Senin, 25 Agustus 2014

PERKEMBANGAN PENDIDIKAN BAHASA JEPANG PADA PERGURUAN TINGGI DI SURABAYA TAHUN 1980 – 2013



BAB II
PENDIDIKAN BAHASA JEPANG DI INDONESIA

A.    Latar Belakang Sejarah
Perkembangan pendidikan bahasa Jepang di Indonesia, memiliki sejarah unik dan menempuh kurun waktu cukup lama, yaitu tercatat sejak tahun 1935-1942, 1943-1944[1] telah ada pengiriman pelajar Indonesia ke Jepang. Sekarang ini bahasa Jepang tergolong salah satu bahasa Asing yang banyak di pelajari masyarakat Indonesia. Namun dibanding perkembangan di negara lain, pendidikan bahasa Jepang secara kualitas, masih ketinggalan[2].
Dalam perkembangannya dinamika pembelajaran bahasa Jepang di Indonesia dapat dibagi dalam beberapa fase, diantaranya fase pertama, pendidikan bahasa Jepang dilaksanakan bersifat doktrin[3]. Pada saat bangsa Indonesia dijajah oleh Jepang, tidak ada larangan dalam penggunaan bahasa Indonesia seperti yang dilakukan oleh Belanda, malahan Jepang memperhatikan penyempurnaan bahasa Indonesia dengan membentuk Indonesia Goseibi Iinkai (komisi penyempurnaan Bahasa Indoensia)[4].
Selain itu juga diajarkan bahasa Jepang dan penggunaan bahasa Jepang sebagai bahasa pengantar dalam pengajaran di sekolah agar komunikasi dengan orang Jepang tidak terlalu mengalami kesulitan. Hal ini dimaksudkan agar Jepang bisa mendapatkan dukungan dari rakyat Indonesia, terutama golongan muda yang lebih dinamis, idealis dan punya semangat kerja yang tinggi[5]. Dengan berbagai cara dalam bidang pendidikan, Jepang terus berusaha mengambil hati golongan muda di Indonesia, karena saat itu Jepang yakin bahwa golongan muda Indonesia belum terpengaruh bangsa barat[6]. Ditambah lagi, semboyan 3A yang Jepang tanamkan dapat langsung mencuri perhatian para pemuda dan masyarakat sampai kepada pelosok desa[7] yang pada saat itu tengah memperjuangkan pembebasan dari penjajahan Belanda.
Agar bisa mempercepat penguasaan berbahasa Jepang oleh bangsa Indonesia, Jepang mengadakan beberapa lomba bahasa Jepang, yaitu lomba membuat karangan, becakap-cakap, membaca dan menyanyi dalam bahasa Jepang. Selain itu Jepang juga membentuk sekolah dan kursus kilat pelajaran bahasa Jepang yakni Nippongo Gakko[8]. Selain itu terdapat pihak swasta menyelenggarakan kursus bahasa Jepang dengan masa pendidikan selama empat bulan yang dikelola oleh Toa Bunka Kai yaitu Asosiasi Kebudayaan Asia Timur. Badan ini bekerja dalam bidang kebudayaan[9]. Dampak yang dihasilkan dari hal itu adalah berupa peningkatan penggunaan bahasa Indonesia dan Japanisasi terhadap nama tempat atau papan nama toko yang sebelumnya menggunakan bahasa Belanda
Fase kedua, pendidikan bahasa Jepang di masa awal kemerdekaan yang bersifat informal[10]. Seiring berjalannya waktu, sampai Jepang akhirnya menyerah kepada sekutu dan merdekanya Indonesia, jejak-jejak pengajaran masih tersisa di Indonesia. Pada masa awal-awal kemerdekaan tersebut, Jepang menanda tangani perjanjian pampasan perang dan menjalin kerjasama dengan negara bekas jajahannya. Perjanjian tersebut ditandatangani oleh kedua menteri luar negeri Aiichiro Fujiyama dan Subandrio di Jakarta 20 Januari 1958 yang menuntut kedua negara dan warga negaranya selalu berada dalam keadaan aman secara nyata dan kekal, serta dalam hubungan baik untuk selamanya[11]. Konsekuensi yang didapatkan Jepang adalah pembayaran ganti rugi Jepang terhadap Indonesia saat perang[12].
Salah satu bentuk realisasi dari perjanjian tersebut adalah pengiriman pelajar Indonesia ke Jepang. Sebelum pemberangkatan, para pelajar akan mengikuti pelatihan berbahasa Jepang yang masih ada di Indonesia sebagai modal awal mereka. Dan setelah mereka tiba di Jepang, mereka pun juga akan menerima pelatihan lagi di sekolah khusus sebelum nantinya mengikuti pengajaran di Jepang. Inilah yang menandai mulaidipelajarinya kembali bahasa Jepang pasca Indonesia merdeka
Menjelang tahun 1960-an, banyak pemuda Indonesia kembali dari Jepang dan mulai mengajarkan bahasa Jepang di Indonesia. Hal ini didukung pula dengan dibukanya lembaga kursus bahasa Jepang di Lembaga Kebudayaan Jepang di Jakarta pada tahun 1958. Lembaga ini berdiri atas bantuan kedutaan Jepang di Jakarta yang bekerja sama dengan para mahasiswa Indonesia yang baru kembali setelah belajar di Jepang. Setelah itu, lembaga-lembaga pendidikan lainnya mulai bermunculan di Indonesia[13].
