakan tuntutan dari
pemerintah. Dimana ijin pendiriannya adalah jurusan bahasa Jepang, jadi harus
konsisten dengan apa yang sudah diijinkan.
Bahasa yang digunakan sebagai bahasa pengantar
sehari-hari adalah bahasa Indonesia. Dalam perkuliahan ada sebagian yang
menggunakan bahasa Indonesia ada juga yang menggunakan bahasa Jepang. Untuk
mata kuliah yang berhubungan dengan skill sebisa mungkin menggunakan bahasa Jepang, seperti mata kuliah kaiwa. Sedangkan mata
kuliah yang berisi kontent atau pemahaman disampaikan menggunakan bahasa Indonesia. Hal tersebut dimaksudkan agar mahasiswa
tidak salah
pengertian dalam memahami materi yang diberikan.
Kegiatan mahasiswa sendiri tidak hanya sebatas mengadakan
acara-acara kebudayaan Jepang saja. Tetapi ada juga kegiatan belajar bersama,
yang biasanya diisi dengan acara menonton film bersama. Kegiatan ini bertujuan untuk
memahami bahasa yang dipakai di film atau drama Jepang. Selain itu juga, secara
terpisah ada juga Japanese Culture Centre yang disediakan oleh pihak
universitas pusat. Dimana perkumpulan ini anggotanya tidak hanya dari mahasiswa
untag tetapi juga mahasiswa umum yang berminat. Selain kegiatan tersebut,
mahasiswa juga biasanya membuat acara atau event tertentu yang berhubungan
dengan kejepangan. Seperti cooking club, origami club, conversation club,
dan
lain-lain. Dimana event-event
ini bersifat resmi dan diketahui oleh pihak jurusan. Ruang lingkup event ini
masih dalam lingkup internal jurusan, dikarenakan event ini masih belum
dipastikan pelaksanaanya secara berkala.
Di Untag juga biasanya mengadakan acara semacam kondankai,
namun tidak seperti di Unitomo yang ada kerjasama dengan pihak lembaga
Jepang, namun lebih cenderung
bekerjasama dengan personal orang Jepang yang bersedia datang ke Untag. Kegiatan tersebut juga masih belum menjadi agenda pasti, jadi
pelaksanaanya masih belum dipastikan secara berkala. Untuk perkembangan
mahasiswa dalam berbicara bahasa Jepang dirasa masih kurang. Dimana hal tersebut
dipengaruhi oleh lingkungan yang dimana lingkungan di Untag sendiri tidak mengharuskan berkomunikasi menggunakan
bahaasa Jepang.
Jumlah
mahasiswa yang belajar di Sastra Jepang Untag meningkat menjadi harapan bagi semua
pihak sastra Jepang Untag.
Namun tidak hanya orang-orang yang sekedar ingin tahu tentang bahasa Jepang,
tetapi dengan niat yang sungguh. Agar
tidak ada kesenjangan diantara mahasiswa dan dapat meminimalisasi masalah
tersebut, juga kemampuan mereka tidak kalah jika dibandingkan dengan mahasiswa
kampus lain. Dan dari
itu semua akan mempermudah
dosen dalam memberikan pengajaran kepada mahasiswa. Selain itu juga, dapat
menjadikan kesempatan yang lebih leluasa bagi mahasiswa dalam meningkatkan kemampuan
bahasa Jepangnya.
4. Universitas Airlangga Surabaya
Jurusan
Sastra Jepang Unair ini mulai dirintis sejak tahun 2000. Langkah awal yang
dilakukan yaitu membentuk panitia persiapan pendirian, sosialisasi dan
pengenalan mengenai jurusan ini, melakukan analisa melalui data-data dari
beberapa instansi terkait, studi komparatif ke Universitas Indonesia dan
Universitas Padjajaran dan menghimpun para alumni Jepang yang menguasai bidang
kejepangan untuk diminta menjadi tenaga pengajar bantuan[28].
