BAB II
PENDIDIKAN
BAHASA JEPANG DI INDONESIA
A. Latar
Belakang Sejarah
Perkembangan
pendidikan bahasa Jepang di Indonesia, memiliki sejarah unik dan menempuh kurun
waktu cukup lama, yaitu tercatat sejak tahun 1935-1942, 1943-1944[1]
telah ada pengiriman pelajar Indonesia ke Jepang. Sekarang ini bahasa Jepang tergolong
salah satu bahasa Asing yang banyak di pelajari masyarakat Indonesia. Namun
dibanding perkembangan di negara lain, pendidikan bahasa Jepang secara
kualitas, masih ketinggalan[2].
Dalam perkembangannya dinamika pembelajaran bahasa
Jepang di Indonesia dapat dibagi dalam beberapa fase, diantaranya fase pertama,
pendidikan bahasa Jepang dilaksanakan bersifat doktrin[3]. Pada
saat bangsa Indonesia dijajah oleh Jepang, tidak ada larangan dalam penggunaan bahasa
Indonesia seperti yang dilakukan oleh Belanda, malahan Jepang memperhatikan penyempurnaan bahasa Indonesia dengan
membentuk Indonesia Goseibi Iinkai (komisi penyempurnaan Bahasa Indoensia)[4].
Selain
itu juga diajarkan bahasa Jepang dan penggunaan bahasa Jepang sebagai bahasa
pengantar dalam pengajaran di sekolah agar komunikasi dengan orang Jepang tidak
terlalu mengalami kesulitan. Hal ini dimaksudkan agar Jepang bisa mendapatkan
dukungan dari rakyat Indonesia, terutama golongan muda yang lebih dinamis,
idealis dan punya semangat kerja yang tinggi[5].
Dengan berbagai cara dalam bidang pendidikan, Jepang terus berusaha mengambil
hati golongan muda di Indonesia, karena saat itu Jepang yakin bahwa golongan
muda Indonesia belum terpengaruh bangsa barat[6].
Ditambah lagi, semboyan 3A yang Jepang tanamkan dapat langsung mencuri
perhatian para pemuda dan masyarakat sampai kepada pelosok desa[7]
yang pada saat itu tengah memperjuangkan pembebasan dari penjajahan Belanda.
Agar bisa mempercepat penguasaan berbahasa
Jepang oleh bangsa Indonesia, Jepang mengadakan beberapa lomba bahasa Jepang,
yaitu lomba membuat karangan, becakap-cakap, membaca dan menyanyi dalam bahasa
Jepang. Selain itu Jepang juga membentuk sekolah dan kursus kilat pelajaran
bahasa Jepang yakni Nippongo Gakko[8].
Selain itu terdapat pihak swasta menyelenggarakan kursus bahasa Jepang dengan
masa pendidikan selama empat bulan yang dikelola oleh Toa Bunka Kai
yaitu Asosiasi Kebudayaan Asia Timur. Badan ini bekerja dalam bidang kebudayaan[9]. Dampak yang dihasilkan dari
hal itu adalah berupa peningkatan penggunaan bahasa Indonesia dan Japanisasi
terhadap nama tempat atau papan nama toko yang sebelumnya menggunakan bahasa
Belanda
Fase kedua, pendidikan bahasa Jepang di masa awal
kemerdekaan yang bersifat informal[10]. Seiring
berjalannya waktu, sampai Jepang akhirnya menyerah kepada sekutu dan merdekanya
Indonesia, jejak-jejak pengajaran masih tersisa di Indonesia. Pada masa
awal-awal kemerdekaan tersebut, Jepang menanda tangani perjanjian pampasan
perang dan menjalin kerjasama dengan negara bekas jajahannya. Perjanjian
tersebut ditandatangani oleh kedua menteri luar negeri
Aiichiro Fujiyama dan Subandrio di Jakarta 20 Januari 1958 yang menuntut kedua
negara dan warga negaranya selalu berada dalam keadaan aman secara nyata dan
kekal, serta dalam hubungan baik untuk selamanya[11].
Konsekuensi yang didapatkan Jepang adalah pembayaran ganti rugi Jepang terhadap
Indonesia saat perang[12].
Salah
satu bentuk realisasi dari perjanjian tersebut adalah pengiriman pelajar
Indonesia ke Jepang. Sebelum pemberangkatan, para pelajar akan mengikuti
pelatihan berbahasa Jepang yang masih ada di Indonesia sebagai modal awal
mereka. Dan setelah mereka tiba di Jepang, mereka pun juga akan menerima
pelatihan lagi di sekolah khusus sebelum nantinya mengikuti pengajaran di
Jepang. Inilah yang menandai mulaidipelajarinya kembali bahasa Jepang pasca
Indonesia merdeka
Menjelang
tahun 1960-an, banyak pemuda Indonesia kembali dari Jepang dan mulai
mengajarkan bahasa Jepang di Indonesia. Hal ini didukung pula dengan dibukanya
lembaga kursus bahasa Jepang di Lembaga Kebudayaan Jepang di Jakarta pada tahun
1958. Lembaga ini berdiri atas bantuan kedutaan Jepang di Jakarta yang bekerja
sama dengan para mahasiswa Indonesia yang baru kembali setelah belajar di Jepang.
Setelah itu, lembaga-lembaga pendidikan lainnya mulai bermunculan di Indonesia[13].
Dan fase ketiga,
pendidikan pendidikan bahasa Jepang yang dilaksanakan secara formal yang
berkembang Perguruan Tinggi[14]
hingga merembet ke tingkat SMA. Seiring dengan perkembangan kerja sama
tersebut semakin banyak pula bermunculan lembaga-lembaga pendidikan bahasa
Indonesia dan Jepang baik itu di Indonesia maupun di Jepang yang beberapa
diantaranya masih aktif sampai sekarang di bidang pendidikan khususnya bahasa
seperti Sekolah Republik Indonesia Tokyo (SRIT), Persatuan Alumni Dari Jepang
(PERSADA), Asian Students Cultural Association (ASCA/ABK), Japan Foundation
(JF)[15].