Dan fase ketiga, pendidikan pendidikan bahasa Jepang yang dilaksanakan secara formal yang berkembang Perguruan Tinggi[14] hingga merembet ke tingkat SMA. Seiring dengan perkembangan kerja sama tersebut semakin banyak pula bermunculan lembaga-lembaga pendidikan bahasa Indonesia dan Jepang baik itu di Indonesia maupun di Jepang yang beberapa diantaranya masih aktif sampai sekarang di bidang pendidikan khususnya bahasa seperti Sekolah Republik Indonesia Tokyo (SRIT), Persatuan Alumni Dari Jepang (PERSADA), Asian Students Cultural Association (ASCA/ABK), Japan Foundation (JF)[15].
Jepang menggunakan soft power[16] berupa bantuan ekonomi atau pinjaman lunak untuk memikat hati negara-negara sahabat, termasuk di Indonesia, lalu dilanjutkan dengan perjanjian bilateral yang mengikat sehingga ketergantungan kepada Jepang meningkat. Misal, di bidang pendidikan Jepang memberikan beasiswa untuk belajar di universitas-universitas di Jepang. Juga, pembuatan pusat kebudayaan Jepang sebagai sarana infiltrasi budaya[17]. Banyaknya penanaman modal asing dari Jepang membuat perekonomian di Indonesia meningkat. Hal tersebut membuka peluang kerja baru bagi masyarakat Indonesia.
Seiring berjalannya waktu, banyak infitrasi budaya Jepang yang masuk ke Indonesia meskipun sejak Jepang menduduki Indonesia sudah melakukan infiltrasi budaya tersebut melalui pengajaran di sekolah[18]. Secara tidak langsung minat masyarakat untuk makin mengenal tentang Jepang meningkat, yang kemudian menjadikan masyarakat Indonesia semakin mengenal dan tertarik pada Jepang baik di bidang ilmu pengetahuan, budaya maupun gaya hidup[19].
Salah satu infiltrasi budaya yang dilakukan Jepang adalah dengan memasukkan manga (漫画)[20] dan anime ke Indonesia pada tahun ’90-an hinga tanpa sadar anime dan manga tersebut menjadi alat dominasi budaya Jepang. Dan tidak bisa dipungkiri kehadiran manga dan anime Jepang tersebut sangat menarik antusiasme masyarakat untuk mempelajari bahasa Jepang disamping peluang kerja yang ditawarkan oleh PMA Jepang di Indonesia. Selain cerita yang menarik, dari manga dan anime tersebut sedikit banyak mereka bisa mengenal tentang Jepang (budaya, sejarah, sosial, politik, dan lain-lain.). Tidak hanya manga dan anime, lagu lagu dan dorama Jepang juga makin diminati. Seiring dengan itu, meningkat pula minat masyarakat akan bahasa Jepang.
Berawal dari hal tersebut, bahasa Jepang telah memicu ketertarikan tersendiri bagi masyarakat di Indonesia. Dipicu dari banyaknya perusahaan Jepang yang menenamkan modalnya di Indonesia menyebabkan banyak perguruan tinggi mulai mendirikan jurusan bahasa Jepang. Tidak hanya itu, bahasa Jepang mulai dijadikan sebagai salah satu mata pelajaran di SMA di beberapa kota besar di Indonesia sejak tahun ’90-an. Menurut data survey yang dilakukan oleh The Japan Foundation tahun 2012 menyebutkan jumlah pembelajar bahasa Jepang di Indonesia adalah sebanyak 872,406 orang. meningkat sebanyak 21,8% dari tahun 2009 yang berjumlah 716,353 orang[21].
Disamping minat yang tinggi untuk belajar bahasa Jepang di lingkungan anak muda Indonesia juga tidak lepas dari dukungan penuh pemerintah jepang melalui The Japan Foundation yang memberikan berbagai bantuan untuk peningkatan Pendidikan Bahasa Jepang ini. Tidak hanya itu, pemerintah Jepang juga membuka banyak beasiswa untuk sekolah lanjutan di tiap universitas yang ada untuk menambah minat pelajar asing khususnya Indonesia untuk lebih mendalami bahasa Jepang maupun ilmu yang lain yang ada di Jepang
Di Indonesia banyak sekali universitas-universiatas yang membuka jurusan bahasa Jepang yang sebagai salah satu wujud apresiasi atas minat masyarakat akan bahasa Jepang dan dampak dari banyaknya investasi dan kerjasama dalam berbagai bidang dengan Indonesia yang dilakukan Jepang untuk Indonesia[22]. Data JF menyebutkan bahwa pada tahun 1998 terdapat 43 universitas/lembaga tinggi yang mengadakan pendidikan bahasa Jepang. Pada tahun 2003 terdapat 78 lembaga. Pada tahun 2006 terdapat 115 lembaga. Pada tahun 2009 terdapat 133 lembaga penyelenggara pendidikan bahasa Jepang di Indonesia. Pada tahun 2012 terdapat 2,346 lembaga penyelenggara pendidikan bahasa Jepang di Indonesia [23].
 Perguruan tinggi yang merintis didirikannya jurusan bahasa Jepang adalah UI, Unpad, dan kemudian merambah ke daerah lain di Indonesia seperti di beberapa kota di pulau Sumatera dan Jawa yang banyak terdapat universitas-universitas yang memiliki jurusan atau prodi Bahasa/Sastra Jepang. Di luar dari Sumatera dan Jawa, kawasan Indonesia yang lainpun juga ada, namun tidak sebanyak yang ada di Sumatera dan Jawa.