Akan tetapi, mata kuliah bahasa Jepang Sastra Jepang Unair ini telah diajarkan
sejak tahun ajaran 1999/2000 di Prodi Sastra Inggris dan Sastra Indonesia
sebagai mata kuliah tambahan.
Tiga
orang dosen tetap[29]
calon pengajar Sastra Jepang Unair dipercaya untuk melakukannya dan mereka pula
lah yang merintis pendirian Sastra Jepang Unair ini[30].
Setelah resmi berdiri,
memiliki tujuh dosen pengajar dengan berbagai latar kajian ilmu
seperti: Sejarah dan Pemikiran Tradisional Jepang (Bushido, Konfusionisme),
Sosial Budaya dan Sastra Jepang Kontemporer (Modernitas Jepang,
Kolonialisme, Sub-culture), Teori Linguistik Modern Jepang, Ketrampilan Seni
dan Bahasa Jepang (Shodo, Origami). Hingga sampai pada tahun 2013, total jumlah
dosen yang ada di prodi ini adalah 13 orang.
Pendirian
jurusan ini tidak lepas dari dukungan masyarakat. Berdasar dari angket yang
telah disebar pada April–Juni 2005 di wilayah Surabaya, Sidoarjo dan Malang [31],
diperoleh hasil bahwa para responden menyatakan ingin mengetahui lebih
dalam tentang kebudayaan masyarakat Jepang dalam globalisasi dunia ini yang
menjadi alasan utama mereka setuju akan pembentukan Jurusan Sastra Jepang Unair
ini. Harapan mereka setelah mengikuti pendidikan bahasa Jepang di prodi ini
ingin bekerja di perusahaan Jepang, ingin belajar ke Jepang, ingin melanjutkan
penelitian tentang Jepang ke tingkat yang lebih atas, dan lain-lain[32]..
Responden dari kuisioner ini adalah pelajar, mahasiswa serta masyarakat umum
yang sedang mempelajari bahasa Jepang.
Pada 28 Februari 2006 program studi ini secara resmi berdiri
melalui SK Nomor 815/D/T/2006[33]
dilatar belakangi oleh makin banyaknya interaksi budaya antara Jepang dengan
Indonesia terlebih khusus di Surabaya sehingga menyebabkan pentingnya
pembelajaran bahasa dan budaya Jepang guna memperlancar komunikasi untuk dapat
saling memahami dalam pengenalan budaya masing-masing[34].
Selain itu juga sebagai wadah untuk menampung para calon mahasiswa peminat akan
kejepangan yang kian meningkat namun kapasitas dari lembaga pendidikan
kejepangan yang sudah ada sebelumnya tidak mampu secara maksimal dalam
menampung animo tersebut.
Pada
awal berdiri, sebenarnya Sastra Jepang Unair mendaftarkan diri sebagai Studi
Jepang Unair, karena di dalamnya tidak hanya mempelajari tentang ke-Jepangan
dari segi sastra atau linguistik saja, namun juga mengkaji tentang sejarah dan
budayanya. Namun nama yang diberikan oleh pemerintah kota Surabaya adalah
Sastra Jepang Unair. Meskipun dikenal secara umum dengan sebutan Sastra Jepang
Unair, namun sebenarnya di dalamnya adalah Studi Jepang yang mengkaji tentang
ke-Jepangan yang lebih menfokuskan pada Kajian tentang Kebudayaan Perkotaan[35].
Tujuan
didirikannya jurusan ini adalah untuk mengembangkan bidang kajian bahasa dan
sastra Jepang, memfasilitasi minat masyarakat yang ingin mempelajari bahasa
Jepang. Sehingga nantinya akan menghasilkan lulusan dengan gelar sarjana (S1)
yang berkualitas yang memiliki wawasan keilmuan yang luas serta profesional di
bidang bahasa dan sastra Jepang, bisa berbahasa Jepang secara aktif maupun
pasif yang bisa diaplikasikan ke dalam dunia kerja baik di perusahaan Jepang
ataupun di luar itu. Dalam perjalanannya nanti diharapkan mampu untuk
memberikan kontribusi dalam menyiapkan tenaga profesional dan akademik yang
mampu bersaing dalam dunia investasi global.