Jepang
menggunakan soft power[16]
berupa bantuan ekonomi atau pinjaman
lunak untuk memikat hati negara-negara sahabat, termasuk di Indonesia, lalu
dilanjutkan dengan perjanjian bilateral yang mengikat sehingga ketergantungan
kepada Jepang meningkat. Misal, di bidang pendidikan Jepang memberikan beasiswa
untuk belajar di universitas-universitas di Jepang. Juga, pembuatan pusat
kebudayaan Jepang sebagai sarana infiltrasi budaya[17].
Banyaknya penanaman modal asing dari Jepang membuat perekonomian di Indonesia
meningkat. Hal tersebut membuka peluang kerja baru bagi masyarakat Indonesia.
Seiring
berjalannya waktu, banyak infitrasi budaya Jepang yang masuk ke Indonesia
meskipun sejak Jepang menduduki Indonesia sudah melakukan infiltrasi budaya
tersebut melalui pengajaran di sekolah[18].
Secara tidak langsung minat masyarakat untuk makin mengenal tentang Jepang meningkat,
yang kemudian menjadikan masyarakat Indonesia semakin mengenal dan tertarik
pada Jepang baik di bidang ilmu pengetahuan, budaya maupun gaya hidup[19].
Salah
satu infiltrasi budaya yang dilakukan Jepang adalah dengan memasukkan manga (漫画)[20]
dan anime ke Indonesia pada tahun ’90-an hinga tanpa sadar anime dan manga
tersebut menjadi alat dominasi budaya Jepang. Dan tidak bisa dipungkiri
kehadiran manga dan anime Jepang tersebut sangat menarik antusiasme masyarakat
untuk mempelajari bahasa Jepang disamping peluang kerja yang ditawarkan oleh
PMA Jepang di Indonesia. Selain cerita yang menarik, dari manga dan anime
tersebut sedikit banyak mereka bisa mengenal tentang Jepang (budaya, sejarah,
sosial, politik, dan lain-lain.). Tidak hanya manga dan anime, lagu lagu dan
dorama Jepang juga makin diminati. Seiring dengan itu, meningkat pula minat
masyarakat akan bahasa Jepang.
Berawal
dari hal tersebut, bahasa Jepang telah memicu ketertarikan tersendiri bagi
masyarakat di Indonesia. Dipicu dari banyaknya perusahaan Jepang yang
menenamkan modalnya di Indonesia menyebabkan banyak perguruan tinggi mulai
mendirikan jurusan bahasa Jepang. Tidak hanya itu, bahasa Jepang mulai dijadikan
sebagai salah satu mata pelajaran di SMA di beberapa kota besar di Indonesia
sejak tahun ’90-an. Menurut
data survey yang dilakukan oleh The Japan Foundation tahun 2012 menyebutkan
jumlah pembelajar bahasa Jepang di Indonesia adalah sebanyak 872,406 orang. meningkat sebanyak 21,8% dari tahun 2009 yang
berjumlah 716,353 orang[21].
Disamping minat yang tinggi untuk
belajar bahasa Jepang di lingkungan anak muda Indonesia juga tidak lepas dari
dukungan penuh pemerintah jepang melalui The Japan Foundation yang
memberikan berbagai bantuan untuk peningkatan Pendidikan Bahasa Jepang ini.
Tidak hanya itu, pemerintah Jepang juga membuka banyak beasiswa untuk sekolah
lanjutan di tiap universitas yang ada untuk menambah minat pelajar asing
khususnya Indonesia untuk lebih mendalami bahasa Jepang maupun ilmu yang lain
yang ada di Jepang
Di Indonesia banyak sekali universitas-universiatas
yang membuka jurusan bahasa Jepang yang sebagai salah satu wujud apresiasi atas
minat masyarakat akan bahasa Jepang dan dampak dari banyaknya investasi dan kerjasama
dalam berbagai bidang dengan Indonesia yang dilakukan Jepang untuk Indonesia[22].
Data JF menyebutkan bahwa pada tahun 1998 terdapat 43 universitas/lembaga
tinggi yang mengadakan pendidikan bahasa Jepang. Pada tahun 2003 terdapat 78
lembaga. Pada tahun 2006 terdapat 115 lembaga. Pada tahun 2009 terdapat 133
lembaga penyelenggara pendidikan bahasa Jepang di Indonesia. Pada tahun 2012
terdapat 2,346 lembaga penyelenggara pendidikan bahasa Jepang di Indonesia [23].
Perguruan tinggi yang
merintis didirikannya jurusan bahasa Jepang adalah UI, Unpad, dan kemudian
merambah ke daerah lain di Indonesia seperti di beberapa kota di pulau Sumatera
dan Jawa yang banyak terdapat universitas-universitas yang memiliki jurusan
atau prodi Bahasa/Sastra Jepang. Di luar dari Sumatera dan Jawa, kawasan
Indonesia yang lainpun juga ada, namun tidak sebanyak yang ada di Sumatera dan
Jawa.
B. Universitas
Penyelenggara Pendidikan Bahasa Jepang Di Indonesia
Berikut
beberapa nama Universitas yang memiliki jurusan atau prodi Bahasa/sastra Jepang
yang ada di Indonesia:
Prodi
Sastra Jepang UI dibuka pada tahun 1950[24]
yang termasuk dalam fakultas sastra yang sekarang berganti nama menjadi
fakultas ilmu budaya sejak tahun 1954. Prodi ini termasuk dalam jurusan Sastra Asia
Timur. Pada tahun 1951, Menteri Pendidikan, Pengajaran, dan Kebudayaan Republik
Indonesia mengeluarkan surat keputusan yang mewajibkan pemakaian bahasa
Indonesia sebagai bahasa pengantar dalam semua kuliah[25].
