BAB
IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Perkembangan bahasa Jepang di Indonesia mengalami
peningkatan sejak awal masuknya di Indonesia dengan dibukanya Jurusan Sastra
Jepang di Universitas Indonesia dan Universitas Padjajaran. Yang dalam
perkembangannya disusul universitas-universitas yang lain dikawasan Sumatera, dan
sebagian besar Jawa; baik swasta maupun negeri. Hal tersebut dilatar belakangi
karena makin banyaknya investasi Jepang di Indonesia dan membutuhkan banyak
tenaga kerja yang trampil berbahasa Jepang. Di kawasan Jatim, yang terpusat di
Surabaya terdapat empat perguruan tinggi yang membuka jurusan bahasa/sastra
Jepang yaitu: Unesa, Unitomo, Untag dan yang terakhir adalah Unair.
Bahasa Jepang mulai dikenal dalam tingkat perguruan
tinggi di Surabaya diawali oleh Unesa sekitar tahun 1981. Pendirian tersebut
dilatar belakangi salah satunya disebabkan oleh banyaknya PMA Jepang yang masuk
di Jawa Timur, khususnya Surabaya. Pada saat awal pendiriannya, jurusan ini
sudah mendapatkan perhatian di masyarakat maupun dalam universitas. Pihak
Jepang sendiri menyambut baik pendirian jurusan ini, sehingga kerjasama bisa
terjalin dan hingga sekarang Unesa masih dipercaya sebagai tempat
diselenggarakannya tes kemampuan bahasa Jepang yang diadakan oleh Konjen Jepang
Surabaya.
Pada awal dibuka hingga menjelang tahun 2000-an,
jumlah mahasiswa tiap angkatan berkisar 35-40 orang. Peningkatan jumlah
mahasiswa dapat terlihat sejak tahun ajaran 2000/2001. Lulusannya nantinya akan
bekerja di bidang keguruan, karena memang unesa mencetak lulusan sebagai
seorang guru. Namun tidak menutup kemungkinan para lulusan tersebut bekerja di
perusahaan Jepang atau bidang lainnya. Ada sekitar 16 dosen yang mengajar di
jurusan ini. Selain itu ditambah dengan pengajar dari Jepang, namun jumlahnya
maksimal dua orang. Pengajar Jpeang ini biasanya didapat dari bantuan dari
Konjen Jepang untuk membantu meningkatkan mutu pengajaran
Universitas berikutnya ada Sastra Jepang Unitomo,
yang berdiri pada tahun 1992 yang merupakan universitas kedua yang mengadakan
pendidikan bahasa Jepang di Surabaya. Pendirian ini atas prakarsa dari ketua
yayasan Unitomo yang menilai bahwa bahasa Jepang dinilai akan menjadi bahasa
yang penting karena Jepang sendiri banyak melakukan investasi di Surabaya. Dalam
perkembangannya, Unitomo mendapat apresiasi dari pihak Konjen Jepang atas
dedikasinya sebagai universitas swasta pertama dalam mengajarkan bahasa Jepang di
Surabaya.
Pada awalnya jumlah mahasiswanya sekitar 40 orang.
Dan untuk selanjutnya mengalami peningkatan. Namun dalam perjalanannya
mengalami pasang surut jumlah mahasiswanya. Meskipun demikian, mahasiswa Sastra
Jepang Unitomo tidak kalah berprestasi dengan mahasiswa universitas lain dengan
bidang yang sama. Salah satu prestasi yang menonjok adalah dalam bidang pidato
bahasa Jepang. Tidak heran jika Sastra Jepang Unitomo sering mengirimkan
mahasiswanya ke Jepang. Juga Unitomo memiliki jalinan kerjasama dengan beberapa
kampus di Jepang dan lembaga Jepang lainnya.
Dalam perkembangannya, Unitomo kemudian menjalin
kerjasama dengan pihak institusi Jepang, baik negeri maupun swasta. Salah satu
wujud dari kerjasama yang dilakukan dengan pihak Jepang adalah pengiriman
tenaga pengajar Jepang dan juga pertukaran pelajar. Pengajar Jepang dilibatkan
secara langsung dalam kegiatan kegiatan yang ada guna membentuk
mahasiswa-mahasiswa yang berkompeten dalam berbahasa Jepang baik di dalam
maupun di luar kampus. Meskipun tenaga pengajar Sastra Jepang Unitomo bisa
dikatakan sedikit, namun tidak mengesampingkan perkembangan akademik mahasiswanya.
Salah satu wujud nyatanya adalah dengan memberikan bimbingan khusus terhadap
mahasiswa yang mengalami kemampuan yang dibawah standar untuk dapat mengejar
ketertinggalan perkuliahan.
Tidak lama setelah Sastra Jepang Unitomo berdiri,
pada tahun 1994 berdirilah jurusan Bahasa Jepang Untag di bawah naungan
Fakultas Sastra Untag Surabaya. Pada awal dibuka mampu menyedot animo
masyawakat sebanyak 80 orang yang menjadi mahasiswa jurusan Bahasa Jepang Untag
Surabaya. Namun disayangkan pada tahun kedua jumlah mahasiswa yang terdaftar
hanya mencapai 20 orang. Sedangkan tahun-tahun berikutnya mengalami pasang
surut peminat. Pada tahun 2007-2008
mengalami penurunan disebabkan karena persaingan
dengan universitas negeri semakin ketat.
Meskipun jumlah mahasiswa yang ada masih kalah
dengan universitas negeri, namun kemampuan akademis tidak bisa dianggap enteng.