Jurusan
ini menjalin kerjasama dengan beberapa pihak, baik lembaga pemerintah maupun
non pemerintah. Untuk lembaga pemerintah, menjalin kerjasama dengan Pemda Dati
I Jatim dalam hal penetapan kurikulum dan ijin penyelenggaraan kegiatan, dengan
Konjen Jepang dalam hal bantuan sarana dan prasarana kegiatan pengajaran berupa
pengadaan laboratorium bahasa yang diresmikan pada tahun 2010. Dengan lembaga
non pemerintah, kerjasama dilakukan dengan Japan Foundation, Japan
International Cooperation Agency (JICA), Ashinaga dan East Java Japan Club
dalam pengadaan bantuan native speaker. Juga melakukan kerjasama dengan
universitas di Jepang, Kumamoto University[36]
dan dengan universitas lain yang ada di Surabaya yang memiliki prodi yang sama,
yaitu dengan Unesa dan Unitomo dalam hal tenaga pengajar tambahan.
Kerjasama
dengan JICA dilakukan sejak tahun 2009. Sastra Jepang Unair mendapatkan satu native
speaker sebagai tenaga pengajar setidaknya selama dua tahun. Kerjasama
dengan Ashinaga[37]
dimulai sejak akhir tahun 2007. Pada awalnya jurusan ini mendapatkan satu native
speaker sebagai asisten pengajar. Sekitar tahun 2010 sampai penelitian ini
ditulis, Sastra Jepang Unair mendapatkan jatah dua native speaker dari Ashinaga.
Para native speaker ini diharapkan dapat membantu mahasiswa dalam
berbahasa Jepang dengan lancar baik secara aktif maupun pasif. Juga agar bisa
memahami kebiasaan-kebiasaan positif orang Jepang secara langsung dalam
keseharian. Tidak heran jika para native ini terlihat akrab dengan para
mahasiswa yang ada karena mereka juga bertindak secara aktif untuk juga
mengenal kebiasaan mahasiswa. Sehingga nantinya tercipta kesinambungan dalam
memahami satu sama lain.
Kurikulum
yang diterapkan di jurusan Sastra Jepang Unair ini mengikuti kurikulum nasional
berdasarkan surat keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI no.
0314/P/1994 pasal 10[38].
Seiring berjalannya waktu, dilakukan penyesuaian kurikulum dengan melihat apa
yang dibutuhkan di dunia kerja dan masyarakat dengan tidak menurunkan mutu
pendidikan yang ada. Bisa dikatakan, penetapan kurikulum tidak hanya melulu
tentang pemahaman bahasa dan kesusastraan, melainkan juga mencakup bidang
budaya, politik, ekonomi, pola pikir masyarakat dan kesenian Jepang. Sehingga
lulusan yang tercipta sudah memenuhi kualifikasi yang diperlukan di dunia
kerja.
Meskipun masih terbilang 'muda' di
Universitas Airlangga, akan tetapi telah siap berprestasi baik di kancah
nasional maupun internasional. Kebijakan prodi diarahkan pada peningkatan
kualitas yang didasari oleh kebutuhan nasional dan regional dimana universitas
berada, bahkan untuk menghadapi pasar global, yang mana diselaraskan dengan
visi dan misi Badan Hukum Milik Negara - Universitas Airlangga. Visi dari Studi
Jepang Unair adalah menjadi Pusat Pengembangan Ilmu Bahasa dan Budaya Jepang,
khususnya budaya masyarakat Jepang perkotaan berdasarkan nilai-nilai sosial dan
moral keagamaan. Pencapaian visi tersebut dilakukan dengan jalan
menyelenggarakan pendidikan akademik di bidang ilmu bahasa dan budaya,
mengembangkan kajian-kajian interdisipliner yang menunjang penelitian di bidang
ilmu bahasa dan budaya Jepang, menerapkan keahlian dalam bidang ilmu bahasa dan
budaya Jepang kepada masyarakat secara mandiri.