Sebelum pindah ke kampus Depok, tempat kedudukan fakultas Universitas Indonesia
terletak menyebar, kedudukan fakultas sastra waktu itu berada di daerah
Rawamangun. Sejak bulan September 1987, semua fakultas pindah ke kampus Depok
kecuali Fakultas Kedokteran Umum dan Kedokteran Gigi yang tetap berada di
kampus Salemba serta rektorat sebagai pusat kegiatan administrasi[26].
Berikutnya
adalah Prodi Sastra Jepang Unpad. Prodi ini berada dibawah naungan Fakultas
Ilmu Budaya dan didirikan sejak 1 November 1958 didasarkan atas Surat Keputusan
Yayasan Pembina Universitas Padjadjaran No. 6/FS/531 tertanggal 1 Oktober 1958.
Tertanggal 12 Agustus 1960 memperoleh legalitas yang lebih kuat dengan
dikeluarkannya Surat Keputusan Menteri PPK No. 66971/UU/60[27].
Prodi Sastra Jepang FIB Unpad merupakan salah satu program studi yang cukup banyak
diminati[28].
Kurikulum yang digunakan berusaha menyeimbangkan paduan antara mata kuliah
kompetensi utama[29] dengan
mata kuliah kompetensi penunjang[30].
Selanjutnya
adalah Jurusan Pendidikan Bahasa Jepang Universitas Pendidikan Indonesia.
Jurusan ini berada dibawah naungan Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni
Universitas Pendidikan Indonesia dan berdiri pada tahun 1965 di Bandung[31].
Dalam pengembangannya, jurusan ini melakukan kerja sama dengan beberapa lembaga
seperti The Japan Foundation atau Nipon Foundation melalui
kegiatan penelitian, untuk meningkatkan kualitas pendidikan dan pengajaran
bahasa Jepang di Indonesia baik untuk pendidikan tinggi maupun untuk pendidikan
menengah; Pusat Kebudayaan Jepang; dan lembaga bahasa Jepang lainnya.
Berikutnya
adalah Program studi Pendidikan Bahasa Jepang Universitas Negeri Surabaya.
Prodi ini pertama kali dibuka pada kisaran tahun 1980-an. Latar belakang
dibukanya prodi ini dikarenakan banyaknya PMA Jepang yang masuk di Jawa Timur,
khususnya daerah Surabaya yang banyak membutuhkan banyak pegawai dengan
kemampuan bahasa Jepang. Diharapkan dengan dibukanya Prodi ini bisa meningkatkan
kemampuan komunikasi berbahasa Jepang yang dibutuhkan di dunia kerja. Gelar
yang didapat dari prodi ini setelah lulus adalah Sarjana Pendidikan[32].
Selanjutnya
adalah Prodi Bahasa Jepang Universitas Sumatera Utara. Prodi ini pertama dibuka
pada tahun 1980 dengan program D3 berbarengan dengan DIII Pariwisata dan DIII
Bahasa Inggris[33]. Namun
SK pembentukannya baru terbit tahun 1987. Dan baru pada tahun 2000, jurusan Sastra
Jepang resmi dibuka[34].
Prodi ini dibawah naungan Fakultas Sastra, namun pada tanggal 5 april 2011
Fakultas Sastra resmi berubah nama menjadi Fakultas Ilmu Budaya. Hal ini sesuai
dengan SK Rektor No. 981/H5.1.R/SK/PRS/2011.
Berikutnya
adalah Sastra Jepang Universitas Gadjah Mada. Jurusan ini diperkirakan berdiri sejak
tahun 1989[35]. Prodi
ini berada dibawah naungan Fakultas Ilmu Budaya yang bergerak dalam bidang
pendidikan dan penelitian bahasa dan budaya Jepang[36].
Prodi ini selain menyelenggarakan kegiatan akademik juga menjalin kerjasama
dengan beberapa universitas-universitas yang ada di untuk memberikan beasiswa
studi di Jepang[37].
Prodi
sastra Jepang Universitas Al Azhar Jakarta dibuka sekitar tahun 2000 dan
mendapat akreditasi B[38].
Bertujuan mendidik dan menghasilkan Sarjana Sastra yang memiliki wawasan dan
keahlian dalam bidang Studi kejepangan. Lulusannya diharapkan tidak melulu
bekerja pada perusahaan Jepang namun juga bisa menciptakan lapangan kerja baru
dengan skill yang dimilikinya. Selain itu Program Studi Sastra Jepang
mengusahakan beasiswa ke Jepang ataupun program exchange students ke
Jepang.
Berikutnya adalah Program Studi Diploma III Bahasa Jepang
Universitas Diponegoro. Prodi ini didirikan pada tahun 2001 berdasarkan Surat
Keputusan Dirjen Dikti Depdiknas RI No. 27/DIKTI/Kep/2001 tanggal 30 Januari
2001[39]
dibawah naungan Fakultas Sastra yang sebelumnya dirintis dari jurusan D1 Bahasa
Jepang pada tahun 1999[40].
Sejak bulan april 2009 berdasarkan sk rektor Undip no. 184/sk/117/2009 fakultas
sastra berubah menjadi fakultas ilmu budaya[41].
Pada 24
April 2010 diresmikan Prodi S1 Sastra Jepang dipimpin oleh Dekan Fakultas Ilmu
Budaya Undip, Prof. Dr. Nurdien H. Kistanto, M.A[42]
berdasar Surat Keputusan tentang ijin penyelenggaraan program studi yang terbit
tanggal 30 Oktober 2009[43].
Adapun didirikannya jurusan ini dikarenakan banyaknya perusahaan Jepang yang
berinvestasi di Indonesia membutuhkan tenaga kerja yang mempunyai keahlian
bahasa Jepang.
Yang
berikutnya adalah Prodi Sastra Jepang S1 Universitas Bung Hatta yang didirikan
pada tahun 2002[44] dibawah
naungan Fakultas sastra yang sejak tahun 2004 telah berganti nama menjadi
Fakultas Ilmu Budaya atas Surat Keputusan Ketua Yayasan Pendidikan Bung Hatta
nomor : 44/SK-1/Kep/II-2004[45].