Mahasiswa Bahasa Jepang Untak diberikan bekal untuk berwirausaha sehingga saat
setelah lulus mereka nantinya bisa memanfaatkan kemampuan berbahasa Jepang
mereka untuk berwirausaha dan tidak melulu memanfaatkan lapangan kerja yang ada
namun dengan peluang yang kecil. Tidak hanya itu, mahasiswa Bahasa Jepang Untag
juga tidak sedikit yang melanjutkan studi ke Jepang, namun dengan biaya
sendiri. Untag juga melakukan kerjasama dengan lembaga Jepang yang ada,
khususnya Konjen Jepang surabaya berupa pengadaan fasilitas peunjang
pengajaran. Dengan lembaga yang lain berupa pemberian pengajar Jepang untuk
meningkatkan skill mahasiswanya dalam berbahasa Jepang, yang ditnjang juga
dengan kegiatan-kegiatan akademik mahasiswa lainnya.
Dan yang terakhir adalah Sastra Jepang Unair yang
didirikan pada tahun 2006 dibawah naungan Fakultas Ilmu Budaya Unair. Pendirian
jurusan ini karena melihat kondisi perguruan tinggi yang ada dirasa kurang
mampu untuk memfasilitasi minat masyarakat Surabaya akan Bahasa Jepang. Meski
bisa dibilang masih muda, namun Sastra Jepang Unair telah siap berprestasi
dalam kancah nasional maupun internasional, sesuai dengan visinya untuk mejadi
pusat pengembangan ilmu bahasa dan budaya Jepang.
Jurusan ini sudah dirintis sejak tahun 2000, meski
hanya menjadi sebuah mata kuliah tambahan di jurusan Sastra Inggris dan Sastra
Indonesia. Pada angkatan pertama dan kedua, jumlah total mahasiswa yang
terdaftar sebanyak 50 orang, namun pada
agkatan ketiga sampai tahun 2013, jumlah mahasiswa per-angkatan kira-kira 35-40
orang.
Seperti yang sudah dijelaskan, jurusan ini dirintis
mulai tahun 2000-an dengan diawali oleh tiga orang dosen, sampai tahun 2013 total
jumlah dosen yang ada berjumlah 13 orang, sepuluh orang dosen yang aktif
mengajar dan empat dosen sedang menempuh S2 dan S3 di Jepang. Juga dibantu
dengan tiga orang tenaga pengajar Jepang. Berkenaan dengan tenaga pengajar
Jepang, mereka didapat dari hasil kerjasama dengan beberapa lembaga Jepang,
seperti Ashinaga dan Jica, yang mengirimkan dua orang dari Ashinaga dan satu
orang dari Jica untuk menjadi pengajar pembantu guna meningkatkan kemampuan
mahasiswa. Kerjasama tersebut dimulai sejak tahun 2008. Untuk kerjasama dengan
Ashinaga, selain mendapat tenaga pengajar, juga melakukan pengiriman pelajar
untuk melakukan summer camp di Jepang dengan beberapa mahasiswa dari negara
lain.
Perkembangan pendidikan bahasa Jepang di Surabaya
tidak lepas dari campur tangan pihak lembaga Jepang yang ada, khususnya Japan
Foundation yang memberikan dukungan penuh terhadap universiats-universitas di
Surabaya yang mengadakan pendidikan bahasa Jepang. Sebagai contoh wujud dari
kerjasama tersebut adalah pemberian laboratorium bahasa sebagai sarana
penunjang pengajaran, bantuan pengajar guna meningkatkan kemampuan berbahasa
Jepang, seminar, workshop, kuliah umum dan kerjasama dalam pargelaran budaya
yang menjadi agenda rutin setiap tahun guna mengenalkan tentang Jepang tidak
hanya dari segi bahasa namun juga budaya terhadap masyarakat Surabaya.
Para dosen yang sedang menempuh S2 dan S3 tersebut,
selain karena ingin lebih mendalami bidang kajian pengajarannya juga karena
kebijakan fakultas yang mengharuskan pendidikan minimal S2 untuk menjadi seorang
dosen. Namun tidak hanya dosen yang mengejar beasiswa untuk memperdalam
ilmunya, mahasiswa yang lulus ataupun masih aktif kuliah, saat mendapatkan
peluang untuk belajar ke Jepang pun tidak sedikit.
Selain itu, kampus-kampus yang mengadakan jurusan
Bahasa/Sastra Jepang di Surabaya memiliki banyak kegiatan yang bertujuan untuk
meningkatkan pemahaman akan Jepang, baik dari segi bahasa maupun budaya dan
kebiasaan. Sebagai contoh, festival budaya yang menjadi agenda rutin tiap
kampus yang didalamnya menyuguhkan kegiatan-kegiatan yang bersifat akademik
(berupa lomba-lomba akademik yang diikuti pelajar SMA) dan kegiatan kebudayaan
yang menjadi tradisi masyarakat Jepang pada umumnya dan festival budaya pop
Jepang yang lain.
4.2. Saran
Dalam penulisan skripsi ini, lingkup
permasalahan yang diangkat adalah Perkembangan Pendidikan Bahasa Jepang di
Surabaya Dalam Tingkat Perguruan Tinggi Pada Tahun 1980 – 2013. Perkembangan
bahasa Jepang untuk kawasan Jawa Timur tidak hanya terpaku di Surabaya, karena
secara global di Jawa Timur sendiri pun, bahasa Jepang juga sudah banyak
peminatnya, hanya saja belum adanya fasilitas yang bisa menampungnya seperti di
Surabaya. Dalam skala Jawa Timur setidaknya masih ada lagi dua perguruan tinggi
yang menyelenggarakan pendidikan bahasa Jepang. Untuk itu, penelitian
selanjutnya bisa membahas perkembangan bahasa Jepang dalam skala
universitas-universitas yang ada di Jawa Timur atau bisa juga membahas
perkembangan bahasa Jepang dalam skala SMA.
0 komentar:
Posting Komentar