Pada awal dibukanya jurusan ini, memiliki daya tampung 30
orang mahasiswa[39], namun hanya 24
orang yang terdaftar menjadi mahasiswa dan sebagai angkatan pertama. Meskipun
demikian mereka tidak merasa minor dengan jurusan lain di Fakultas Ilmu Budaya
Unair. Tahun kedua masih dengan penetapan kuota yang sedikit akhirnya menerima
mahasiswa sebanyak 26 orang dari 30 kuota yang tersedia. Hingga sampai pada
tahun 2013 jumlah mahasiswa yang sudah lulus ataupun masih kuliah berjumlah
sekitar 200-an orang mahasiswa dan baru meluluskan sekitar 51-an orang
mahasiswa[40]. Para
lulusannya ada yang bekerja di perusahaan Jepang, wirausaha maupun melanjutkan
kuliah di Jepang dengan biaya sendiri.
Peran universitas-universitas penyelenggara pendidikan
bahasa Jepang di Surabaya amat penting dan terasa efeknya. Yaitu, para peminat
akan Jepang bisa dengan mudah untuk mempelajari tentang seluk beluk Jepang baik
dari segi tata bahasa maupun budaya dalam tingkat perguruan tinggi dan lebih
terarah. Hasilnya, universitas-universitas penyelenggara tersebut berhasil
mencetak lulusan yang berkompeten dalam bidangnya yang dibutuhkan di dunia
kerja saat ini. Keberhasilan tersebut juga tidak lepas dari bantuan
lembaga-lembaga Jepang terkait, baik pemerintah maupun non-pemerintah dalam
mengembangkan pengajaran akan bahasa Jepang di Surabaya.
Salah satu caranya adalah dengan memberikan bantuan
tenaga pengajar native Speaker di tiap Universitas penyelenggara
pendidikan bahasa Jepang. Selain itu juga bantuan lain berupa pengadaan sarana
dan prasarana yang membantu pengajaran bahasa Jepang. Selain kegiatan akademik,
terdapat juga kegiatan non akademik yang digunakan sebagai media promosi akan
jurusan tersebut agar dapat menarik minat masyarakat lain untuk dapat mengenal
tentang Jepang. Kegiatan-kegiatan lain secara intern juga rutin dilakukan
sebagai sarana mahasiswa untuk lebih memahami tentang Jepang. Jadi, kegiatan
intern dan ekstern dilakukan secara seimbang.
[1] Kopertis VII Surabaya dalam
Proposal Pengajuan Persetujuan Pembukaan Program Studi Bahasa dan Sastra
Jepang, Fakultas Sastra Universitas Airlangga Tahap II. Edisi kelima, 2006.
[2] Bahasa
Jepang sebagai alat komunikasi dalam berbagai
bidang mengingat bahasa Jepang sebagai bahasa asing ketiga di dunia
Internasional,
Nurul Laili, “Bahasa Jepang pilihan Menuju Enterpreneur”, Prodi Bahasa
Jepang Fakultas bahasa dan Sastra Universitas Pesantren Tinggi Darul Ulum
(UNIPDU) Jombang. Jurnal.
[3] Ibid.
[4] Perjanjian atau kerjasama
yang dilakukan baik antar negara dengan kota yang ada di Indonesia
(Jakarta-Tokyo, Yogyakarta-Kyoto, Surabaya-Kochi, Medan-Ichikawa, Jawa
Timur-Osaka Prefektur, Irian Jaya-Yamagata Prefektur), pemerintah dengan
pemerintah (G to G), serta keberadaan asosiasi-asosiasi persahabatan
Indonesia-Jepang di berbagai prefektur di Jepang, dalam Nurul Laili,....
jurnal, ibid.
[5] Berdasar wawancara dengan
bapak Dr. Roni, selaku Ketua Prodi Pendidikan Bahasa Jepang Universitas Negeri
Surabaya pada 25 November 2013. Loc.cit.