Pada tahun 2008 Sastra Jepang UBH menerima SK Dirjen Dikti no
018/BAN-PT/Ak-XI/S1/VIII/2008, yang menyatakan bahwa Sastra Jepang UBH
mendapatkan akreditasi B[46].
Sastra Jepang UBH menjalin kerjasama dengan The Japan
Foundation, Konsulat Jendral Jepang di Medan, Kedutaan Besar Jepang di
Jakarta, sehingga banyak mendapatkan bantuan native speaker, buku-buku,
alat peraga, dan peralatan audio-visual. Kemudian, di bidang kerja sama dalam
pertukaran mahasiswa dengan Senoda Woman University Jepang[47].
Selanjutnya
adalah Program Studi Bahasa dan Sastra Jepang Universitas Andalas. Jurusan ini
dibuka Keputusan Rektor Universitas Andalas Nomor: 885/XIII/UNAND-2004 atas
persetujuan dari Senat tingkat Fakultas dan Senat Universitas[48].
Karena pada saat itu masih menunggu izin Dikti, Program Studi Bahasa dan Sastra
Jepang untuk sementara “dititipkan” pada Jurusan Sastra Inggris. Setelah
mendapatkan ijin dari Dirjen Dikti Depdiknas maka sejak tahun 2006 Prodi Bahasa
dan Sastra Jepang telah diakui menjadi sebuah jurusan di lingkungan Fakultas
Sastra. Pada tahun 2009 pemerintah Jepang memberi bantuan dalam bentuk Laboratorium
Bahasa Jepang[49].
Kemudian,
Prodi Sastra Jepang Universitas Negeri Jakarta. Prodi ini diperkirakan
terbentuk sejak tahun 2004, dibawah naungan Fakultas Bahasa dan Seni. Prodi ini
belum memiliki akreditasi
namun memiliki Surat perpanjangan ulang izin Program Studi Bahasa Jepang
jenjang program sarjana (S1) pada Universitas Negeri Jakarta, nomor:
1068/D/T/2008 pada 23 April 2008[50].
Lulusannya akan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)
Yang berikutnya adalah Program Studi Pendidikan
Bahasa Jepang FKIP Universitas Riau yang berdiri pada tanggal 6 Mei 2005 dengan
nomor SK pendirian 1336/D/T/2005[51]. Perkuliahan dimulai pada
tahun yang sama, yang diawali dengan program non reguler dimana hanya 9 orang
dari 12 orang yang mendaftar resmi menjadi mahasiswa pertama. Sampai bulan Mei
2013 tercatat 192 mahasiswa yang telah mengikuti perkuliahan dan 78 orang
di antaranya telah lulus dan bekerja pada berbagai sektor pekerjaan terutama
mereka bekerja sebagai pengajar di SMA/SMK yang menyelenggarakan pelajaran bahasa
Jepang[52].
Kemudian
berikutnya adalah Jurusan Sastra Jepang Universitas Udayana. Jurusan ini
merupakan salah satu dari tujuh jurusan yang ada di Fakultas Sastra, didirikan
pada tahun 2005 dengan SK Direktur Jendral Pendidikan Tinggi nomor
3203/D/T/2005[53] dan
baru menerima mahasiswa pada tahun 2006. Fokus pengajaranya adalah bidang
linguistik dan keterampilan berbahasa jepang dalam berkomunikasi lintas bangsa
dengan harapan agar para lulusannya bisa memiliki kompetensi dalam mengisi
peluang kerja di bidang penerjemahan.
Yang selanjutnya adalah Prodi
pendidikan bahasa Jepang Universitas Negeri Semarang mulai melaksanakan
perkuliahan sejak tahun 2006 melalui SK Dirjen Dikti No.1647/D2.2/2006[54].
Lulusannya bergelar Sarjana Pendidikan dengan kompetensi pendukung bidang
penerjemahan, pariwisata, dan bisnis. hampir 100% lulusan Prodi Pendidikan
Bahasa Jepang langsung mendapat pekerjaan baik sebagai guru, maupun bekerja di
perusahaan, selain itu juga berprofesi sebagai translator maupun interpreter[55].
Selanjutnya, Program Studi Sastra
Jepang Universitas Airlangga. Jurusan ini dirintis mulai tahun 2001, dimulai
dari 3 orang staf pengajar bahasa jepang yang diperbantukan pada Program S-1
Jurusan Sastra Inggris Unair. Dan pada 20 Maret 2006 program studi ini
secara resmi berdiri melalui SK Nomor 815/D/T/2006 dan memiliki 7 staf
pengajar dengan berbagai latar kajian ilmu.
Kemudian, Program S1 Sastra Jepang Universitas
Brawijaya dibuka pada tahun 2007 berdasarkan SK Dirjen Dikti No 1504/D/T/2007[56],
sudah
Terakreditasi B sampai pada tahun 2017. Hal tersebut dilatar belakangi karena,
kebutuhan stake holder merekrut lulusan Bahasa Jepang dan juga tingginya animo
lulusan SMA untuk masuk Program Satra Jepang. Namun sebelum menjadi prodi S1 Sastra Jepang diawali
dari pembukaan Program Diploma 1 Bahasa Jepang pada tahun 2001. Lalu pada tahun
2002 dibuka program Diploma III[57].
Hingga tahun akademik 2010/2011,
jumlah Mahasiswa Jurusan S1 Sastra Jepang sebanyak 212 orang dan DIII Bahasa
Jepang sebanyak 6 orang[58].
Kemudian, Program Studi Pendidikan Bahasa Jepang
Universitas Negeri Padang. Program studi merupakan prodi termuda, mulai
menerima mahasiswa sejak tahun 2012, tepatnya 25 Juli 2012 dengan nomor S.K
Ijin Penyelenggaraan 256/E/O/2012[59]. Lulusan akan bergelar
sarjana pendidikan yang nantinya bisa mengaplikasikannya untuk mengembangkan
pendidikan dan metode pengajaran bahasa Jepang di sekolah-sekolah, pendidikan
nonformal, program diploma, dan pendidikan tinggi, serta menjadi pusat
keunggulan dalam pengembangan dan penyebaran ilmu pengetahuan, teknologi dan
seni (IPTEKS) di bidang pendidikan bahasa Jepang.