B.     Universitas Penyelenggara Pendidikan Bahasa Jepang Di Indonesia
Berikut beberapa nama Universitas yang memiliki jurusan atau prodi Bahasa/sastra Jepang yang ada di Indonesia:
Prodi Sastra Jepang UI dibuka pada tahun 1950[24] yang termasuk dalam fakultas sastra yang sekarang berganti nama menjadi fakultas ilmu budaya sejak tahun 1954. Prodi ini termasuk dalam jurusan Sastra Asia Timur. Pada tahun 1951, Menteri Pendidikan, Pengajaran, dan Kebudayaan Republik Indonesia mengeluarkan surat keputusan yang mewajibkan pemakaian bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar dalam semua kuliah[25]. Sebelum pindah ke kampus Depok, tempat kedudukan fakultas Universitas Indonesia terletak menyebar, kedudukan fakultas sastra waktu itu berada di daerah Rawamangun. Sejak bulan September 1987, semua fakultas pindah ke kampus Depok kecuali Fakultas Kedokteran Umum dan Kedokteran Gigi yang tetap berada di kampus Salemba serta rektorat sebagai pusat kegiatan administrasi[26].
Berikutnya adalah Prodi Sastra Jepang Unpad. Prodi ini berada dibawah naungan Fakultas Ilmu Budaya dan didirikan sejak 1 November 1958 didasarkan atas Surat Keputusan Yayasan Pembina Universitas Padjadjaran No. 6/FS/531 tertanggal 1 Oktober 1958. Tertanggal 12 Agustus 1960 memperoleh legalitas yang lebih kuat dengan dikeluarkannya Surat Keputusan Menteri PPK No. 66971/UU/60[27]. Prodi Sastra Jepang FIB Unpad merupakan salah satu program studi yang cukup banyak diminati[28]. Kurikulum yang digunakan berusaha menyeimbangkan paduan antara mata kuliah kompetensi utama[29] dengan mata kuliah kompetensi penunjang[30].
Selanjutnya adalah Jurusan Pendidikan Bahasa Jepang Universitas Pendidikan Indonesia. Jurusan ini berada dibawah naungan Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni Universitas Pendidikan Indonesia dan berdiri pada tahun 1965 di Bandung[31]. Dalam pengembangannya, jurusan ini melakukan kerja sama dengan beberapa lembaga seperti The Japan Foundation atau Nipon Foundation melalui kegiatan penelitian, untuk meningkatkan kualitas pendidikan dan pengajaran bahasa Jepang di Indonesia baik untuk pendidikan tinggi maupun untuk pendidikan menengah; Pusat Kebudayaan Jepang; dan lembaga bahasa Jepang lainnya.
Berikutnya adalah Program studi Pendidikan Bahasa Jepang Universitas Negeri Surabaya. Prodi ini pertama kali dibuka pada kisaran tahun 1980-an. Latar belakang dibukanya prodi ini dikarenakan banyaknya PMA Jepang yang masuk di Jawa Timur, khususnya daerah Surabaya yang banyak membutuhkan banyak pegawai dengan kemampuan bahasa Jepang. Diharapkan dengan dibukanya Prodi ini bisa meningkatkan kemampuan komunikasi berbahasa Jepang yang dibutuhkan di dunia kerja. Gelar yang didapat dari prodi ini setelah lulus adalah Sarjana Pendidikan[32].
Selanjutnya adalah Prodi Bahasa Jepang Universitas Sumatera Utara. Prodi ini pertama dibuka pada tahun 1980 dengan program D3 berbarengan dengan DIII Pariwisata dan DIII Bahasa Inggris[33]. Namun SK pembentukannya baru terbit tahun 1987. Dan baru pada tahun 2000, jurusan Sastra Jepang resmi dibuka[34]. Prodi ini dibawah naungan Fakultas Sastra, namun pada tanggal 5 april 2011 Fakultas Sastra resmi berubah nama menjadi Fakultas Ilmu Budaya. Hal ini sesuai dengan SK Rektor No. 981/H5.1.R/SK/PRS/2011.
Berikutnya adalah Sastra Jepang Universitas Gadjah Mada. Jurusan ini diperkirakan berdiri sejak tahun 1989[35]. Prodi ini berada dibawah naungan Fakultas Ilmu Budaya yang bergerak dalam bidang pendidikan dan penelitian bahasa dan budaya Jepang[36]. Prodi ini selain menyelenggarakan kegiatan akademik juga menjalin kerjasama dengan beberapa universitas-universitas yang ada di untuk memberikan beasiswa studi di Jepang[37].
Prodi sastra Jepang Universitas Al Azhar Jakarta dibuka sekitar tahun 2000 dan mendapat akreditasi B[38]. Bertujuan mendidik dan menghasilkan Sarjana Sastra yang memiliki wawasan dan keahlian dalam bidang Studi kejepangan. Lulusannya diharapkan tidak melulu bekerja pada perusahaan Jepang namun juga bisa menciptakan lapangan kerja baru dengan skill yang dimilikinya. Selain itu Program Studi Sastra Jepang mengusahakan beasiswa ke Jepang ataupun program exchange students ke Jepang.