[6] “Kerjasama Unesa Dengan
Jepang dan Cina”, Media Infomasi dan Komunikasi Unesa, Majalah Unesa Nomor
32 Tahun X Januari - Februari 2009 - ISSN 1411 - 397X
[7] Ibid.
[8] Program
pertukaran mahasiswa ini telah berlangsung mulai tahun 1997. Tetapi sempat
terhenti ketika Indonesia mengalami “krismon”. Setelah tahun 2000 program
pertukaran ini kembali bergulir dengan masa studi 6 bulan dan paling lama 1
tahun. Selama belajar di Unitomo mereka di titipkan tinggal di keluarga dosen dan
karyawan Unitomo. http://www.unitomo.ac.id/kampus/kegiatan/hiroe_dan_nanaho_tertarik_budaya_indonesia.htm
diakses pada 17 November 2013.
[9] “Unitomo Terima Enam
Mahasiswa Osaka”, http://surya.co.id/Unitomo_Terima_Enam_Mahasiswa_Osaka.htm
diakses pada 17 November 2013.
[10] Ibid.
[11] Kondankai merupakan sarana untuk
melatih keterampilan berbahasa Jepang khususnya Mahasiswa Fakultas Sastra
Program Studi Sastra Jepang. Untuk memulai Kondankai,
syaratnya terlebih dahulu harus membuat Sakubun atau semacam resume singkat
sesuai tema yang kan diperbincangkan. Para Expat Jepang tersebut sekaligus
sebagai native
speaker. Sakubun yang dibuat tersebut akan menjadi penilaian apakah
mahasiswa tersebut layak untuk mengikuti kondankai atau tidak, juga agar
pembahasan lebih terarah. “Fakultas
Sastra Jepang Unitomo Gelar Perayaan kondankai ke-50”, http://panjisuroboyo.com/Fakultas_sastra_jepang_unitomo_gelar_perayaan
_kondankai_ke_50.htm diakses pada 17 November 2013.
[12] Ibid.
[13] Merupakan
program pemerintah Jepang untuk pertukaran pemuda-pemuda berbakat. Baik dosen,
mahasiswa, pelajar, dan orang-orang intelektual di wilayah Asia Tenggara.
'Program ini dirancang selama lima tahun. Dan setiap 10 bulan akan menjalani
evaluasi, menurut Asisten Direktur The Japan Foundation Hashimoto Ayumi saat
mendampingi Rie Kojima saat datang di Unitomo 12 februari 2009. Program pertama
yang diluncurkan Japan Foundation dalam program genesis ini adalah menerjunkan
sepuluh dosen tamu di Indonesia. Mereka disebar di wilayah Jabodetabek, satu di
Jabar, satu di Jateng, satu di Jatim, dan satu di Bali. Selain itu, Riau,
Sumut, dan Sumbar masing-masing satu orang. Dikutip dari koran Jawa Pos 12 Feb
2009 dalam http://hiruban.blogspot.com/Unitomo_Terima_Dosen_Jepang.htm
diakses pada 17 November 2013.
[14] http://beritasore.com/Konsul_Jepang_Resmikan_Laboratorium_Bahasa_Unitomo_Surabaya.htm
dikases pada 17 November 2013
[15] Mereka
adalah Abdurrahman, Fatma, Michiko, Feri dan Mega. Sebagian dari mereka sudah
lulus, tapi ada juga yang masih sedang menyelesaikan skripsi atau tinggal
menunggu wisuda. “Perusahaan Jepang Rekrut Langsung Mahasiswa Fakultas
Sastra Jepang Unitomo”, http://www.unitomo.ac.id/kampus/kegiatan/perusahaan_jepang_rekrut_langsung_mahasiswa_fs_unitomo.htm
diakses pada 17 November 2013
[16] Ibid.