Selain
perguruan tinggi negeri, ada pula perguruan tinggi swasta yang menyelenggarakan
pendidikan bahasa Jepang yaitu Universitas Nasional yang bertempat di jalan
Sawomanila Pasar Minggu pada tahun 1984[60].
Dalam prodi Bahasa dan Sastra Jepang Unas ini mempelajari lebih dalam tentang
kebudayaan Jepang.
Kemudian adalah Universitas Darma Persada memiliki prodi S1 Sastra
Jepang dan D3 Bahasa Jepang. Prodi ini dibentuk pada pada 6 Juli 1986[61] oleh sekumpulan pemuda –
pemudi Indonesia yang pernah belajar di Jepang dan tergabung dalam organisasi
Perhimpunan Alumni dari Jepang (PERSADA). Di UNSADA ini memberlakukan
program trilingual untuk semua program pendidikannya yaitu bahasa
Indonesia, Inggris dan Jepang[62].
Setelah itu, ada Program Studi Pendidikan Bahasa
Jepang UHAMKA. Jurusan ini sudah didirikan sejak universitas masih bernama IKIP
Muhammadiyah Jakarta[63] yang kemudian berubah nama
menjadi Universitas Muhammadiyah Prof. DR. HAMKA dengan Nomor Surat Keputusan
Pendirian Program Studi 138/DIKTI/Kep/1997 yang dikeluarkan oleh DIKTI pada
tanggal 30 Mei 1997. Pada tahun 2000 Program Studi Pendidikan Bahasa Jepang
mendapat status akreditasi “B” dari Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi
Nomor : 02758/Ak-I-III-010/KEPHJ/VI/2000, tanggal 23 Juni 2000. Lalu
berdasarkan SK DIKTI tanggal 27 Oktober 2005 Nomor
07727/Ak-IX-S1-020/IKEPHJ/X/2005 mendapat status akreditasi B[64].
Berikutnya
adalah Jurusan Sastra Jepang Unitomo. Jurusan ini dibuka pada tahun 1992 dan
merupakan universitas ke-2 di daerah Surabaya yang memiliki Jurusan Sastra
Jepang. Pendirian jurusan ini didasarkan atas pemikiran ketua yayasan Unitomo
yang menyebutkan bahawa pentingnya untuk mepelajari bahasa asing lain selain
bahasa inggris yang sudah ada. Karena Jepang kini termasuk sebagai salah satu
negara maju di kawasan asia sehingga banyak menanamkan modalnya di Indonesia,
khususnya Surabaya. Meresponi hal tersebut pihak Unitomo dengan berani membuka
jurusan Sastra Jepang untuk memenuhi kebutuhan perusahaan Jepang yang ada di
Surabaya dengan SDM yang kompeten dalam berbahsa Jepang[65].
Kemudian
Jurusan Sastra Jepang di Fakultas Sastra Universitas Kristen Maranatha[66]
di Bandung. Jurusan ini
dibentuk pada tahun 1992 dan bertujuan menghasilkan lulusan yang mampu
menerapkan keterampilan berbahasa Jepang & pengetahuan budaya Jepang secara
profesional dalam dunia pekerjaan, dapat melanjutkan studi ke jenjang yang
lebih tinggi, baik di dalam maupun di luar negeri[67].
Selanjutnya adalah Sastra Jepang Universitas 17
Agustus Surabaya didirikan pada tahun 1994 dengan dukungan dari pihak Sastra
Jepang Unpad dan Konjen Jepang Surabaya. Pendirian jurusan ini dilatarbelakangi
akan meningkatnya kebutuhan sarjana yang menguasai bahasa Jepang dan ilmu
kejepangan. Dan di Surabaya, jurusan ini merupakan jurusan yang didirikan
setelah Unesa dan Unitomo yang memiliki jurusan serupa. Saat pengajuan nama,
diusulkan dengan nama Jurusan Bahasa dan Satra Jepang, tapi SK Kementrian
Pendidikan yang keluar adalah Jurusan Bahasa Jepang di bawah naungan fakultas
Sastra[68].
Yang berikutnya adalah DIII Bahasa Jepang ABA
Saraswati Denpasar [69],
jurusan ini didirikan berdasarkan Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
RI no.090/D/O/1994, dibawah naungan yayasan PR Saraswati Denpasar. Pendirian
jurusan ini didasarkan akan tujuan untuk membangun sektor Kepariwisataan di
Provinsi Dati I Bali yang merupakan Aset Devisa Negara yang cukup tinggi untuk
mewujudkan kesejahteraan masyarakat.
Selanjutnya adalah Prodi Pendidikan Bahasa Jepang Universitas
Muhammadiyah Yogyakarta. Pada bulan maret 2010 merupakan awal perencanaan
pembentukannnya dan pada pertengahan Mei 2010 diadakan presentasi info tentang
prospek dan peluang pendirian prodi PBJ UMY. Pada tanggal 15 Juni 2010
diselenggarakan Workshop Penyusunan Proposal pendirian prodi PBJ UMY di Meeting
room hotel Resort Isola UPI bandung yang kemudian dipresentasikan di depan
rektorat UMY pada tanggal 24 Agustus 2010, pada bulan september 2010 proposal
pendirian prodi PBJ dikirim ke Dikti oleh staf akedemik UMY setelah mengalami
beberapa revisi[70].
Pada bulan Desember 2011 keluar tentang hasil dari dikti, namun
belum mengeluarkan keputusan resmi tetapi mengharuskan revisi ulang oleh pihak
UMY. Pada Februari 2012 revisi proposal dikirim kembali yang kemudian ijin
pertimbangan pembukaan prodi PBJ diterima pada awal bulan Juli 2012 sehingga
pihak UMY dan Biro Admisi memutuskan untuk menerima mahasiswa baru tahun 2012.