Berikutnya adalah Program Studi Diploma III Bahasa Jepang Universitas Diponegoro. Prodi ini didirikan pada tahun 2001 berdasarkan Surat Keputusan Dirjen Dikti Depdiknas RI No. 27/DIKTI/Kep/2001 tanggal 30 Januari 2001[39] dibawah naungan Fakultas Sastra yang sebelumnya dirintis dari jurusan D1 Bahasa Jepang pada tahun 1999[40]. Sejak bulan april 2009 berdasarkan sk rektor Undip no. 184/sk/117/2009 fakultas sastra berubah menjadi fakultas ilmu budaya[41]. Pada 24 April 2010 diresmikan Prodi S1 Sastra Jepang dipimpin oleh Dekan Fakultas Ilmu Budaya Undip, Prof. Dr. Nurdien H. Kistanto, M.A[42] berdasar Surat Keputusan tentang ijin penyelenggaraan program studi yang terbit tanggal 30 Oktober 2009[43]. Adapun didirikannya jurusan ini dikarenakan banyaknya perusahaan Jepang yang berinvestasi di Indonesia membutuhkan tenaga kerja yang mempunyai keahlian bahasa Jepang.
Yang berikutnya adalah Prodi Sastra Jepang S1 Universitas Bung Hatta yang didirikan pada tahun 2002[44] dibawah naungan Fakultas sastra yang sejak tahun 2004 telah berganti nama menjadi Fakultas Ilmu Budaya atas Surat Keputusan Ketua Yayasan Pendidikan Bung Hatta nomor : 44/SK-1/Kep/II-2004[45]. Pada tahun 2008 Sastra Jepang UBH menerima SK Dirjen Dikti no 018/BAN-PT/Ak-XI/S1/VIII/2008, yang menyatakan bahwa Sastra Jepang UBH mendapatkan akreditasi B[46]. Sastra Jepang UBH menjalin kerjasama dengan The Japan Foundation, Konsulat Jendral Jepang di Medan, Kedutaan Besar Jepang di Jakarta, sehingga banyak mendapatkan bantuan native speaker, buku-buku, alat peraga, dan peralatan audio-visual. Kemudian, di bidang kerja sama dalam pertukaran mahasiswa dengan Senoda Woman University Jepang[47].
Selanjutnya adalah Program Studi Bahasa dan Sastra Jepang Universitas Andalas. Jurusan ini dibuka Keputusan Rektor Universitas Andalas Nomor: 885/XIII/UNAND-2004 atas persetujuan dari Senat tingkat Fakultas dan Senat Universitas[48]. Karena pada saat itu masih menunggu izin Dikti, Program Studi Bahasa dan Sastra Jepang untuk sementara “dititipkan” pada Jurusan Sastra Inggris. Setelah mendapatkan ijin dari Dirjen Dikti Depdiknas maka sejak tahun 2006 Prodi Bahasa dan Sastra Jepang telah diakui menjadi sebuah jurusan di lingkungan Fakultas Sastra. Pada tahun 2009 pemerintah Jepang memberi bantuan dalam bentuk Laboratorium Bahasa Jepang[49].
Kemudian, Prodi Sastra Jepang Universitas Negeri Jakarta. Prodi ini diperkirakan terbentuk sejak tahun 2004, dibawah naungan Fakultas Bahasa dan Seni. Prodi ini belum memiliki akreditasi namun memiliki Surat perpanjangan ulang izin Program Studi Bahasa Jepang jenjang program sarjana (S1) pada Universitas Negeri Jakarta, nomor: 1068/D/T/2008 pada 23 April 2008[50]. Lulusannya akan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)
Yang berikutnya adalah Program Studi Pendidikan Bahasa Jepang FKIP Universitas Riau yang berdiri pada tanggal 6 Mei 2005 dengan nomor SK pendirian 1336/D/T/2005[51]. Perkuliahan dimulai pada tahun yang sama, yang diawali dengan program non reguler dimana hanya 9 orang dari 12 orang yang mendaftar resmi menjadi mahasiswa pertama. Sampai bulan Mei 2013 tercatat 192 mahasiswa yang telah mengikuti  perkuliahan dan 78 orang di antaranya telah lulus dan bekerja pada berbagai sektor pekerjaan terutama mereka bekerja sebagai pengajar di SMA/SMK yang menyelenggarakan pelajaran bahasa Jepang[52].
Kemudian berikutnya adalah Jurusan Sastra Jepang Universitas Udayana. Jurusan ini merupakan salah satu dari tujuh jurusan yang ada di Fakultas Sastra, didirikan pada tahun 2005 dengan SK Direktur Jendral Pendidikan Tinggi nomor 3203/D/T/2005[53] dan baru menerima mahasiswa pada tahun 2006. Fokus pengajaranya adalah bidang linguistik dan keterampilan berbahasa jepang dalam berkomunikasi lintas bangsa dengan harapan agar para lulusannya bisa memiliki kompetensi dalam mengisi peluang kerja di bidang penerjemahan.
Yang selanjutnya adalah Prodi pendidikan bahasa Jepang Universitas Negeri Semarang mulai melaksanakan perkuliahan sejak tahun 2006 melalui SK Dirjen Dikti No.1647/D2.2/2006[54]. Lulusannya bergelar Sarjana Pendidikan dengan kompetensi pendukung bidang penerjemahan, pariwisata, dan bisnis. hampir 100% lulusan Prodi Pendidikan Bahasa Jepang langsung mendapat pekerjaan baik sebagai guru, maupun bekerja di perusahaan, selain itu juga berprofesi sebagai translator maupun interpreter[55].
Selanjutnya, Program Studi Sastra Jepang Universitas Airlangga. Jurusan ini dirintis mulai tahun 2001, dimulai dari 3 orang staf pengajar bahasa jepang yang diperbantukan pada Program S-1 Jurusan Sastra Inggris Unair. Dan  pada 20 Maret 2006 program studi ini secara resmi berdiri melalui SK Nomor 815/D/T/2006 dan memiliki 7 staf pengajar  dengan berbagai latar kajian ilmu.