[17] “Fakultas Sastra Unitomo
Terima Kunjungan Studi Banding Undiksha Singaraja”, http://www.unitomo.ac.id/kampus/kegiatan/Fakultas_Sastra_Unitomo_Terima_Kunjungan_Studi_Banding
Undiksha_Singaraja.htm diakses pada 17 November 2013
[18] Berdasar wawancara dengan ibu
Umul Khasanah M.Lit selaku dosen pengajar Jurusan Bahasa Jepang Universitas 17
Agustus Surabaya pada 9 Desember 2013.
[19] Ibid.
[20] http://www.untag-sby.ac.id/index.php/program/sarjana-s1/sastra/sbj2.html
diakses pada 30 Oktober 2013
[21] Kunjungan
Dari Kansai University
http://www.untag-sby.ac.id/index.php/component/content/article/1-terbaru/1013-kunjungan-dari-kansai-university.htmldiakses
pada tanggal 12 oktober 2012. Op.cit
[22]ibid.
[23] Ibid.
[24] “Peminat Bahasa Jepang di
Jatim Tinggi”, http://surabayapagi.com/Untag-akan-Buka-Jurusan-Bahasa-Jepang/,
diakses pada 6 Oktober 2013.
[25] Ibid.
[26] Di Universitas swasta
(Surabaya), diadakan bimbingan belajar dari dosen guna menunjang ketertinggalan
materi bagi mahasiswa yang memiliki kemampuan pemahaman perkuliahan yang
terlambat. Sedang di universitas negeri tidak demikian.hanya terdapat benkyokai
namun peserta yang mengikuti kebanyakan mahasiswa yang punya kemampuan
pemahaman perkuliahan dengan cepat
[27] Kunjungan Dari Kansai
University, loc.cit
[28] Proposal Pendirian Jurusan
Sastra Jepang Fakultas Sastra Unair, Fakultas Sastra Unair Surabaya, 2000
[29] Antonius R. Pudjo, Dwi
Anggoro Hadi Utomo, Syahrur Martha Dwi Susilo, S. S., M. A.
[30] Proposal Pengajuan Usul
Persetujusan Pembukaan Prodi Bahasa dan Sastra Jepang Tahap II, Fakultas Sastra
Universitas Airlangga. Edisi Kelima, 2006.
[31] Ibid.
[32] Ibid.
[34] Proposal pendirian Jurusan
Sastra Jepang Fakultas Sastra Unair, Fakultas Sastra Universitas Airlangga
Surabaya, 2000. Op.cit.
[35] Berdasarkan hasil angket
Penelitian Pendirian Jurusan Sastra Jepang Universitas Airlangga Proposal
Pengajuan Persetujuan Pembukaan Program Studi Bahasa dan Sastra Jepang,
Fakultas Sastra Universitas Airlangga Tahap II. Edisi kelima, 2006. Ibid.
[36] Wawancara dengan Rahaditya
Kiki S. Hum., selaku alumni dan dosen pengajar Jurusan Sastra Jepang Unair pada
12 Februari 2014.
[37] Ashinaga merupakan lembaga
non pemerintah yang mengayomi mahasiswa yang sudah tidak memiliki orang tua
lengkap. Tidak hanya di Indonesia yang mengadakan pendidikan bahasa Jepang di
hampir tiap daerah, namun Ashinaga juga bekerjasama dengan beberapa negara
Asia, Afrika dan Ameika yang juga mengadakan pendidikan bahas Jepang. Pihak Ashinaga
juga mengadakan pengiriman mahasiswa melalui seleksi yang diserahkan kepada
pihak kampus masing-masing. Setidaknya 2 mahasiswa dikirimkan ke Jepang untuk
berkumpul bersama mahasiswa lain dari hampir seluruh kawasan Asia, Afrika dan
Amerika dalam acara summer camp untuk mendapatkan motivasi untuk tetap
berjuang meskipun dengan keadaan yang berat dalam hidup. Juga mereka
mendapatkan jalan-jalan di beberapa tempat di Jepang.
[38] Proposal, 2006. op. cit.
[39] http://japan-unair.tripod.com/
diakses pada 15 November 2013.
[40] Ibid.
0 komentar:
Posting Komentar