Pada 13 Desember 2012 , SK Ijin Pendirian Prodi Pendidikan Bahasa Jepang UMY
dari DIKTI telah disahkan dan Prodi pendidikan Bahasa Jepang bernaung di
Fakultas Pendidikan Bahasa (FPB) UMY, yang juga lahir bersama dengan SK Ijin
pendirian Prodi Pendidikan Bahasa Jepang (PBJ ,bersama dengan prodi pendidikan
Bahasa Inggris (PBI) dan pendidikan bahasa Arab( PBA)[71].
Diawali
oleh Universitas Indonesia Jakarta dengan membuka jurusan Bahasa Jepang tahun
’50, seiring dengan berjalannya waktu kian banyak berdiri universitas yang
mengadakan jurusan/prodi bahasa/sastra Jepang di Indonesia. Hal itu dikarenakan
tuntutan perkembangan Jepang yang mana Jepang kian gencar melakukan Investasi
di Indonesia. Selain itu juga sebagai sarana fasilitator terhadap masyarakat
yang kian menggemari bahasa Jepang.
Bisa
dikatakan, menurut penjelasan di atas, perkembangan pendidikan bahasa Jepang di
Indonesia pada dekade pertama antara tahun ’50-’70-an masih terdapat tiga
universitas yang mengadakan pendidikan bahasa Jepang. Keadaan tersebut masih
bertahan sampai tahun ’80-’90-an mulai banyak bermunculan universitas yang
mengadakan pendidikan bahasa Jepang, kira-kira terdapat lima universitas negeri
maupun swasta yang mengadakan pendidikan bahasa Jepang. Pada tahun ’90-2013
terdapat kira-kira 16 universitas yang mengadakan pendidikan bahasa Jepang[72].
Dapat
disimpulkan bahwa pada saat jurusan/prodi bahasa Jepang pertama kali dibuka
tahun ’50-an, mendapatkan apresiasi yang baik dari masyarakat. Hal tersebut
dikarenakan sudah dikenalnya Jepang dengan bahasa dan kebudayaannya sejak masa
pendudukan Jepang yang membuka peluang belajar ke Jepang. Meskipun hubungan
dengan Jepang masih belum stabil, namun atas kerjasama para alumni Jepang,
pendidikan bahasa Jepang bisa dilaksanakan hingga sampai pada Jepang
menandatangani perjanjian damai dengan Indonesia tahun’58.
Kemudian,
Seiring berjalannya waktu, hingga menjelang tahun 2000-an makin banyak muncul
universitas yang mengadakan jurusan/prodi bahasa/sastra Jepang di berbagai
daerah di Indonesia. Hal tersebut disebabkan karena bahasa Jepang menarik
banyak peminat dan universitas-universitas yang ada sebelumnya tidak mampu
menampung peningkatan jumlah peminat akan bahasa Jepang tersebut dalam tingkat
universitas. Perkembangan pendidikan bahsa Jepang di Indonesia didominasi di
Jawa. Namun tidak hanya Jawa, di beberapa kota di Sumatra pun juga ada beberapa
universitas yang mengadakan pendidikan bahasa Jepang.
Di
sisi lain, dalam perkembangannya tiap universitas yang mengadakan pendidikan
bahasa/sastra Jepang di fakultasnya juga menjalin kerjasama dengan pihak Jepang
terkait guna meningkatkan kualitas pendidikan yang diantaranya berwujud berupa
bantuan pengajaran, seperti alat peraga, buku panduan, native speaker, kesempatan
untuk belajar ke Jepang bahkan bantuan pengadaan laboratorium khusus bahasa
Jepang. Pihak Jepang yang terlibat biasanya adalah The Japan Foundation di
Indonesia, Konjen Jepang dan lembaga Jepang lainnya.
Memasuki
tahun 2000-an, jumlah peminat terhadap bahasa Jepang terus meningkat, hal
tersebut dikarenakan selain bertambahnya peluang bekerja di perusahaan Jepang
yang ada di Indonesia juga karena media infiltrasi budaya Jepang juga makin
diminati. Berawal dari menyukai budaya Jepang yang didapat dari anime atau
manga, menimbulkan rasa penasaran dan ketertarikan akan bahasa Jepang. Tidak
heran jika sekarang ini jurusan/prodi bahasa/sastra Jepang makin diminati.
Selain itu juga bahasa Jepang mulai diterapkan di SMA.
[1] Pada saat Indonesia masih
dalam penjajahan Belanda, pelajar Indonesia yang belajar ke Jepang mengggunakan
biaya mandiri. Namun pada saat Jepang yang menjajah Indonesia, diadakan tes
penyaringan secara regional yang diadakan di tempat asal yang kemudian
dilanjutkan seleksi kedua di pusat (Jakarta). Kemudian terdapat seleksi final
di asrama latihan bahasa Jepang di Kantor Jawatan Pendidikan dan Keabudayaan di
daerah cilacap sampai akhirnya tersisa 20 orang yang diberangkatkan ke Jepang
dengan menggunakan kapal. “Suka Duka Pelajar Indonesia...”, op. cit.
hal. 263-264.
[2] Wawan
Danasasmita, “Pendidikan Bahasa Jepang di
Indonesia Sebuah refleksi”, jurnal.
http://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=9&cad=rja&ved=0CFkQFjAI&url=http%3A%2F%2Fwww.upi.ac.id%2Fj%2Fpendidikan%2Fbahasa%2Fjepang%2Fdl%2FdiIindonesia.pdf&ei=Z37rUoKVLsyTiQeMmIGgAQ&usg=AFQjCNGVTGBWFOMcrJvw1zrJ-PYl8GchVA&bvm=bv.60444564,d.bmk
diakses pada 6 Oktober 2013.
[3] Karena pada saat itu (1943) Indonesia
sedang dijajah oleh Jepang. Doktrin yang diberikan oleh Jepang tertera dalam
semboyan 3A. Dalam perjalanannya, Jepang makin memperjelas maksudnya agar
rakyat Indonesia mau memberikan dukungan (SDA dan SDM yang ada) kepada Jepang
dalam memenangkan perang. Ikysuzaku, “Pengaruh Jepang Dalam Bidang
Pendidikan, Penggunaan Bahasa dan Budaya Indonesia ” Catatan Deskripsi
Sejarah Indonesia.