Kemudian, Program S1 Sastra Jepang Universitas Brawijaya dibuka pada tahun 2007 berdasarkan SK Dirjen Dikti No 1504/D/T/2007[56], sudah Terakreditasi B sampai pada tahun 2017. Hal tersebut dilatar belakangi karena, kebutuhan stake holder merekrut lulusan Bahasa Jepang dan juga tingginya animo lulusan SMA untuk masuk Program Satra Jepang. Namun sebelum menjadi prodi S1 Sastra Jepang diawali dari pembukaan Program Diploma 1 Bahasa Jepang pada tahun 2001. Lalu pada tahun 2002 dibuka program Diploma III[57]. Hingga tahun akademik 2010/2011, jumlah Mahasiswa Jurusan S1 Sastra Jepang sebanyak 212 orang dan DIII Bahasa Jepang sebanyak 6 orang[58]. 
Kemudian, Program Studi Pendidikan Bahasa Jepang Universitas Negeri Padang. Program studi merupakan prodi termuda, mulai menerima mahasiswa sejak tahun 2012, tepatnya 25 Juli 2012 dengan nomor S.K Ijin Penyelenggaraan 256/E/O/2012[59]. Lulusan akan bergelar sarjana pendidikan yang nantinya bisa mengaplikasikannya untuk mengembangkan pendidikan dan metode pengajaran bahasa Jepang di sekolah-sekolah, pendidikan nonformal, program diploma, dan pendidikan tinggi, serta menjadi pusat keunggulan dalam pengembangan dan penyebaran ilmu pengetahuan, teknologi dan seni (IPTEKS) di bidang pendidikan bahasa Jepang.
Selain perguruan tinggi negeri, ada pula perguruan tinggi swasta yang menyelenggarakan pendidikan bahasa Jepang yaitu Universitas Nasional yang bertempat di jalan Sawomanila Pasar Minggu pada tahun 1984[60]. Dalam prodi Bahasa dan Sastra Jepang Unas ini mempelajari lebih dalam tentang kebudayaan Jepang.
Kemudian adalah Universitas Darma Persada memiliki prodi S1 Sastra Jepang dan D3 Bahasa Jepang. Prodi ini dibentuk pada pada 6 Juli 1986[61] oleh sekumpulan pemuda – pemudi Indonesia yang pernah belajar di Jepang dan tergabung dalam organisasi Perhimpunan Alumni dari Jepang (PERSADA). Di UNSADA ini memberlakukan program trilingual untuk semua program pendidikannya yaitu bahasa Indonesia, Inggris dan Jepang[62].
Setelah itu, ada Program Studi Pendidikan Bahasa Jepang UHAMKA. Jurusan ini sudah didirikan sejak universitas masih bernama IKIP Muhammadiyah Jakarta[63] yang kemudian berubah nama menjadi Universitas Muhammadiyah Prof. DR. HAMKA dengan Nomor Surat Keputusan Pendirian Program Studi 138/DIKTI/Kep/1997 yang dikeluarkan oleh DIKTI pada tanggal 30 Mei 1997. Pada tahun 2000 Program Studi Pendidikan Bahasa Jepang mendapat status akreditasi “B” dari Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi Nomor : 02758/Ak-I-III-010/KEPHJ/VI/2000, tanggal 23 Juni 2000. Lalu berdasarkan SK DIKTI tanggal 27 Oktober 2005 Nomor 07727/Ak-IX-S1-020/IKEPHJ/X/2005 mendapat status akreditasi B[64].
Berikutnya adalah Jurusan Sastra Jepang Unitomo. Jurusan ini dibuka pada tahun 1992 dan merupakan universitas ke-2 di daerah Surabaya yang memiliki Jurusan Sastra Jepang. Pendirian jurusan ini didasarkan atas pemikiran ketua yayasan Unitomo yang menyebutkan bahawa pentingnya untuk mepelajari bahasa asing lain selain bahasa inggris yang sudah ada. Karena Jepang kini termasuk sebagai salah satu negara maju di kawasan asia sehingga banyak menanamkan modalnya di Indonesia, khususnya Surabaya. Meresponi hal tersebut pihak Unitomo dengan berani membuka jurusan Sastra Jepang untuk memenuhi kebutuhan perusahaan Jepang yang ada di Surabaya dengan SDM yang kompeten dalam berbahsa Jepang[65].
Kemudian Jurusan Sastra Jepang di Fakultas Sastra Universitas Kristen Maranatha[66] di Bandung. Jurusan ini dibentuk pada tahun 1992 dan bertujuan menghasilkan lulusan yang mampu menerapkan keterampilan berbahasa Jepang & pengetahuan budaya Jepang secara profesional dalam dunia pekerjaan, dapat melanjutkan studi ke jenjang yang lebih tinggi, baik di dalam maupun di luar negeri[67].
Selanjutnya adalah Sastra Jepang Universitas 17 Agustus Surabaya didirikan pada tahun 1994 dengan dukungan dari pihak Sastra Jepang Unpad dan Konjen Jepang Surabaya. Pendirian jurusan ini dilatarbelakangi akan meningkatnya kebutuhan sarjana yang menguasai bahasa Jepang dan ilmu kejepangan. Dan di Surabaya, jurusan ini merupakan jurusan yang didirikan setelah Unesa dan Unitomo yang memiliki jurusan serupa. Saat pengajuan nama, diusulkan dengan nama Jurusan Bahasa dan Satra Jepang, tapi SK Kementrian Pendidikan yang keluar adalah Jurusan Bahasa Jepang di bawah naungan fakultas Sastra[68].
Yang berikutnya adalah DIII Bahasa Jepang ABA Saraswati Denpasar [69], jurusan ini didirikan berdasarkan Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI no.090/D/O/1994, dibawah naungan yayasan PR Saraswati Denpasar. Pendirian jurusan ini didasarkan akan tujuan untuk membangun sektor Kepariwisataan di Provinsi Dati I Bali yang merupakan Aset Devisa Negara yang cukup tinggi untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat.
Selanjutnya adalah Prodi Pendidikan Bahasa Jepang Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Pada bulan maret 2010 merupakan awal perencanaan pembentukannnya dan pada pertengahan Mei 2010 diadakan presentasi info tentang prospek dan peluang pendirian prodi PBJ UMY. Pada tanggal 15 Juni 2010 diselenggarakan Workshop Penyusunan Proposal pendirian prodi PBJ UMY di Meeting room hotel Resort Isola UPI bandung yang kemudian dipresentasikan di depan rektorat UMY pada tanggal 24 Agustus 2010, pada bulan september 2010 proposal pendirian prodi PBJ dikirim ke Dikti oleh staf akedemik UMY setelah mengalami beberapa revisi[70].
Pada bulan Desember 2011 keluar tentang hasil dari dikti, namun belum mengeluarkan keputusan resmi tetapi mengharuskan revisi ulang oleh pihak UMY. Pada Februari 2012 revisi proposal dikirim kembali yang kemudian ijin pertimbangan pembukaan prodi PBJ diterima pada awal bulan Juli 2012 sehingga pihak UMY dan Biro Admisi memutuskan untuk menerima mahasiswa baru tahun 2012. Pada 13 Desember 2012 , SK Ijin Pendirian Prodi Pendidikan Bahasa Jepang UMY dari DIKTI telah disahkan dan Prodi pendidikan Bahasa Jepang bernaung di Fakultas Pendidikan Bahasa (FPB) UMY, yang juga lahir bersama dengan SK Ijin pendirian Prodi Pendidikan Bahasa Jepang (PBJ ,bersama dengan prodi pendidikan Bahasa Inggris (PBI) dan pendidikan bahasa Arab( PBA)[71].
Diawali oleh Universitas Indonesia Jakarta dengan membuka jurusan Bahasa Jepang tahun ’50, seiring dengan berjalannya waktu kian banyak berdiri universitas yang mengadakan jurusan/prodi bahasa/sastra Jepang di Indonesia. Hal itu dikarenakan tuntutan perkembangan Jepang yang mana Jepang kian gencar melakukan Investasi di Indonesia. Selain itu juga sebagai sarana fasilitator terhadap masyarakat yang kian menggemari bahasa Jepang.
Bisa dikatakan, menurut penjelasan di atas, perkembangan pendidikan bahasa Jepang di Indonesia pada dekade pertama antara tahun ’50-’70-an masih terdapat tiga universitas yang mengadakan pendidikan bahasa Jepang. Keadaan tersebut masih bertahan sampai tahun ’80-’90-an mulai banyak bermunculan universitas yang mengadakan pendidikan bahasa Jepang, kira-kira terdapat lima universitas negeri maupun swasta yang mengadakan pendidikan bahasa Jepang. Pada tahun ’90-2013 terdapat kira-kira 16 universitas yang mengadakan pendidikan bahasa Jepang[72].
Dapat disimpulkan bahwa pada saat jurusan/prodi bahasa Jepang pertama kali dibuka tahun ’50-an, mendapatkan apresiasi yang baik dari masyarakat. Hal tersebut dikarenakan sudah dikenalnya Jepang dengan bahasa dan kebudayaannya sejak masa pendudukan Jepang yang membuka peluang belajar ke Jepang. Meskipun hubungan dengan Jepang masih belum stabil, namun atas kerjasama para alumni Jepang, pendidikan bahasa Jepang bisa dilaksanakan hingga sampai pada Jepang menandatangani perjanjian damai dengan Indonesia tahun’58.
Kemudian, Seiring berjalannya waktu, hingga menjelang tahun 2000-an makin banyak muncul universitas yang mengadakan jurusan/prodi bahasa/sastra Jepang di berbagai daerah di Indonesia. Hal tersebut disebabkan karena bahasa Jepang menarik banyak peminat dan universitas-universitas yang ada sebelumnya tidak mampu menampung peningkatan jumlah peminat akan bahasa Jepang tersebut dalam tingkat universitas. Perkembangan pendidikan bahsa Jepang di Indonesia didominasi di Jawa. Namun tidak hanya Jawa, di beberapa kota di Sumatra pun juga ada beberapa universitas yang mengadakan pendidikan bahasa Jepang.
Di sisi lain, dalam perkembangannya tiap universitas yang mengadakan pendidikan bahasa/sastra Jepang di fakultasnya juga menjalin kerjasama dengan pihak Jepang terkait guna meningkatkan kualitas pendidikan yang diantaranya berwujud berupa bantuan pengajaran, seperti alat peraga, buku panduan, native speaker, kesempatan untuk belajar ke Jepang bahkan bantuan pengadaan laboratorium khusus bahasa Jepang. Pihak Jepang yang terlibat biasanya adalah The Japan Foundation di Indonesia, Konjen Jepang dan lembaga Jepang lainnya.