[4] Ikysuzaku, “Pengaruh
Jepang Dalam Bidang Pendidikan, Penggunaan Bahasa dan Budaya Indonesia”,
Catatan deskripsi sejarah Indonesia.
[5] Ikysuzaku, ibid.
[6] Ikusuzaku, Ibid.
[7] Surat Sutan Syahrir kepada
istrinya tertanggal 19 Agustus 1937 dalam Sjahrazad, Indonesische
Overpeinzingenhal 160,161 dalam “Suka Duka Pelajar Indonesia”, op.
cit., hal. 37.
[8] Secara literal: Sekolah
bahasa Jepang yaitu sebuah sekolah yang dibentuk pemerintah Jepang untuk
melatih ketrampilan berbahasa Jepang pelajar asing yang belum mendapatkan bekal
berbahasa Jepang saat tiba di Jepang, dan mereka ditempatkan di Kokusai
Gakuyukai (International Student Institute) di Meguro, Tokyo. Nantinya
mereka akan dibagi kedalam kelompok-kelompok yang akan dikirim ke daerah-daerah
untuk melanjutkan belajar bahasa Jepang keahlian menurut bidang mereka
masingh-masing dalam tingkat pendidikan Senmon Gakko (pendidikan
pra-kuliah), sebahai persiapan masuk universitas. “Suka duka Pelajar
Indonesia”, loc. cit. hal. 258
[9] Ikusuzaku, op. cit.
[10] Karena diajarkan di
lembaga-lembaga non formal
[11]Marsudi Budi Utomo, “Memaknai 50 Tahun Hubungan Jepang
Indonesia“ http://marsudibudiutomo.multiply.com/journal/item/71/Memaknai_50_Tahun_Hubungan_Jepang_Indonesia diakses
pada tanggal 29 Agustus 2012.
[12] Ibid. Jepang memberikan ganti rugi kepada
RI sebesar USD 223.08 juta, setara dengan 80.3 milyar Yen kurs saat itu yang
dengan penggantian 1 juta Yen per penduduk Indonesia ditaksir berjumlah sekitar
80 juta jiwa. Angka ini mendekati prediksi R. Murray Thomas di Asian Survey,
Vol. 9, No. 7 (July, 1969), bahwa jumlah penduduk Indonesia tahun 1958 adalah
90 Juta jiwa. Ganti rugi ini dilakukan secara bertahap selama 12 tahun dalam
bentuk bantuan barang produksi dan asistensi pembangunan.
[13] Akuntansi Kejepangan, “Hubungan
Pendidika Indonesia dan Jepang”, http://sejarah_hubungan_indonesia_jepang/wordpress.com
diakses pada 30 Oktober 2013
[14] Hal itu dikarenakan bahasa
Jepang milai dirasa penting untuk dipelajari untuk menghadapi persaingan dunia
kerja yang mana perusahaan Jepang banyak yang masuk ke Indonesia bahasa Jepang
diajarkan Perguruan Tinggi yang pada waktu itu diawali oleh Universitas
Indonesia dengan membuka Jurusan Sastra Jepang sekitar tahun ’50-an. Baru
sekitar tahun ’90-an mulai diajarkan di SMA
[15] Akuntansi Kejepangan, Ibid.
[16] kemampuan
mencapai tujuan dengan tindakan atraktif dan menjauhi tindakan koersif (Joseph
S. Nye dari Harvard's Kennedy School of Government: Soft Power- The
Means to Success in World Politics dalam Marsudi, “Memaknai 50 Tahun Hubungan Jepang Indonesia”. jurnal)
[17] Marsudi, op. cit.
[18] Ikysuzaku, op. cit.
[19] “Pengaruh Budaya Jepang di Indonesia”, op. cit.
[21] Present
Condition of Overseas Japanese-Language Education, Survey
Report on Japanese-Language Education Abroad 1998-2012, The Japan Foundation Japanese-Language Institute, Urawa,
5-6-36 Kita-urawa, Urawa, Saitama 336-0002 Japan, http://www.jpf.go.jp/e/japanese/survey/result/survey12.html,
diakses pada 31 Januari 2014. Loc.cit.
[22] Lihat daftar tabel beberapa
Universitas yang menagdakan pendidikan bahasa Jepang yang ada di Indonesia.
[23] Present
Condition of Overseas Japanese-Language Education, Survey
Report on Japanese-Language Education Abroad 1998-2012. Loc.cit.
[24] http://www.fib.ui.ac.id/sejarah_fib
diakses pada 30 Oktober 2013.
[25] Ibid.
[26] http://www.jakarta.go.id/web/encyclopedia/detail/999/Indonesia-Universitas
diakses pada 30 Oktober 2013.
[27] http://www.unpad.ac.id/fakultas/ilmu-budaya/
diakses pada 30 Oktober 2013.
[28] http://www.unpad.ac.id/?fakultas=sastra-jepang
diakses pada 30 Oktober 2013.
[29] Terdiri dari mata-mata kuliah
yang menjadi kekhasan Program Studi Sastra Jepang
[30] Berorientasi pada tujuan
pendidikan nasional serta memperhatikan kemampuan mahasiswa dari sisi soft skill
(kewirausahaan, kepariwisataan, diplomasi dan kajian budaya)
[31] http://www.upi.edu/profil/fakultas/fakultas-pendidikan-bahasa-dan-sastra
diakses pada 30 Oktober 2013.
[32] Berdasar wawancara dengan bapak
Dr. Roni, selaku Ketua Prodi Pendidikan Bahasa Jepang Universitas Negeri
Surabaya pada 25 November 2013.
[33] http://pemafibusu.blogspot.com/2013/06/sejarah-fib-usu.html
diakses pada 30 Oktober 2013.
[34] Ibid.