Memasuki tahun 2000-an, jumlah peminat terhadap bahasa Jepang terus meningkat, hal tersebut dikarenakan selain bertambahnya peluang bekerja di perusahaan Jepang yang ada di Indonesia juga karena media infiltrasi budaya Jepang juga makin diminati. Berawal dari menyukai budaya Jepang yang didapat dari anime atau manga, menimbulkan rasa penasaran dan ketertarikan akan bahasa Jepang. Tidak heran jika sekarang ini jurusan/prodi bahasa/sastra Jepang makin diminati. Selain itu juga bahasa Jepang mulai diterapkan di SMA.


[1] Pada saat Indonesia masih dalam penjajahan Belanda, pelajar Indonesia yang belajar ke Jepang mengggunakan biaya mandiri. Namun pada saat Jepang yang menjajah Indonesia, diadakan tes penyaringan secara regional yang diadakan di tempat asal yang kemudian dilanjutkan seleksi kedua di pusat (Jakarta). Kemudian terdapat seleksi final di asrama latihan bahasa Jepang di Kantor Jawatan Pendidikan dan Keabudayaan di daerah cilacap sampai akhirnya tersisa 20 orang yang diberangkatkan ke Jepang dengan menggunakan kapal. “Suka Duka Pelajar Indonesia...”, op. cit. hal. 263-264.
[3] Karena pada saat itu (1943) Indonesia sedang dijajah oleh Jepang. Doktrin yang diberikan oleh Jepang tertera dalam semboyan 3A. Dalam perjalanannya, Jepang makin memperjelas maksudnya agar rakyat Indonesia mau memberikan dukungan (SDA dan SDM yang ada) kepada Jepang dalam memenangkan perang. Ikysuzaku, “Pengaruh Jepang Dalam Bidang Pendidikan, Penggunaan Bahasa dan Budaya Indonesia ” Catatan Deskripsi Sejarah Indonesia.
[4] Ikysuzaku, “Pengaruh Jepang Dalam Bidang Pendidikan, Penggunaan Bahasa dan Budaya Indonesia”, Catatan deskripsi sejarah Indonesia.
[5] Ikysuzaku, ibid.
[6] Ikusuzaku, Ibid.
[7] Surat Sutan Syahrir kepada istrinya tertanggal 19 Agustus 1937 dalam Sjahrazad, Indonesische Overpeinzingenhal 160,161 dalam “Suka Duka Pelajar Indonesia”, op. cit., hal. 37.
[8] Secara literal: Sekolah bahasa Jepang yaitu sebuah sekolah yang dibentuk pemerintah Jepang untuk melatih ketrampilan berbahasa Jepang pelajar asing yang belum mendapatkan bekal berbahasa Jepang saat tiba di Jepang, dan mereka ditempatkan di Kokusai Gakuyukai (International Student Institute) di Meguro, Tokyo. Nantinya mereka akan dibagi kedalam kelompok-kelompok yang akan dikirim ke daerah-daerah untuk melanjutkan belajar bahasa Jepang keahlian menurut bidang mereka masingh-masing dalam tingkat pendidikan Senmon Gakko (pendidikan pra-kuliah), sebahai persiapan masuk universitas. “Suka duka Pelajar Indonesia”, loc. cit. hal. 258
[9] Ikusuzaku, op. cit.
[10] Karena diajarkan di lembaga-lembaga non formal
[11]Marsudi Budi Utomo, “Memaknai 50 Tahun Hubungan Jepang Indonesia“  http://marsudibudiutomo.multiply.com/journal/item/71/Memaknai_50_Tahun_Hubungan_Jepang_Indonesia diakses pada tanggal 29 Agustus 2012.
[12] Ibid. Jepang memberikan ganti rugi kepada RI sebesar USD 223.08 juta, setara dengan 80.3 milyar Yen kurs saat itu yang dengan penggantian 1 juta Yen per penduduk Indonesia ditaksir berjumlah sekitar 80 juta jiwa. Angka ini mendekati prediksi R. Murray Thomas di Asian Survey, Vol. 9, No. 7 (July, 1969), bahwa jumlah penduduk Indonesia tahun 1958 adalah 90 Juta jiwa. Ganti rugi ini dilakukan secara bertahap selama 12 tahun dalam bentuk bantuan barang produksi dan asistensi pembangunan.
[13] Akuntansi Kejepangan, “Hubungan Pendidika Indonesia dan Jepang”, http://sejarah_hubungan_indonesia_jepang/wordpress.com diakses pada 30 Oktober 2013
[14] Hal itu dikarenakan bahasa Jepang milai dirasa penting untuk dipelajari untuk menghadapi persaingan dunia kerja yang mana perusahaan Jepang banyak yang masuk ke Indonesia bahasa Jepang diajarkan Perguruan Tinggi yang pada waktu itu diawali oleh Universitas Indonesia dengan membuka Jurusan Sastra Jepang sekitar tahun ’50-an. Baru sekitar tahun ’90-an mulai diajarkan di SMA
[15] Akuntansi Kejepangan, Ibid.
[16] kemampuan mencapai tujuan dengan tindakan atraktif dan menjauhi tindakan koersif (Joseph S. Nye dari Harvard's Kennedy School of Government: Soft Power- The Means to Success in World Politics dalam Marsudi, “Memaknai 50 Tahun Hubungan Jepang Indonesia”. jurnal)
[17] Marsudi, op. cit.
[18] Ikysuzaku, op. cit.
[19] “Pengaruh Budaya Jepang di Indonesia”, op. cit.
[20] 漫画: Komik jepang
[21] Present Condition of Overseas Japanese-Language Education, Survey Report on Japanese-Language Education Abroad 1998-2012, The Japan Foundation Japanese-Language Institute, Urawa, 5-6-36 Kita-urawa, Urawa, Saitama 336-0002 Japan,  http://www.jpf.go.jp/e/japanese/survey/result/survey12.html, diakses pada 31 Januari 2014. Loc.cit.
[22] Lihat daftar tabel beberapa Universitas yang menagdakan pendidikan bahasa Jepang yang ada di Indonesia.
[23] Present Condition of Overseas Japanese-Language Education, Survey Report on Japanese-Language Education Abroad 1998-2012. Loc.cit.
[24] http://www.fib.ui.ac.id/sejarah_fib diakses pada 30 Oktober 2013.
[25] Ibid.
[27] http://www.unpad.ac.id/fakultas/ilmu-budaya/ diakses pada 30 Oktober 2013.
[29] Terdiri dari mata-mata kuliah yang menjadi kekhasan Program Studi Sastra Jepang
[30] Berorientasi pada tujuan pendidikan nasional serta memperhatikan kemampuan mahasiswa dari sisi soft skill (kewirausahaan, kepariwisataan, diplomasi dan kajian budaya)
[32] Berdasar wawancara dengan bapak Dr. Roni, selaku Ketua Prodi Pendidikan Bahasa Jepang Universitas Negeri Surabaya pada 25 November 2013.
[34] Ibid.
[40]Peluncuran Program Pendidikan Sarjana S1 Sastra Jepang Fakultasd Ilmu Budaya Universitas Diponegoro”, http://edukasi.kompasiana.com/2010/04/26/peluncuran-program-pendidikan-sarjana-s1-sastra-jepang-fakultas-ilmu-budaya-universitas-diponegoro-126701.html diakses pada 30 Oktober 2013
[42]Peluncuran Program Pendidikan Sarjana S1 Sastra Jepang Fakultasd Ilmu Budaya Universitas Diponegoro”, loc.cit
[43] Ibid.
[44]Sastra Jepang S1 UBH Terakreditasi”, http://nishisumatora-gakkai.blogspot.com/2008/09/sastra-jepang-s-1-ubh-terakreditasi.html diakses pada 2 November 2013
[45]Fakultas Ilmu Budaya”, http://bahasasastra.wordpress.com/ diakses pada 2 November 2013
[46]Sastra Jepang S1 UBH Terakreditasi”, loc.cit.
[47]Sastra Jepang”, http://bahasasastra.wordpress.com/sastra-jepang/ diakses pada 2 November 2013
[48] http://fib.unand.ac.id/in/profil/sejarah diakses pada 2 November 2013
[49] Ibid.
[50] www.unj.ac.id/sastra-jepang diakses pada 30 Oktober 2013
[51] http://bhsjep.fkip.unri.ac.id/sejarah/ diakses pada 3 November 2013
[52] Ibid.
[57] Berdasar waawancara dengan bapak Efrizal, M. A., selaku dosen sastra Jepang Universitas Brawijaya pada 18 Oktober 2013
[59]Prodi Pendidikan Bahasa Jepang”, http://english.unp.ac.id/?page_id=512, diakses pada 19 November 2013
[61] http://www.unsada.ac.id/profil diakses pada 5 November 2013
[62] Ibid.
[63] Universitas Muhammadiyah Prof. DR. HAMKA yang sering disingkat UHAMKA adalah hasil pengembangan dari Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan (IKIP) Muhammadiyah Jakarta dengan nama awal Perguruan Tinggi Pendidikan Guru (PTPG) yang diresmikan pada tanggal 18 November 1957. Pada tahun 1958 PTPG berubah menjadi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) yang menginduk kepada Universitas Muhammadiyah Jakarta (UMJ).
Tahun 1965, FKIP UMJ berdiri sendiri dengan nama IKIP Muhammadiyah Jakarta. “Informasi UHAMKA”, http://storyofbyology.wordpress.com/2011/06/29/informasi-uhamka/  diakses pada 15 November 2013.
[64] Dra. Rina Sukmara, M.Pd., “Keguruan dan Ilmu Pendidikan Bahsa Jepang”, http://amelidyas.weebly.com/9/post/2012/4/first-post.html diakses pada 15 November 2013
[65] Berdasar wawancara dengan ibu Dra. Listyaningsih M.id selaku Kaprodi Sastra Jepang Unitomo pada 27 November 2013.
[66]Manual Mutu Universitas Kristen Maranatha”, Badan Perencanaan, Pemantauan dan Jaminan Mutu Universitas Kristen Maranatha.
[68] Berdasar wawancara dengan ibu Umul Khasanah, M.Lit., selaku Kaprodi Bahasa Jepang Universitas 17 Agustus Surabaya pada 9 Desember 2013.
[69] http://www.stiba-bali.ac.id/sejarah.html diakses pada 15 November 2013
[70]Sejarah Program Studi Pendidikan Bahasa Jepang UMY”, http://pbj.umy.ac.id/sejarah-program-studi-pendidikan-bahasa-jepang-umy/ diakses pada 5 November 2013
[71] Ibid.
[72] Jumlah yang tertera berdasar data yang berhasil ditemukan penulis. Besar kemungkinan jumlah sebenarnya melebihi dari yang penulis temukan. Hal ini dikarenakan keterbatasan waktu dan sumber yang kurang mendetail yang penulis bisa dapatkan.

1 komentar:

Unknown mengatakan...

Keren sekali kak, terima kasih. ini sangat membantu saya dalam menambah refrensi tugas dan ilmu pengetahuan kejepangan.

Posting Komentar

 

iseng iseng © 2008. Design By: SkinCorner