[35] http://fib.ugm.ac.id/home/organisasi-mahasiswa/lembaga-otonom/himpunan-mahasiswa-jepang
diakses pada 30 Oktober 2013.
[36] http://fib.ugm.ac.id/home/program-studi/program-sarjana/sastra-jepang
diakses pada 30 Oktober 2013.
[37] http://fib.ugm.ac.id/home/kerjasama/luar-negeri
diakses pada 30 Oktober 2013.
[38] http://uai.ac.id/fakultas/fakultas-sastra/sastra-jepang/
diakses pada 30 Oktober 2013
[39] http://www.fib.undip.ac.id/index.php/tentangfib-2
diakses pada 30 Oktober 2013
[40] “Peluncuran Program
Pendidikan Sarjana S1 Sastra Jepang Fakultasd Ilmu Budaya Universitas
Diponegoro”, http://edukasi.kompasiana.com/2010/04/26/peluncuran-program-pendidikan-sarjana-s1-sastra-jepang-fakultas-ilmu-budaya-universitas-diponegoro-126701.html
diakses pada 30 Oktober 2013
[42] “Peluncuran Program
Pendidikan Sarjana S1 Sastra Jepang Fakultasd Ilmu Budaya Universitas
Diponegoro”, loc.cit
[43] Ibid.
[44] “Sastra Jepang S1 UBH
Terakreditasi”, http://nishisumatora-gakkai.blogspot.com/2008/09/sastra-jepang-s-1-ubh-terakreditasi.html
diakses pada 2 November 2013
[45] “Fakultas Ilmu Budaya”,
http://bahasasastra.wordpress.com/
diakses pada 2 November 2013
[46] “Sastra Jepang S1 UBH
Terakreditasi”, loc.cit.
[47] “Sastra Jepang”, http://bahasasastra.wordpress.com/sastra-jepang/
diakses pada 2 November 2013
[48] http://fib.unand.ac.id/in/profil/sejarah
diakses pada 2 November 2013
[49] Ibid.
[50] www.unj.ac.id/sastra-jepang diakses pada 30 Oktober 2013
[51] http://bhsjep.fkip.unri.ac.id/sejarah/
diakses pada 3 November 2013
[52] Ibid.
[53] http://www.fs.unud.ac.id/ind/fakultas-sastra/sastra-jepang
diases pada 1 November 2013
[54] http://unnes.ac.id/prodi/pendidikan-bahasa-jjepang-s1/
diakses pada 30 Oktober 2013
[55] http://www.pendidikanbahasajepang-unnes.com/p/profil.html
diakses pada 30 Oktober 2013
[56] www.ub.ac.id/Selayang_pandang_bahasa_dan_sastra/Sastra_Jepang
diakses pada 30 Oktober 2013.
[57] Berdasar waawancara dengan
bapak Efrizal, M. A., selaku dosen sastra Jepang Universitas Brawijaya pada 18
Oktober 2013
[59] “Prodi Pendidikan Bahasa Jepang”,
http://english.unp.ac.id/?page_id=512,
diakses pada 19 November 2013
[60] http://sastra.unas.ac.id/index.php/profil/bahasa-sastra-jepang/
diakses pada 19 November 2013
[61] http://www.unsada.ac.id/profil
diakses pada 5 November 2013
[62] Ibid.
[63] Universitas Muhammadiyah
Prof. DR. HAMKA yang sering disingkat UHAMKA adalah hasil pengembangan dari
Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan (IKIP) Muhammadiyah Jakarta dengan nama
awal Perguruan Tinggi Pendidikan Guru (PTPG) yang diresmikan pada tanggal 18
November 1957. Pada tahun 1958 PTPG berubah menjadi Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan (FKIP) yang menginduk kepada Universitas Muhammadiyah Jakarta (UMJ).
Tahun 1965, FKIP UMJ berdiri sendiri dengan nama IKIP Muhammadiyah Jakarta. “Informasi UHAMKA”, http://storyofbyology.wordpress.com/2011/06/29/informasi-uhamka/ diakses pada 15 November 2013.
Tahun 1965, FKIP UMJ berdiri sendiri dengan nama IKIP Muhammadiyah Jakarta. “Informasi UHAMKA”, http://storyofbyology.wordpress.com/2011/06/29/informasi-uhamka/ diakses pada 15 November 2013.
[64] Dra. Rina Sukmara, M.Pd., “Keguruan
dan Ilmu Pendidikan Bahsa Jepang”, http://amelidyas.weebly.com/9/post/2012/4/first-post.html
diakses pada 15 November 2013
[65] Berdasar wawancara dengan ibu
Dra. Listyaningsih M.id selaku Kaprodi Sastra Jepang Unitomo pada 27 November
2013.
[66] “Manual Mutu Universitas
Kristen Maranatha”, Badan Perencanaan, Pemantauan dan Jaminan Mutu
Universitas Kristen Maranatha.
[67] http://www.muridoke.com/index.php/school/course/10033-009/ukm/sastra-jepang
diakses pada 2 Desember 2013
[68] Berdasar wawancara dengan ibu
Umul Khasanah, M.Lit., selaku Kaprodi Bahasa Jepang Universitas 17 Agustus
Surabaya pada 9 Desember 2013.
[69] http://www.stiba-bali.ac.id/sejarah.html
diakses pada 15 November 2013
[70] “Sejarah Program Studi
Pendidikan Bahasa Jepang UMY”, http://pbj.umy.ac.id/sejarah-program-studi-pendidikan-bahasa-jepang-umy/
diakses pada 5 November 2013
[71] Ibid.
[72] Jumlah yang tertera berdasar
data yang berhasil ditemukan penulis. Besar kemungkinan jumlah sebenarnya
melebihi dari yang penulis temukan. Hal ini dikarenakan keterbatasan waktu dan
sumber yang kurang mendetail yang penulis bisa dapatkan.
1 komentar:
Keren sekali kak, terima kasih. ini sangat membantu saya dalam menambah refrensi tugas dan ilmu pengetahuan kejepangan.
Posting Komentar